Ulama Sejati Bintang Kehidupan, Bukan Alat Pesanan Untuk Memuluskan Keinginan



Oleh Dyan Ulandari (Komunitas Pena Cendekia)


Muslimahvoice.com - Kata Ulama' adalah bentuk jamak dari kata 'Alim. Sebagaimana pernah disebutkan oleh Rasulullah SAW bahwa ulama ada dua jenis, yakni ulama hanif dan ulama suu'. Ulama hanif adalah ulama yang lurus di jalan Islam, loyalitasnya hanya diberikan untuk Allah- Rasul-dan Islam semata. Sedangkan ulama suu' adalah ulama jahat, keluar dari jalur Islam, loyalitasnya diberikan kepada selain Allah dan rasul-Nya, kerap mendistorsi/memanipulasi ayat-ayat Allah untuk membohongi umat atau bahkan menjadikannya alat memuluskan permintaan ide-ide asing barat membonceng kesesatan atas nama syari'at.


فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُو

"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan." (QS. Al Baqarah: 79). _Na'udzubillahi min dzalik_


Maka ulama yang wajib diikuti adalah ulama hanif sebagaimana Allah berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ...

"... Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al Fathir: 28)


Itulah ulama sejati, yang mana mereka hanya takut kepada Allah SWT, keberadaannya untuk berkhidmat pada hukum-hukum Allah dan mengajarkan kebenaran yang ia yakini, yakni Al Qur'an dan As Sunnah agar dilaksanakan atas segenap manusia.


Ulama sejati adalah penerang bak bintang. Rasul pun menyebut diantara riwayatnya, bahwasanya kematian ulama adalah musibah. " ... Wafatnya ulama laksana bintang yang padam..." (HR. Al Baihaqi). Semua itu adalah karena apa yang mereka emban adalah kebenaran, bersumber dari Al Qur'an dan As Sunnah, tidak dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu yang bahkan bertentangan dengan syariat. Maka apakah ulama itu terdiri dari laki-laki maupun perempuan adalah sama saja, tidak ada beda karena yang mereka bawa adalah syari'at. Sedangkan syari'at adalah hukum baku, siapapun yang membawa akan tetap sama muaranya. 


Ulama Laki-laki dan Perempuan


Anggapan keliru jika memandang bahwa jika ulama itu berjenis kelamin perempuan akan lebih condong membela suara perempuan, melindungi perempuan dan anak-anak. Samasekali cara pandang yang salah kaprah. Dalam Islam, baik ulama itu perempuan maupun laki-laki, dan ulama dari belahan dunia manapun  mempunyai rambu-rambu yang sama, yakni Al Qur'an dan As Sunnah, bukan lainnya. Keberadaan ulama lelaki dalam Islam pun bukan untuk menindas perempuan dan memuliakan laki-laki, bukan. Begitupun ulama perempuan, bukan untuk "membela suara perempuan" atas laki-laki.


Karena dalam syari'at Islam baik ia laki-laki, perempuan, orang tua maupun anak-anak mendapat hak dan kedudukan mulia di sisi syariat sesuai porsi masing-masing. Meskipun keberadaan ulama perempuan sendiri memang cukup penting, karena bisa jadi ada hal-hal lebih spesifik yang itu hanya dipahami kaum perempuan tentu keberadaannya sangat membantu umat ini. 


Bahkan ketika Islam berkuasa, lahir banyak ulama tak hanya laki-laki, perempuan pun jumlah dan kapabilitasnya tak bisa dibilang remeh. Laki-laki dan perempuan sama-sama mendapatkan kesempatan menjadi ulama berkualitas. Laki-laki yang paham bahasa Al Qur'an hingga fiqih wanita ada banyak, pun wanita yang paham tentang keluarga hingga fiqih siyasi/politik. Itulah kondisi kehidupan ketika diatur dengan syariat Islam secara kaffah/menyeluruh.


Kaderisasi Ulama Perempuan dan Pesanan Peradaban Sekuler


Adanya kaderisasi ulama perempuan tentu sebenarnya menggembirakan. Namun beda cerita ketika yang terjadi seperti yang diberitakan baru-baru ini. Ancaman di tengah kaum muslim kian nyata. Mengapa? Karena ulama yang dimaksud dalam hal ini adalah ulama pesanan. Ulama yang diharapkan menjadi corong moderasi (liberalisasi) setelah banyak cara lain ditempuh namun hasilnya dirasa kurang signifikan.


Proyek sekularisasi yang mengatasnamakan kaderisasi ulama perempuan itu mengarus utamakan kesetaraan gender. Padahal ide kesetaraan gender itu sama sekali tidak nyambung bahkan bertolak belakang dengan aturan Islam yang memuliakan perempuan. Dari perjalanannya, ide barat sekuler yang merusak itu secara massif disisipkan ke dalam tubuh umat Islam dengan berbagai cara. Dari wakil-wakil mereka sendiri yang mengkampanyekan di tengah kaum muslimin hingga menjadikan "ulama" sebagai corong untuk mengelabuhi umat Islam yang besar ini.


Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Bintang Puspayoga saat memberikan sambutan pada acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kemen PPPA dengan Badan Pengurus Masjid Istiqlal (BPMI) yang dihadiri oleh Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Ketua Harian BPMI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar di Gedung Kementerian PPPA menyatakan bahwa isu perempuan dan anak merupakan isu yang kompleks, multisektoral, dan sangat berkaitan dengan cara fikir masyarakat. Oleh karena itu  ia mengapresiasi Imam Besar masjid Istiqlal meluncurkan program untuk merubah cara pikir dan cara pandang masyarakat agar ramah dan responsif terhadap perempuan dan anak."


Dalam kesempatan itu KH. Nasaruddin menambahkan, selain pendidikan ulama perempuan, sejumlah program lain juga telah disiapkan guna mendukung ke penguatan keluarga. “Kalau bahasa agama yang kita gunakan untuk pemberdayaan perempuan, saya sangat yakin akan sangat efektif. Bahasa agama ini sangat diperlukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan program-program bangsa, karena warga negara kita ini relijius, dengan menggunakan bahasa agama maka efektivitasnya akan luar biasa. (kemenpppa.go.id, 19/2/2021)


Nampak jelas apa dasar dan tujuan dari program tersebut. Ulama bahkan dijadikan alat memuluskan keinginan bahkan kepentingan asing musuh Islam..


Maka di zaman apapun hidup, terlebih ketika hukum Allah belum ditegakkan, umat jauh dari syariat, haruslah ulama mendedikasikan diri menjadi ulama sejati. Ulama yang dipuji Allah, membawa dan mengajarkan syariatnya secara murni atas loyalitas kepada-Nya saja. Menjadi penerang umat agar senantiasa menjadikan syariat sebagai jalan hidup. Membersamai dan membimbing umat menerapkan kembali Islam secara revolusioner untuk menggapai ridho Allah. Maka hidupnya adalah hidup yang penuh manfaat. Matinya pun akan dikenang atas kebenaran yang ia bawa, namanya melangit, serta ridho Allah atas ilmu dan jiwanya hingga hari akhir yang panjang. _InsyaaAllah_


_Allahua'lam bisshowab._

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama