Jadilah Generasi Penakluk Roma yang Melek Politik Islam

 



Oleh: Sherly Agustina, M.Ag

(Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)


Muslimahvoice.com - Rasulullah Saw. bersabda: "Barangsiapa (dari umatku) yang ketika bangun pagi tidak memikirkan nasib umat, maka dia bukan umatku ( umat Nabi Muhammad Saw )”. (HR. Ahmad).


Baru-baru ini salah satu lembaga survei, Indikator Politik Indonesia menyatakan bahwa radikalisme mendesak untuk segera ditangani. Dari  hasil survei, ditemukan  mayoritas anak muda menyatakan demikian. Survei tersebut dilakukan pada 1.200 anak muda terhadap isu sosial politik di negeri ini (Republika.co.id, 21/3/21).


Nampaknya, radikalisme menjadi isu dan 'gorengan' yang penting di Indonesia. Sehingga dalam survei tersebut dinyatakan bahwa mayoritas anak muda mendesak agar radikalisme segera ditangani. Lalu, apakah hasil survei tersebut  sebuah kebenaran atau rekayasa politik, hal ini menarik untuk ditelaah.


Masalah Umat: Radikalisme?


Jika hasil survei itu sebuah kebenaran, maka PR untuk mendidik pemuda  estafet perjuangan Islam di negeri ini masih sangat besar. Karena mereka sudah terjebak isu yang digoreng oleh pihak tertentu untuk mengobok-obok Islam dan aktivis Islam yang ingin menerapkan  aturan Islam. Setelah opini 'War on Terorism', isu radikalisme menjadi sesuatu yang laku di negeri ini. 


Ada apa sebenarnya dengan isu radikalisme, mengapa terkesan begitu penting hingga pemerintah fokus menggarap ini. Mulai dari mengawasi aktivitas di masjid, isi khutbah Jum'at ditentukan oleh pemerintah melalui Menag, mengawasi aktivis Islam di kampus, seruan deradikalisasi, mencopot PNS yang terlibat dengan radikalisasi versi pemerintah, dan sebagainya. Padahal, masalah umat di negeri ini lebih banyak yang harus segera diselesaikan.


Lihat saja misalnya, pandemi yang tak kunjung usai salah satunya karena cara penanganan yang mungkin belum tepat. Hingga akhirnya pandemi ini berdampak pada krisis bahkan resesi di dunia termasuk di Indonesia. Akibatnya, terjadi PHK besar-besaran, para pedagang yang tak kuat modal gulung tikar, rakyat kecil korban paling utama dalam hal ini. 


Pemerintah pun akhirnya terpaksa berutang dengan jumlah yang tak sedikit dengan alasan pemilihan ekonomi saat pandemi. Tanpa peduli, siapa nanti yang akan membayar utang dan apakah benar penyaluran dana utang tersebut. Lalu, rakyat diberikan sebuah tontonan yang memalukan dari para pejabat tinggi di negeri ini yaitu korupsi dana bansos, dan lainnya.


Tidakkah melihat bahwa ada masalah lain yang lebih urgent dari sekadar membasmi radikalisme versi pemerintah. Menjadi pertanyaan, benarkah radikalisme sebuah ancaman? Jika ya, apa ancaman tersebut?


Jika yang dianggap radikal versi pemerintah adalah orang-orang yang sebenarnya peduli dengan nasib negeri ini. Lalu, mencoba menawarkan sebuah solusi atau obat atas semua permasalahan di negeri ini dengan ditetapkannya aturan yang shahih yaitu aturan Allah. Salah mereka di mana? Mereka tak melakukan kekerasan fisik, perang, boikot, bahkan pemberontakan.


Mereka sampaikan dengan cara makruf dengan berdakwah, baik ke kalangan gras root, pemuda, mahasiswa, ibu rumah tangga, para tokoh dan intelektual, para aktivis, ulama, pejabat pemerintahan untuk menyamakan persepsi masalah utama umat apa, lalu solusinya apa. Namun mungkin bagi para musuh Islam, mereka yang menawarkan solusi Islam akan dianggap bahaya karena akan mengancam eksistensi musuh Islam yang menguasai negeri-negeri muslim. Sehingga musuh Islam akan terus berupaya menghalangi hal tersebut.


Musuh Islam menggunakan para pemimpin negeri kaum muslim sebagai kaki tangan mereka. Agar sesuai dengan apa yang mereka inginkan, karena mereka tahu Islam dan kaum muslim akan bangkit suatu saat nanti. Maka tak heran, jika mereka rela menggelontorkan dana sebesar apapun untuk merealisasikan keinginan mereka.


Pemuda: Penakluk Roma Garda Terdepan


Ketahuilah, mereka tak akan pernah bisa menghalangi kebangkitan umat Islam. Mungkin mereka mampu menunda tapi tak bisa menghalangi fajar kemenangan Islam dan kaum muslim yang telah Allah janjikan. Jadi, apa yang mereka lakukan sebenarnya sia-sia dan merugi. 


Maka, penting bagi para pemuda agar melek dan paham politik Islam. Menggunakan kaca mata Islam dalam memahami politik  agar tidak salah paham, apalagi gagal paham tentang persoalan apa yang sebenarnya terjadi di negeri ini. Idealnya, mereka menjadi pejuang Islam di garda terdepan sebagaimana para sahabat Rasul. 


Pemuda hendaknya open mind terhadap kajian keislaman yang ada baik di masjid, kampus dan sekolah. Aktif dan menjadi bagian di dalamnya, tentu harus tahu dan kritis mana kajian keislaman yang benar dan tidak. Ciri kajian yang benar yaitu jika yang dikaji adalah Islam, penyatu mereka adalah ikatan akidah Islam, tidak mengajarkan kesesatan dan ashobiyah, berkumpul untuk membentuk manusia yang berkepribadian Islam dan mencari solusi dari Islam. 


Jadilah generasi penakluk Roma, sebagaimana Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel di usia 21 tahun. Sabda Rasul, "Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Roma?’ Rasul menjawab, ‘Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.’ Yaitu: Konstantinopel’.” (HR. Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim)


Ya, Konstantinopel sudah ditaklukkan oleh hamba pilihan Allah. Tugas pemuda sekarang adalah melanjutkan misi hadis tersebut yaitu menaklukkan Roma. Dalam proses menaklukkannya, pemuda harus paham politik Islam, tidak terjebak dan terbawa arus politik sekuler dan opini sesat yang memojokkan Islam dan kaum muslim. 


Lalu, Jika hasil survei tersebut adalah rekayasa politik, maka sesungguhnya pertarungan politik sedang terjadi. Islam dijanjikan dan  ditakdirkan akan menang oleh Allah. Sebagaimana firman-Nya, "Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (TQS. At Taubah: 33)


Tugas manusia adalah terus menyampaikan kebenaran, baik lewat dunia nyata maupun  dunia maya. Memahamkan pada umat tentang makna politik Islam yaitu pengaturan umat oleh aturan Islam kaafah. Bukan politik pragmatis yang dipertontonkan hari ini di depan rakyat, dimana hanya kepentingan yang berbicara. Kemarin jadi lawan, esok bisa jadi kawan.


Karena hanya dengan pemahaman politik Islam, perubahan hakiki dapat diraih. Perubahan ke arah cahaya, dimana hanya aturan Allah saja yang diterapkan di muka bumi. Membawa keselamatan dan kesejahteraan ke seluruh alam (QS. Al Anbiya: 110).


Allahu A'lam bi ash Shawab. []

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama