Atasi Kedunguan Dengan Politik Islam

 



Muslimahvoice.com - Wartaekonomi.com (23/3/2021) menyajikan hasil survey tanggal 4-10 Maret 2021 oleh Indikator Politik Indonesia. Hasil survey sebagaimana dinyatakan oleh Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia 64,7% anak muda menilai partai politik/politikus tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi rakyat.

Bukan tanpa dasar jika kalangan muda memiliki pandangan yang demikian. Tidak hanya 1 fakta bahwa aspirasi rakyat tidak gayung bersambut dengan wakil politik mereka diparlemen. Contoh yang masih segar adalah di sah kannya UU Ciptaker. Kurang apa mahasiswa dan kaum pekerja memprotes UU tersebut. Faktanya  tetap disahkan.


Politik Kapitalisme tidak Mencerdaskan Milenial


Karakter politik demokrasi-kapitalisme tidak menjadikan kalangan muda cerdas. Padahal politik dalam KBBI di definisikan 1) pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan. 2) segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain. 3) cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah.


Berdasar definisi tersebut, tersurat pentingnya politik untuk  dipahami kalangan muda. Sayangnya, politik demokrasi-kapitalisme yang bercirikan tidak ada kawan abadi yang ada kepentingan abadi, tanpa uang politik tidak jalan, birokrasi yang korup, telah membentuk prespektif buruk pada semua kalangan, tidak hanya kalangan milenial. Muncullah opini bahwa politik itu kotor, politik itu untuk kekuasaan. Akhirnya mereka tidak peduli dengan negaranya, apatis, pragmatis dan invidualis. 


Kebobrokan politik demokrasi-kapitalisme bukan semesta kesalahan subjek/pelaku politik. Akan tetapi dari ide dasarnya yang salah. Politik demokrasi lahir dari ideologi kapitalisme dengan asas sekulerisme -pemisahan urusan agama dari kehidupan-. Artinya, urusan dunia tidak boleh diatur dengan agama. Dapat diartikan pula bahwa urusan dunia bukan untuk mencari ridho sang pencipta - Allah SWT -, melainkan ridho manusia dan nafsu. Maka terbentuklah perilaku politik demokrasi sebagaimana tersebut di atas. 


Sekulerisme inilah pangkal yang menjadikan  manusia tidak cerdas, dan sempit pemikirannya. Akhirnya, wabah tidak cerdas/dunggu ini bisa menjalar ke semua orang yang hidup di sistem demokrasi-kapitalisme ini. Karena orang cerdas adalah sebagaimana qaul sahabat Abu Bakar ash Shidiq, "Ketahuilah bahwa cerdas yang paling cerdas adalah takwa. Bodoh yang paling bodoh adalah melakukan dosa". 


Bagaimana kalangan milenial akan cerdas, sedang sistem dimana ia hidup mencegahnya untuk takwa dimanapun ia berada? Bagaimana kalangan muda terlibat dalam menyelesaikan problem kenegaraan sedangkan ia didik oleh sistem untuk individualis? Bagaimana pemuda mau bicara perubahan, sedang konsep perubahan itu dipupus dengan isu radikalisme, intoleransi, terorisme dan pluralisme?


Milenial Cerdas dengan Politik Islam


Islam sebagai rahmatan lil'alamin, memiliki konsep untuk seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk politik. Politik didefinisikan sebagai ri'ayatus su'unil ummah -pengaturan urusan manusia-. Maknanya, politik dalam Islam adalah  tindakan mengurus urusan manusia dengan hukum-hukum Islam. Jadi politik Islam tidak bisa dipisahkan dari aqidah dan syariat Islam. Dengan pengaturan berdasar syariah Islam inilah, menjadikan seluruh rakyat selalu ingat dengan Allah SWT, dan hidupnya di arahkan oleh negara untuk mengapai ridho Allah SWT.


Politik Islam inilah yang mencerdaskan. Yang menjadikan politikus bekerja dengan amanah. Partai politik berdiri dengan prinsip tidak ada lawan yang ada ukhuwah yang abadi. Kepentingan abadi untuk izzul Islam wal muslimin. Politik jalan dengan hukum syar'i, birokrasi untuk melayani, dan rakyat selalu melakukan muhasabah lil hukam - koreksi kepada penguasa-.


Politik Islam inilah yang akan mencetak milenial cerdas. Milenial yang selalu menghendaki kondisi perubahan ke arah yang baik. Baik, dalam kaca mata syar'i. Yakni hidup dengan standard halal haram. Semoga Allah SWT selalu menambah petunjukNya kepada kalangan milenial diabad RI 4.0 dan kaum muslimin seluruhnya. Sebagaimana yang diperoleh para pemuda ashabul kahfi. Aamiin. Dan akhirnya, politik Islam why not? 


" Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk" (Qs. Al Kahfi: 13).[]


Penulis:

Puji Astutik (Pelaku Dakwah Literasi)

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama