Oleh: Rina Fauziah
(Pegiat Literasi Pena Langit)
Muslimahvoice.com - Sejak pandemi melanda, dunia seolah berubah menjadi 180 derajat. Aktivitas yang biasa dapat dilakukan di luar rumah kini beralih ke dunia maya sebagai pengganti pertemuan tatap muka. Ekonomi juga sempat dirasa seret dialami oleh masyarakat dunia, berbeda dengan para pemilik platform media sosial justru mereka sangat diuntungkan di masa pandemi ini. Diantara aplikasi yang paling diminati adalah WhatsApp. Namun anda tau tidak belakangan ini aplikasi chat ini melakukan kebijakan baru hingga menuai polemik. Para pengguna pun beropini beramai-ramai untuk pindah aplikasi chat yang lain.
Dilansir dari cnnindonesia.com, Sebelumnya, Aplikasi pesan WhatsApp menuai kritik dari sejumlah penggunanya. Hal itu terjadi setelah WhatsApp menerbitkan kebijakan privasi baru, yakni data pribadi milik penggunanya bisa dibagi kepada Facebook. Kemudian aplikasi pesan singkat WhatsApp menunda keharusan bagi penggunanya membagi data pribadi ke paltform Facebook. Mulainya akan direncanakan berlaku pada 8 Februari. Penundaan ini WhatsApp lakukan karena kecemasan terhadap eksodus pindah pengunaan aplikasi pesan singkat lainnya jika kebijakan itu diberlakukan.
Akibat kebijakan baru tersebut, para pengguna mulai melirik aplikasi chat yang dianggap lebih aman dan dapat menjaga privasi penggunanya. Beberapa aplikasi alternatif pun bermunculan dari Signal, Telegram bahkan BIP buatan Turki meski aplikasi chat tersebut bukan apliksai baru. Fenomena eksodus ini tentu menjadi kegalauan tingkat dewa yang dirasakan oleh korporasi media sosial WhatsApp. Melansir dari wartaekonomi.co.id, berdasarkan data App Annie WhatsApp sebagai aplikasi dengan unduhan terbanyak di Inggris turun dari posisi ke-8 pada awal Januari menjadi ke-23 pada 12 Januari. Sedangkan Telegram mengklaim mendapat 25 juta pengguna baru di seluruh dunia, Signal pun mencatatkan 7,5 juta pengguna baru.
Potensi Umat Muhammad Saw
Fenomena eksodus yang diopinikan pengguna sosial media WhatsApp ke aplikasi lain membawa dampak berkurangnya pengguna dan pamor dari aplikasi WhatsApp. Bahkan WhatsApp belakangan ini membuat status pemberitahuan bahwa pihaknya berkomitmen menjaga privasi para penguna. Padahal Ini hanyalah sedikit gerakan kecil untuk menekan sebuah korporasi. Bagaimana bila gerakan ini diterapkan pada potensi besar umat islam yang bersatu dengan pemikiran dan visi misi yang sama yakni kembalinya kebangkitan islam? sungguh dapat dibayangkan betapa besar potensi umat islam apabila benar terjadi. Umat islam yang kini hidup tertindas oleh kemiskinan, kebodohan, terjajah hegemoni kapitalisme sekuler akan dapat memukul dan membebaskan dirinya jika mereka bersatu.
Umat islam merupakan umat pilihan Allah Swt yang telah diberi gelar sebagai umat terbaik. Namun sayang gelar ini belum nampak sebab umat banyak melupakan tuntunan islam dalam menjalani kehidupan. Jauh berabad-abad yang lalu islam telah menemui kejayaanya, ia melahirkan potensi luar biasa seperti aspek sosial, ekonomi, populasi, geografi, ilmu pengetahuan, tsaqofah islam, industri, SDA dan militer.
Dari populasi muslim dunia, Berdasarkan data Pew Research Center tahun 2020 umat islam telah memiliki pengikut mencapai 1,9 miliar. Selanjutnya, di tahun 2050 diperkirakan Islam tumbuh dengan persentase 29,7% dari jumlah penduduk dunia. Jumlah sebesar ini juga dapat mengiplmentasikan potensi SDM serta militer yang dikerahkan.
Dari segi ekonomi serta SDA, negeri-negri islam merupakan negeri yang Allah Swt limpahi keberkahan. Negeri muslim memiliki banyak potensi SDA yang besar seperti hutan, sumber daya laut, barang tambang hingga emas. Teman-teman bisa mencari tau hutan terbesar yang ada di negeri muslim itu dimana? Iya benar di Indonesia, Indonesia memiliki hutan terluas ke 9 di dunia (idntimes.com). Emas terbaik ada dimana? Iya benar ada di Indonesia dengan grasberg (bbc.com). penghasil minya bumi terbesar? Iya benar arab saudi dan masih banyak potensi negeri muslim lainnya. Belum lagi jika melihat bahan pangan seperti beras, gandum, buah-buahan dan sayuran banyak diproduksi oleh negeri muslim lainnya seperti Bangladesh, Indonesia, Turki dan Kuwait.
Apabila kita jabarkan lebih banyak, kekayaan negeri muslim ini tentu dapat memberi dana mereka dalam memerangi hegemoni kapitalisme sekuler yang dibawa oleh negara super power Amerika Serikat. Tak ada satu pun negara yang akan menandingi besarnya potensi yang dibawa oleh negeri muslim jika mereka bersatu. Untuk mewujudnya semua ini tentu membutuhkan political will dimana umat islam bersama-sama mewujudkan kembali kebangkitan islam dibawah satu komando Khalifah Islam. Waallahu’alam.[]