Program Sekolah Penggerak: “Transformer Profil” Fasad ala Sekuler

 


Oleh Fara Lorenza

(Antusiasme Media Sosial)


Seakan belum merasa kenyang dengan membeberkan Rencana Besar Pendidikan Vokasi yang secara tidak langsung memporak-porandakan angan para pelajar. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim meluncurkan merdeka belajar episode 7: Program Sekolah Penggerak. Dia mengatakan, program sekolah penggerak merupakan katalis untuk mewujudkan visi reformasi pendidikan Indonesia yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik melalui enam profil pelajar Pancasila. “Program ini dirancang untuk mendapatkan pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global,” ujar Mendikbud dalam peluncuran secara daring (JPNN.com, 01/02/2021).


Apabila diamati secara seksama, Program Sekolah Penggerak hanya akan menimbulkan permasalahan baru yang sekaligus menghimpun pada profil atau sering di sebut kepribadian yang dialami oleh pelajar. Hal tersebut di dukung dengan melihat kondisi pelajar yang mengalami Learning Lost yang merupakan munculnya tanda-tanda atau bahkan sudah mengalami kebosanan, hilangnya kemampuan bahkan tidak berminat pada sekolah yang timbul dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang semakin hari tidak kondusif. Di samping itu, juga tidak sedikit yang akhirnya memutuskan untuk tidak bersekolah akibat tidak terjangkaunya PJJ. “Sebanyak 31,9 persen sekolah/guru yang menilai siswanya sebagian besar sudah memenuhi standar kompetensi. Jika sebagian besar guru menilai siswanya tidak memenuhi standar kompetensi, artinya sudah ada kecenderungan terjadi Learning lost” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi X DPR RI (Republika, 21/01/2021). 


Bagaimana mampu menjadikan pelajar yang beriman dan bertakwa, jika penyusunan dan penyajian dalam kurikulum pendidikan yang diberikan memiliki ketidakjelasan dan semakin bertambah masalah yang berakibat pada kegagalan-kegagalan dalam praktik penerapannya. Bahkan secara terang-terangan memisahkan antara agama dengan kehidupan, dengan menjadikan agama hanya berada pada hal ibadah sedangkan dalam segala urusan kehidupan membiarkan dengan apa saja yang diinginkan. Di satu sisi, pelajar memanfaatkan perkembangan infromasi dan teknologi dengan paham mengikuti trend kekinian yang berakibat pada tidak adanya kontrol dari diri, keluarga, masyarakat bahkan negara. 


Di sisi lain, sekolah pun juga tidak mampu mengontrol apakah pelajar mampu menerima materi yang disampaikan oleh tenaga pendidik. Sehingga, hal tersebut menjadikan profil pelajar yang sebelumnya sudah buruk mengalami perubahan ke arah fasad (rusak) secara pemikiran dan berperilaku.


Apabila negara memiliki harapan menjadikan pelajar Indonesia yang memiliki akhlak mulia, maka perlu adanya perubahan mendasar yang menyeluruh agar mampu membentuk kepribadian mulia. Islam, memiliki sistem yang mencakup pembentukan kepribadian yang di sebut dengan kepribadian Islam (Syaksiyah Islamiyah). Kepribadian Islam dapat terbentuk apabila telah terikat dengan Islam antara ‘aqliyah (pola pikir) yang sudah mengetahui hukum-hukum yang dibutuhkan serta senantiasa menambah ilmu syariah sesuai kemampuan dengan nafsiyah (pola sikap) sebagai bentuk pelaksanaan dari hukum-hukum syara’ dan penerapan dalam segala urusan dikehidupan. 

Disamping itu, penurunan dan peningkatan keimanan yang berakibat pada pribadi disebabkan adanya pengaruh dari rangsangan internal maupun eksternal. Islam tentu mampu menjaga hal tersebut dengan adanya kontrol dari diri, keluarga, masyarakat dan negara. Kondisi seperti ini mampu membentuk profil yang berakhlak dan bertakwa sehingga bisa menguasai kehidupan (dunia) dengan sesungguhnya dan tak perlu diragukan lagi kebahagiaan akhirat akan diperoleh dengan berbagai upaya dan usaha serta keyakinan penuh. Sehingga, harapan terbesar yaitu predikat tertinggi sebagai hamba Allah SWT dapat diraih. InsyaaAllah, wallahu a’lam bish-shawabi.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama