Oleh: Dede Yulianti
Muslimahvoice.com - Lahirnya umat Islam diawali dengan amanah dakwah yang diemban Nabi Muhammad Saw. Dengan kegigihan dan perjuangan Beliau, umat mengenal Rabbnya dan menapaki jalan luhur sebagai manusia. Menjadi hamba Allah SWT, mengelola dunia dengan petunjuk Al-Qur'an. Dakwah Nabi Saw. bersama para sahabat sebagai rakyat jelata, mendapat tekanan dan siksaan di Mekkah. Di bawah penguasa zalim kafir Quraisy. Siapapun yang mengatakan pemikiran bertentangan dengan kafir Quraisy, dihantam, dibasmi bahkan dibunuhi. Begitulah yang terjadi kepada para sahabat Beliau, keluarga Yasir dan juga Bilal bin Rabah. Bahkan boikot selama 3 tahun membuat kelaparan dan kesulitan ekonomi membelit kehidupan kaum muslimin.
Semua terhenti sejak Nabi Saw. menjadi pemimpin, kepala negara di Madinah. Kekuasaan dan kedaulatan di tangan Islam. Rasulullah Saw. menegakkan dan menerapkan hukum-hukum Allah. Melaksanakan tugas utama dan mulia sebagai umat terbaik. Menebar cahaya hidayah Islam ke seluruh penjuru bumi, dengan dakwah dan jihad. Satu persatu wilayah jazirah Arab tunduk pada kekuasaan Islam. Keadaan berbalik, umat Islam dalam kondisi terbaik. Aman, tenteram, dan sejahtera. Janji Allah SWT dalam surat An nur 55 terwujud.
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
Sepeninggal Beliau, kepemimpinan dilanjutkan oleh para sahabat. Demi melaksanakan tugas penting menjalankan kepemimpinan Islam, para sahabat menunda pengurusan jenazah Rasulullah Saw yang mulia selama tiga hari dua malam. Inilah bukti ijma sahabat, yang mewajibkan adanya Khalifah. Bahkan kosongnya kekhilafahan tidak boleh lebih dari tiga hari. Begitulah Khilafah Islam senantiasa ada dan terjaga sampai 1400 tahun lamanya. Umat Islam mencapai puncak kegemilangan. Terpelihara aqidah, harta, nyawa dan kehormatannya.
Tragedi di Bulan Rajab
Khilafah Islam terus berlanjut sampai terjadinya tragedi menimpa umat. Di tangan antek Inggris Mustafa Kamal khilafah Islam di Turki dihabisi pada tahun 1924. Dihapus dari muka bumi. Seketika hukum-hukum Allah diganti menjadi hukum buatan manusia. Sekularisasi di semua lini. Agama dienyahkan dari pengaturan negeri. Jika dihitung dari tahun hijriah maka ketiadaan Khilafah sudah 100 tahun lamanya. Padahal tidak boleh umat lebih dari tiga hari tanpa Khilafah. Wajib ada, jika tidak berdosa. Siapakah yang menanggung dosanya.
Tak pernah terbayangkan kondisi umat Islam kemudian berbalik hingga titik terendah. Kembali lagi seperti zaman Nabi di Mekkah. Siksaan dan penderitaan keluarga Yasir dialami ribuan bahkan ratusan ribu kaum muslimin di berbagai wilayah. Darah dan air mata umat tumpah tanpa henti. Palestina, Irak, Afganistan, Suriah, Yaman, Kasmir, Uighur, Myanmar, Filipina, Serbia, bosnia. Umat Islam dibantai tanpa satupun pembela. Persis seperti yang dikabarkan Rasulullah Saw bagai hidangan di atas meja makan. Dicabik-cabik musuh Islam dari segala penjuru.
Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud)
Hilangnya Sang Junnah
Semua itu berpangkal karena umat tidak memiliki kepemimpinan yang menjadi junnah. Perisai bagi mereka, pelindung penjaga, pengurus dan pembela umat. Itulah khilafah. Pemimpin bagi umat. Sebagaimana sabda Nabi Saw. Al imamu junnah. Imam (pemimpin) itu adalah perisai bagi umat. Lihatlah sekarang derita tiada henti akibat lenyapnya khilafah.
Malapetaka terbesar bagi umat. Negeri-negeri Islam dikuasai penjajah. Kekayaan alam berlimpah dijarah, umatnya dibantai berlumuran darah, pemikirannya disekularkan. Ketiadaan khilafah mengakibatkan terabaikannya aturan-aturan Islam. Ayat-ayat Alquran hanya menjadi bacaan dan hafalan yang tak nampak pelaksanaannya. Sebaliknya justru pengamalannya dianggap radikal tak toleran. Asing terhadap ajarannya sendiri. Hukum-hukum dan ajaran Islam dimusuhi, dianggap ancaman dan dihinakan.
Kewajiban jilbab dianggap penjajahan. Hingga berani membuat keputusan, tidak layak bagi pendidik menghimbau, menyuruh berjilbab. Mereka menganggap kebebasan sebagai Tuhan-tuhan baru yg diagungkan. Disucikan melebihi perintah Allah.
Wajar jika riba merebak, zina tak mampu dihentikan, penyakit kelamin menular Aids semakin tinggi. Alhasil murka Allah tak bisa dihindari. Jika merebak riba dan zina maka mereka menghalalkan azab Allah. Na'udzubillah.
Anak-anak kaum muslimin diasuh dengan pemikiran liberal. Kaum muda digoyang budaya syahwat K-Pop, game online dan Valentin day yang melalaikan. Kaum tua mengejar nafsu harta dunia, korupsi, perselingkuhan, merajalela.
Sungguh kemalangan umat tak akan pernah terhenti. Hingga khilafah tegak kembali. Padahal Rasulullah Saw beri kabar gembira. Janji Allah, tegaknya kembali khilafah Islam di akhir zaman. Maka kita tak boleh berhenti mendakwahkan ajaran Islam mulia ini. Hingga kesadaran terpatri di sanubari umat. Kembali memeluk dan menegakkan sistem hidup Islam. Menjadi umat terbaik yang dilahirkan di tengah-tengah umat manusia.
"Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS Ali Imran: 110).
Maka aktivitas dakwah amar makruf nahi mungkar mestilah dijalani sungguh-sungguh, agar terwujud kepemimpinan Khilafah Islam. Itulah jaminan berakhirnya penderitaan umat.[]