Oleh: Vania Puspita Anggraeni
Muslimahvoice.com - Yaqut Cholil Qoumas atau yang akrab disapa Gus Yaqut telah beberapa kali mengeluarkan statement yang mengundang polemik publik setelah diangkat sebagai Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi. Salah satu diantaranya adalah statement beliau yang mengatakan bahwa agama harus dijadikan sebagai inspirasi bukan aspirasi.
Dikutip dari laman artikel online antaranews.com beliau menyampaikan, jika agama dijadikan aspirasi oleh orang yang tidak tepat maka hal itu akan sangat berbahaya. Secara umum, beliau menyampaikan jika Indonesia terdiri dari beraneka ragam agama, sehingga jika ada yang menghilangkan salah satu dasar agama maka hal itu sama dengan menghilangkan Indonesia. Bahkan beliau juga menyampaikan bahwa agama sudah ada yang yang menggiring menjadi norma konflik. Dimana norma konflik itu juga disebut dengan populisme islam.
Dari pernyataan tersebut, seolah beliau memberi gambaran jika perkembangan salah satu agama di Indonesia yaitu islam, dapat memberi ancaman bagi Kebhinekaan Tunggal Ika. Karena di Indonesia terdiri dari banyak agama yang harus dijaga. Sehingga untuk menghilangkan kemungkinan terburuk tersebut, populisme islam harus dicegah.
Padahal jika boleh berpendapat, islam adalah agama yang sangat menjunjung toleransi antar umat beragama. Islam adalah agama yang memiliki tata aturan tersendiri untuk menjaga keselarasan agama lain dalam menjalankan peribadahan masing-masing sehingga dapat hidup berdampingan tanpa adanya diskriminasi. Meskipun dalam situasi mayoritas.
Aturan islam dalam memaknai toleransi dapat dilihat pada zaman kekhalifahan islam yang memberikan bukti konkrit berupa kehidupan non muslim dan umat islam secara berdampingan tanpa menggangu satu sama lain. Saat itu, aturan islam yang diterapkan justru membawa kemaslahatan bagi semua orang. Bukan hanya umat islam itu sendiri, tapi juga non muslim yang hidup di dalam daulah islam. Khalifah tetap menjamin penghidupan yang layak bagi non muslim dan tidak melarang atau menghalangi peribadahan mereka.
Dikutip dari laman artikel online muslim.or.id, salah satu contoh toleransi islam adalah dengan ajaran berbuat baik terhadap tetangga meskipun berstatus non muslim. Sikap toleransi ini ditunjukkan oleh Abdullah bin ‘Amru ketika pembantunya sedang memotong kambing. Beliau berpesan kepada pembantunya untuk membagikan terhadap tetangga mereka yang Yahudi terlebih dahulu.
Tidak hanya itu, dikutip dari Republika.co.id, Sir Thomas Sir Thomas Walker Arnold dalam The Preaching of Islam. A History of Propagation of the Muslim Faith mengomentari besarnya penghargaan Islam terhadap prinsip toleransi. Menurutnya, kaum non musliam dapat merasakan adanya toleransi yang besar dibawah aturan penguasa muslim. Padahal, saat itu, Eropa belum mengenal toleransi sama sekali. Sir Thomas juga menambahkan bahwa ketika dinasti muslim berkuasa banyak sekte Kristen yang dibiarkan hidup, berkembang, dan bahkan dilindungi aturan negara.
Sehingga dalam hal ini dapat sisimpulkan, jika islam dijadikan sebagai inspirasi maka islam akan membawa kebaikan secara hakiki karena bersumber dari wahyu Allah yang dapat merespon dinamika persoalan sepanjang waktu. Sementara jika islam dijadikan sebagai aspirasi, maka islam tidak akan mengancam keberagaman, karena justru memberi solusi atas kegagalan dalam mewujudkan integrasi atau keutuhan bangsa dalam sistem sekuler saat ini
Maka tidaklah benar jika pencegahan populisme islam dijadikan solusi untuk menghindari ancaman kebhinekaan tunggal ika. Karena dengan adanya penerapan islam yang memiliki seperangkat aturan dalam mendistribusikan kemaslahatan dan kesejahteraan, justru akan membawa keadilan bagi sesama, baik muslim atau non muslim. Dimana dari keadilan tanpa diskriminasi itu akan menghadirkan rasa sama rata bagi semua rakyat dalam daulah dan tentunya hal ini akan memunculkan persatuan umat hakiki yang saat ini seolah tidak terlihat.[]