Harga Pakan Melambung, Peternak Bingung

 


Oleh : Resti Meitania


Muslimahvoice.com - Menjelang penghujung bulan pertama di tahun 2021 ini, mendadak masyarakat dihebohkan dengan video yang memperlihatkan seorang pria yang sedang melemparkan telur-telur sambil mengucapkan kekecewaan, viral di media sosial. Video yang sudah dibagikan lebih dari 5000 kali ini diunggah oleh akun facebook Rurin Zemox. Belakangan diketahui, pria yang melakukan aksi buang telur itu bernama Suparni atau pitut. Peternak asal Ngariboyo, Magetan, Jawa Timur.


Meskipun akhirya Suparni mengklarifikasi dan meminta maaf, video yang terlanjur viral itu seolah menunjukan kerisauan dan kekecewaan peternak atas harga pakan yang masih melambung tinggi. Dalam video nya, Suparni mengungkapkan kekecewaanny karena harga telur ayam yang anjlok. Sedangkan di sisi lain, harga pakan ayam mengalami kenaikan hingga Rp.50.000 per sak.


Ketidakstabilan harga pakan membuat para peternak bingung. Suparni salah satunya. Ketika harga pakan bagi ayam-ayamnya naik, harga telur justru merosot tajam. Alih-alih, daripada dijual dengan harga murah, akhirnya Suparni mengungkapkan kekecewaannya dengan membuang telur-telur tersebut. Bukan lagi untung, tetapi kerugian yang didapatkannya.


Hal serupa juga terjadi di wilayah Aceh. Kalangan peternak ayam pedaging maupun petelur, turut mengeluh atas kenaikan harga pangan yang mencapai Rp.40.000 - Rp. 50.000 per sak. Sementara harga ayam pedaging dan telur saat ini menurun. Akibat ketidakseimbangan ini, banyak peternak yang akhirnya tutup sementara. Sedangkan yang masih bertahan, rata-rata adalah peternak yang memiliki kerjasama dengan produsen pakan. Mereka masih mendapat kiriman pakan. Sehingga biaya produksi bisa dapat ditekan. Tak jarang, hasil daging dan ayam, biasanya dijual kembali pada produsen pakan. Sehingga peternak yang menjalin kerjasama seperti ini masih bisa beroperasi. Meskipun tetap mengalami penurunan penghasilan bahkan mengalami kerugian.


Harga pakan yang naik disebabkan oleh harga bahan baku yang juga merangkak naik. Seperti bungkil kacang kedelai yang naik hingga Rp.9.700-an per kilo dan tepung ikan yang juga naik karena nelayan mengalami musim paceklik. Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi oleh suasana pandemi di dalam dan luar negeri. Produktivitas bahan baku yang menurun, juga harga bahan baku yang cenderung meningkat, membuat harga pakan juga melambung tinggi. 


Jatuhnya harga telur, salah satunya disebabkan oleh menurunnya daya serap pembeli, khususnya di wilayah-wilayah yang masih mengalami PSBB. Kondisi ini membuat stok telur di gudang peternak tertunda dan semakin lama terus menurun kualitasnya hingga akhirnya busuk. Sampai kemudian harga telur "diterjun bebaskan" oleh para peternak.


Selain itu, terganggunya distribusi bahan baku pakan yang didapatkan dari negara lain juga menjadi alasan atas naiknya harga pakan. Selama ini Indonesia meng-impor bahan baku pakan berupa premiks, suplemen pakan dan aditif. Sebanyak 60% kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan dalam negeri adalah berasal dari China. Sejak covid19 mulai mewabah di negeri tirai bambu tersebut, akhirnya distribusi pasokan bahan baku pakan pun menjadi terhambat.


Yang mesti disoroti dari kedua penyebab naiknya harga pakan adalah pasokan bahan baku pakan yang terhambat. Ekspor dan impor dalam dunia perekonomian merupakan hal yang biasa. Namun, karena rusaknya sistem ekonomi kapitalis yang hanya mementingkan celah keuntungan semata, maka kegiatan ekspor dan impor pun dilakukan dengan tidak seimbang dan mengabaikan perkembangan usaha rakyat didalam negerinya sendiri. Alih-alih menyejahterakan rakyat, justru malah menyusahkan rakyat. 


Seandainya bahan baku tidak melulu dan tidak terlalu banyak impor, disaat pandemi dengan keterbatasan distribusi seperti saat ini, para peternak di negeri ini tidak akan mengalami kebingungan dan kerugian. Sejatinya Indonesia dengan kekayaan alamnya, masih mampu untuk memenuhi segala kebutuhan bahan baku pakan. Misalnya saja, pada Januari 2020, PT Berdikari (persero) menyatakan pihaknya siap membangun pabrik pakan dengan biaya internal sebesar 100 miliar. Mereka menyadari betapa pentingnya Indonesia untuk bisa menghasilkan pakan bagi para peternak. Semestinya, pemerintah bisa untuk mendukung dengan sepenuhnya. Karena bidang pertanian dan peternakan masih menjadi sumber penghasilan utama masyarakat Indonesia. Agar tidak melulu ketergantungan kerjasama impor yang justru banyak membuat para peternak dan petani Indonesia mengalami kerugian. Karena yang mengatur kebijakan ekspor dan impor saat ini adala sitem buruk ekonomi kapitalisme liberal, maka tidak heran banyak sekali kerugian yang dialami rakyat. Kerjasama antar negara hanya untuk meraup keuntungan bagi segelintir kelompok saja.


Impor, sah-sah saja. Namun, seharusnya Indonesia, dengan kekayaan alamnya mampu menyediakan bahan baku pakan sendiri. Pemerintah bisa memberikan perhatian melalui kebijakan-kebijakan strategis. Semisal dengan mendirikan industri-industri yang mampu menyokong segala kebutuhan dan kepentingan para petani dan peternak. Membangun sistem ekonomi yang sehat bagi para pengusaha. Tanpa lagi menerapkan sistem politik dan ekonomi kapitalisme yang jelas sangat merugikan para petani juga peternak. Menjauhkan sistem yang rusak dari dalam negeri, menyehatkan kembali perputaran ekonomi Indonesia, tentu tidak mudah. Banyak yang mesti dibenahi secara sistemik. Inilah yang kemudian mesti juga menjadi sorotan Indonesia, bahkan dunia. Bahwa sejatinya, secantik apapun sistem politik ekonomi kapitalisme dikemas, dia tetap akan merugikan banyak pihak. 


Indonesia dan dunia, harus mampu menghapus segala kebijakan sistemik yang rusak ini. Sitem yang menyalahi fitrah manusia.


Saat ini sudah saatnya dunia melihat kebelakang. Bahwa pernah ada sistem yang haq. Sistem yang mempu menjamin kesejahteraan manusia. Bukan hanya urusan pertanian dan peternakan. Namun, seluruh urusan manusia, sistem pemerintahan, politik, pendidikan,sosial bahkan kebudayaan. Sejarah mencatat, bahwa islam pernah menjadi ideologi adidaya, pengatur sistem perekonomian dunia. Dengan landasan amar makruf nahi munkar, tidak ada kebobrokan yang merusak manusia didalamnya. Berbeda dengan sistem perekonomian kapitalisme, yang hanya bertujuan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Manusia akan selalu dibuat merugi dan merasakan kesusahan. Semoga Indonesia dan dunia, segera membuka mata. Meninggalkan yang rusak dan bersiap menyambut sistem baru yang rahmatan lil`alamin.


Referensi :

https://www.tribunnews.com/regional/2021/01/26/viral-video-pria-buang-ribuan-telur-ayam-kini-minta-maaf-itu-saya-lakukan-karena-rasa-kecewa

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5350585/ini-penyebab-harga-pakan-naik-di-magetan-hingga-ada-peternak-buang-telur

https://aceh.tribunnews.com/2021/01/26/harga-pakan-ternak-terus-bergerak-naik-peternak-minta-pemerintah-kendalikan-harga

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama