Tertinggi Se-Asia, Prestasi atau Frustasi?



Oleh: Desi Wulan Sari 


Muslimahvoice.com - Jika pencapaian tertinggi sebuah tujuan diraih, maka akan menjadi simbol kebahagiaan. Tetapi, jika pencapaian tertinggi diraih namun tidak  pada bidang yang tepat, tentu akan menjadi sebuah pertanyaan besar bagi yang menilainya. 


Begitupun dengan apa yang dialami tenaga kesehatan negeri ini. Ternyata angka kematian para nakes di masa pandemi telah merangkak naik, Data dari Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperlihatkan, sampai dengan akhir Desember 2020 terdapat 504 tenaga kesehatan (nakes) yang wafat akibat Covid-19. IDI mencatat, angka kematian tenaga medis di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia dan masuk lima besar di seluruh dunia. Tenaga medis yang wafat terdiri atas 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, tujuh apoteker, dan sepuluh tenaga laboratorium medik.(Republika.co.id, 2/1/2021)


Inilah angka kematian para nakes sejak pandemi muncul. Angka ini tidak bisa dikatakan sedikit, ratusan nyawa nakes telah menjadi korban wabah yang menyebar dengan cepat. Ketidaksiapan npenguasa negeri dalam mengantisipasi wabah ini membuat korban terus berjatuhan. Virus Covid-19 saat awal kemunculan masih sangat mematikan efeknya, dan semestinya penanganan, peringatan dan kesiapan negara perlu di lakukan dengan cepat. Namun, faktanya semua harus ditangani dengan serba kekurangan tenaga, alat medis, dan pikiran panjang terhadap persoalan-persoalan lain, padahal urusan kesehatan dalam masa darurat. Urusan biaya dan kebutuhan pemenuhan dana kesehatan lebih diutamakan.


Tidaklah heran, disaat kita hidup dalam sebuah sistem kapitalis, yang ada urusan materi selalu menjadi fokus utama bagi penguasa. Kehidupan tanpa memikirkan untung rugi, seakan terasa lemah dalam roda produksi ekonomi para penguasa kapital global. Sehingga, masalah kesehatan sekalipun, yang berurusan dengan nyawa dan kemanusiaan harus rela diabaikan demi keegoisan dunia semata. Maka, labeling tertinggi kematian nakes se Asia bahkan tertinggi ke 5 di dunia, menjadi simbol pencapaian sebuah prestasi, ataukah sebuah frustasi yang tengah dialami?


Jika merujuk pada prestasi, maka Islamlah yang pernah melakukan hal tersebut. Dan berubah menjadi frustasi ketika para penguasa negeri diikat tangan dan kakinya untuk bergerak, oleh sebuah sistem milik barat yaitu kapitalisme, sehingga mereka tidak mampu melindungi rakyatnya secara totalitas. 


Berbeda dengan sistem Islam. Menerapkan sebuah sistem pemerintahan independent yang asalnya dari kalamullah. Menjalankan kebijakan tidaklah setengah-setengah. tidak tebang pilih, dan tidak mengabaikan kebutuhan rakyat. Islam akan senantiasa menjaga nyawa umat manusia, karena nyawa seorang muslim dan manusia lebih berharga dari dunia dan seisinya. 


Perlunya melihat kembali bagaimana sistem kesehatan diterapkan negara dalam sejarah Islam, sejatinya rakyat membutuhkan negara yang menganggap kesehatan sebagai kebutuhan primer yang wajib dijamin pemenuhannya oleh penguasa dan negara.


Kematian nakes seperti saat ini tidak akan terjadi, ketika penanganan wabah yang pernah dilakukan oleh Daulah Islam terbukti mampu meminimalisir kematian rakyat. Penanganan cepat dan tepat menjadi sebab utama para pasien wabah tertangani dengan baik. 


Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan, dari Amir bin Saad bin Abi Waqqash, dari ayahnya bahwa ia pernah mendengar sang ayah bertanya kepada cara yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saat terjadi wabah yang mampu memyelamatkan rakyatnya dari kematian yang tinggi; 


Usamah bin Zaid, "Apa hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah berkaitan dengan wabah thaun?"


Usamah menjawab, "Rasulullah pernah bersabda: Wabah thaun adalah kotoran yang dikirimkan oleh Allah terhadap sebagian kalangan bani Israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu." (HR Bukhari-Muslim)


Hadis tersebut mirip metode karantina yang kini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit menular termasuk virus corona. Sehingga jika ada wabah, maka penduduk tidak boleh keluar daerah karena bisa menular. Sedangkan warga luar dilarang masuk daerah yang berwabah. Termasuk di dalamnya memperhatikan kebutuhan rakyatnya yang sedang dalam karantina baik sosial dan sandang pangannya. Tidak akan ada tenaga kesehatan yang menjadi korban selama masa pandemi, karena penanganan yang tidak tepat. Justru tenaga kesehatan lebih dijaga dan diutamakan keselamatannya karena mereka bekerja, menolong para pasien dan berada dalam garda terdepan perwakilan negara.   


Dalam Islam, negara menjalankan fungsinya dengan baik. Khalifah sebagai pemimpin rakyat benar-benar menjadi pelindung dan pengurus umat, karena rasa tanggung jawab dan amanah yang telah Allah percayakan kepada dirinya. Saatnya umat kembali pada syariat Allah swt, karena setiap problematika umat memiliki solusi di dalam sistem Islam. Wallahu a’lam bishawab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama