Oleh: Sherly Agustina, M.Ag
(Kontributor media dan pemerhati kebijakan publik)
Muslimahvoice.com - Rasulullah saw bersabda, "Maukah kalian aku beritahu tentang orang-orang yang paling buruk di antara kalian? Yaitu orang-orang yang kerjanya mengadu domba (menghasut), yang gemar menceraiberaikan orang-orang yang saling mengasihi (bersahabat), dan yang suka mencari kekurangan pada manusia yang tidak berdosa." (HR. Al-Bukhari)
Dilansir dari CNNIndonesia, Telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE) oleh Presiden Joko Widodo. Untuk merespons tumbuh kembang ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah terorisme RAN PE ini dibentuk. Sehingga, RAN PE dapat menjadi panduan dalam mengatasi pemacu (driver) ekstremisme berbasis kekerasan, khususnya yang mengarah pada tindak pidana terorisme di Indonesia (15/1/21).
Begitu seriusnya, pemerintah membuat program pelatihan pemolisian masyarakat yang mendukung upaya pencegahan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme. Masyarakat dilatih untuk memolisikan orang yang diduga terlibat dalam Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (detikNews, 17/1/21).
Bagi warga negara yang kritis tentu bertanya, mengapa pemerintah begitu serius membuat Perpres ini di tengah pandemi yang belum berakhir, utang yang menggunungg, permasalahan di berbagai bidang dan musibah yang melanda negeri ini. Apa masalah yang urgent bagi pemerintah saat ini? Padahal, yang dibutuhkan rakyat saat ini adalah penanganan pandemi yang cepat dan tepat, recovery segera yang terkena musibah bencana alam dan permasalahan lainnya.
Begitu urgent kah ekstremisme hingga dibuat Perpres, benarkah hal ini untuk menjaga rasa aman di tengah masyarakat. Atau kah rasa aman pemerintah dari gangguan rakyat yang kritis terhadap kebijakan pemerintah yang terkadang tidak pro pada rakyat. Jika dilihat dari isinya sampai ada program pelatihan pemolisian warga tentang ekstremisme, berpotensi adanya politik belah bambu sesama warga negara.
Padahal, pemerintah bertanggung jawab untuk menjaga rasa saling percaya di antara warga negara. Bukan saling curiga dan melaporkan satu sama lain. Penting menyamakan persepsi tentang apa sebenarnya akar masalah yang terjadi di negeri ini. Sehingga, solusi yang dibutuhkan tepat bukan menduga-duga apalagi rekayasa.
Akar masalahnya jelas, terjadi banyak kerusakan di bumi ini akibat ulah manusia tidak mau diatur oleh aturan Sang Pencipta. Lihat, kapitalisme yang digunakan di negeri ini membawa kepada krisis dan resesi. Bahkan, belum mampu keluar dari resesi dan menambah beban utang yang menggunung. Eksploitasi hutan membuat alam bergejolak dengan banjir parah di Kalimantan.
Ini mestinya yang menjadi fokus masalah, bukan selalu mengkambing hitamkan Islam dan para pejuangnya yang seolah-olah membuat masalah. Korupsi misalnya, apakah dilakukan oleh para aktivis Islam? Eksploitasi alam di Kalimantan hingga mengakibatkan banjir, apakah dilakukan oleh para pejuang Islam? Justru para pejuang Islam, mencoba memberi solusi berdasarkan pandangan Syariah yang Allah perintahkan.
Karena keimanan yang menuntun, bahwa akar masalah semua ini adalah tidak diterapkannya aturan Allah. Sehingga terjadi kerusakan di segala bidang, maka tak ada pilihan lain untuk mencari solusi lain segera menerapkan aturan Allah. Adapun upaya untuk saling melaporkan jika ada tindakan ekstremisme, hal ini terkesan sesuatu yang mengada-ada.
Sikap saling melaporkan atau curiga itu berpotensi pada adanya adu domba, sementara di dalam Islam adu domba itu dilarang. Allah Swt. berfirman: "Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah (adu domba)." (QS. Al-Qalam ayat 10-11)
Rasulullah Saw. bersabda: "Pelaku adu domba tidak akan masuk surga." (HR Muslim no. 303).
Maka, sangat tidak layak bagi seorang muslim melakukan aktivitas saling melaporkan/curiga satu sama lain. Dalam Islam, yang dianjurkan adalah adanya tabayyun atau konfirmasi terhadap orang yang bersangkutan. Bukan saling melaporkan berdasarkan aturan yang dibuat oleh manusia atas kepentingan tertentu.
Hanya Islam aturan yang sesuai dengan fitrah, manusiawi dan saling menjaga kepercayaan satu dengan yang lain. Hanya Islam yang mengajarkan manusia memiliki adab dan sifat yang baik. Karena Islam satu-satunya agama yang benar dan diridhai di sisi Allah, maka layakkah menganbil aturan dan agama lain selain yang diridhai-Nya?
Alalhu A'alam bi ash Shawab.[]
Astaghfirullah, semakin ngawur rezim ini menuduh tanpa bukti. Ketakutan akan tumbangnya hegemoni rezim ini menjadikan mereka buta, tuli, dan bisu membaca fakta.
BalasHapus