POTENSI UNGGUL GENERASI DILELANG DEMI KORPORASI

 


Penulis: Setya Soetrisno


Muslimahvoice.com - Mengawali tahun 2021, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) bersama Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka meluncurkan Program Bangkit 2021.  Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit) 2021 merupakan program pembinaan 3.000 talenta digital terampil guna menyiapkan sembilan juta talenta digital terampil pada tahun 2030. Program ini ditawarkan kepada mahasiswa di semua perguruan tinggi Indonesia untuk dapat mengimplementasikan Kampus Merdeka melalui studi/proyek independen untuk mendapatkan kompetensi di bidang machine learning, mobile development, dan cloud computing. (Kompas.com, 8/1/2021).


Melansir laman resmi Bangkit 2021, pada akhir program, mahasiswa akan dibekali dengan keahlian teknologi dan soft skill yang dibutuhkan untuk sukses berpindah dari dunia akademis ke tempat kerja di perusahaan terkemuka. Mahasiswa juga akan mendapatkan sejumlah manfaat, yakni: Mendapatkan 20 SKS. Mendapatkan sertifikasi dari Google. Kesempatan untuk menjadi salah satu dari 10 tim terpilih untuk menerima dana inkubasi untuk proyek yang dibuat. Berkesempatan menjadi salah satu dari 40 nomine Bangkit untuk mengikuti program UIF di Stanford University. 


Pada tingkat sekolah menengah Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah melakukan penyesuaian kurikulum SMK dalam rangka mendukung program link and match. Tujuan dari link and match menyelaraskan pendidikan vokasi dengan standar Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) yang dilakukan mulai dari penyusunan kurikulum hingga sertifikasi kompetensi. Rancangan skema pendidikan vokasi di negeri ini pun dibuat agar lulusan vokasi pendidikan menengah dan tinggi bisa terserap lebih banyak ke dunia usaha dan dunia kerja


Ada lima aspek perubahan yang dibuat untuk memajukan pendidikan vokasi tersebut. Pertama, mata pelajaran yang bersifat akademik dan teori akan dikontekstualisasikan menjadi vokasional, misalnya matematika dan Bahasa Indonesia akan menjadi matematika terapan dan Bahasa Indonesia terapan. Kedua, magang atau praktik kerja industri (prakerin) minimal satu semester atau lebih.  Ketiga, terdapat mata pelajaran project base learning dan ide kreatif kewirausahaan selama 3 semester. Keempat, SMK akan menyediakan mata pelajaran pilihan selama 3 semester, misalnya siswa jurusan teknik mesin dapat mengambil mata pelajaran pilihan marketing. Kelima, terdapat co-curricular wajib di tiap semester, misalnya membangun desa dan pengabdian masyarakat.


Ditjen Pendidikan Vokasi juga melakukan strategi rebranding untuk meningkatkan minat terhadap pendidikan vokasi. Perwujudan dari strategi tersebut di antaranya pemasaran dengan mengembangkan beragam konten menarik terkait pendidikan vokasi di platform digital. Lebih lanjut dijelaskan oleh Wikan: "Selain media cetak (konvensional), juga dilakukan branding melalui media sosial dalam bentuk video, film maupun lagu, dan lainnya oleh Sekretariat Ditjen dan termasuk yang dilakukan oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Industri (Mitra DUDI),"


Guna meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, Ditjen Pendidikan Vokasi mendorong para SDM terkait, mencakup pimpinan dan pengajar pada satuan pendidikan vokasi, untuk berani mengimplementasikan beragam inovasi. Lebih dari 3.500 pimpinan dan pengajar SMK telah mendapatkan training mindset, leadership, dan kompetensi produktif di tahun 2020.


Wikan menyampaikan pihaknya akan memberikan dukungan, baik bantuan dana maupun kebijakan, agar dapat menghasilkan SDM yang kompeten, unggul, dan match (hard skills, soft skills maupun karakter nan kuat).  "Kami juga membentuk Forum Pengarah Vokasi (Rumah Vokasi) dengan 50 anggotanya saat ini yang berasal dari para pemimpin dunia usaha dan industri, misalnya Kadin, Apindo, BUMN, asosiasi profesi, dan kawasan industri,"  Wikan menyebut berbagai program yang telah diluncurkan oleh Ditjen Pendidikan Vokasi berdampak pada peningkatan pemahaman dan juga gairah dari satuan pendidikan vokasi maupun dunia usaha dan industri dalam enam bulan belakangan. Hal tersebut dibuktikan dengan berjalannya program "link and match" hasil kolaborasi satuan pendidikan vokasi dengan DUDI. 


"Paket 8+1 sudah banyak diwujudkan oleh ribuan SMK serta ratusan perguruan tinggi vokasi (PTV) dan lembaga kursus dan ketrampilan (LKP)," ungkap Wikan.  Menurut Wikan pihak industri juga semakin terbuka untuk bekerja sama dengan satuan pendidikan vokasi. "Kami pun telah memberikan penghargaan kepada 40 IDUKA (dunia industri, usaha, dan kerja) baik swasta maupun BUMN karena mereka turut membina puluhan, bahkan ratusan, satuan pendidikan vokasi. Mereka semakin menerima karena dengan 'link and match', lulusan pendidikan vokasi sesuai dengan kebutuhannya," jelas Wikan.


Ditjen Pendidikan Vokasi telah menyusun roadmap untuk mengasah kualitas pendidikan vokasi dan meningkatkan serapan tenaga kerja bagi lulusan di industri. Langkah-langkah yang disiapkan tersebut antara lain. 1) Menciptakan SDM lulusan yang kompeten, unggul, dan sesuai dengan kebutuhan industri skala nasional maupun global. 2) Terjadi peningkatan produktivitas, inovasi, serta daya saing yang signifikan hingga memajukan pertumbuhan ekonomi. 3) Meningkatkan kesejahteraan dan karir lulusan vokasi lebih baik. 4) Menciptakan generasi wirausaha yang tangguh dan inovatif. 5) Input peserta didik pendidikan vokasi harus passion dengan dunia vokasi. 6) Keterlibatan dunia industri dan kerja semaksimal mungkin. 7) Peningkatan soft skills dan karakter lulusan agar menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. 8) Mampu menjawab tantangan kebutuhan kompetensi masa kini dan mendatang. 9) Riset terapan yang menghasilkan produk nyata yang dihilirkan ke pasar industri dan masyarakat. (Detiknews.com)


/Negara hanya sebagai Regulator dan Fasilitator, Generasi sebagai Budak Indusri/


Sistem pendidikan di Indonesia semakin menjadikan generasi didiknya sebagai “budak” para industri. Hal ini nampak jelas dari perombakan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) Kementerian Pendidikan. Fakta ini semakin menunjukkan hasil refleksi sistem pendidikan berbasis sistem kapitalisme.  


Paradigma sistem pendidikan telah menggeser hakikat pendidikan itu sendiri.  Apalagi pasca implementasi ekonomi berbasis pengetahuan Knowledge Based Economy (KBE). menjadikan pendidikan berubah fungsi.  Pendidikan bukan lagi sebagai pencetak SDM yang berkualitas dari aspek karakter dan kemanfaatannya bagi umat manusia melainkan pencetak SDM  mesin industri. Faktor peminatan pelajar pada keahlian teknis mengindikasikan bahwa program pendidikan vokasi telah berhasil memengaruhi prevalensi mereka dalam menuntut ilmu.  


Ilmu tak lagi bertujuan mencerdaskan anak bangsa.  Menuntut ilmu hanya terdorong lantaran lulus langsung kerja.  Ditambah model “triple helix” yakni Academic Business-Goverment juga mengubah wajah pendidikan. Dalam konsep Academic Business-Goverment, industri berperan sebagai rumah produksi, pemerintah sebagai regulator dan fasilitator dan universitas sebagai katalisator.  


Sinergitas ketiga sektor ini semakin mengukuhkan  transformasi pendidikan berbasis kapitalisasi pengetahuan yaitu melahirkan SDM dalam inovasi, daya saing dan skill siap kerja, diharapkan setiap lulusan memiliki bekal dalam menghadapi dunia kerja. Begitulah prinsip pencari ilmu dalam pengaruh kapitalisme.  Keterampilan dan kompetensi kerja poin utama seberapa besar serapan tenaga kerja di dunia industri.  Dengan mengadopsi kebijakan-kebijakan KBE. Pendidikan diarahkan hanya  untuk memenuhi pasar kerja. 


Kondisi ini juga menunjukkan lemahnya peran negara.  Selama ini negara tidak memerankan perannya secara dominan bahkan lebih bergantung kepada perusahaan swasta.  Akibatnya perusahaanlah yang lebih berperan membina bekerjasama dengan SMK. Hal ini juga bermakna negara ‘rela’  kehilangan SDM untuk keunggulan bangsa. Arah pendidikan negeri ini yang semakin dikendalikan korporasi telah menandakan bahwa negeri ini sudah merelakan generasinya untuk industri. Sehingga negeri ini akan kehilangan generasi pemimpin yang peduli dengan urusan rakyatnya. Sebab mereka telah disibukkan untuk menambah skill demi dilirik para industri. “Slogan” ilmu yang membawa kesejahteraan rakyat hanyalah omong kosong. Faktanya keilmuan para intelektual dikebiri hanya sekedar menjadi tenaga kerja dan buruh industri. Oleh karena itu, sejatinya umat membutuhkan sistem pendidikan vokasi dalam sistem pendidikan yang shohih. [Sumber: MMC Video (https://youtu.be/QiBp_nzin1s)]


/Sistem Pendidikan Vokasi dalam Islam/


Islam memiliki sistem pendidikan sebagai salah satu komponen kebutuhan mendasar umat manusia. Islam mewajibkan negara menjamin terwujudnya generasi pembangun peradaban Islam. Mereka adalah anak-anak umat (abna’ul ummah) yang dibanggakan Rasulullah karena jumlah dan kontribusinya bagi Islam, termasuk pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi seharusnya dirancang untuk mempersiapkan tenaga terampil di berbagai bidang kehidupan sesuai jenjangnya baik sekolah menengah ataupun perguruan tinggi.  Keterampilan yang dimiliki seharusnya bisa dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat bukan menjadi pekerja industri yang hanya menguntungkan para pengusaha.


Sistem Islam tidak akan menjadikan anak didiknya sebagai budak industri melainkan akan membekali siswanya dengan berbagai keterampilan dan keahlian di berbagai bidang kehidupan masyarakat.  Tak hanya itu, mereka juga mampu berdikari menciptakan peluang usaha dan tidak bergantung kepada korporat. Sati-satunya sistem pendidikan yang demikian adalah hanya sistem pendidikan dalam Islam. Sistem pendidikan Islam bukan didasari kebijakan materialistik seperti peradaban kapitalis saat ini.  Orientasi pendidikan Islam berasaskan akidah Islam.  Maka tujuan pendidikan Islam tidak akan lepas dari asas ini. 


Adapun tujuannya adalah: 


Pertama, membangun kepribadian yang islami yaitu pola pikir dan sikapnya berdasarkan Islam sehingga output perserta didik yang dihasilkan bukan menajdi manusia yang kering dari ilmu agama. Kedua, pendidikan anak didik dengan keterampilan dan pengetahuan agar dapat berinteraksi dengan lingkungan yang berupa peralatan, inovasi, dan berbagai bidang terapan lainnya, seperti menggunakan peralatan listrik dan elektronika, peralatan pertanian, industri dan semua hal yang dibutuhkan agar berdaya guna di tengah masyarakat. Ketiga,mempersiapkan anak didik untuk dapat masuk ke jenjang perguruan tinggi dengan mempelajari ilmu-ilmu dasar yang diperlukan baik yang termasuk tsaqafah seperti bahasa Arab, Fiqih, hadits maupun ilmu science seperti matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.


Dari visi sistem pendidikan yang demikian maka pendidikan vokasi dalam sistem pendidikan Islam akan dirancang untuk mempersiapkan sekumpulan teknisi spesialis dalam teknologi modern seperti memperbaiki peralatan elektronik, peralatan komunikasi dan komputer dan profesi lainnya yang membutuhkan ilmu pengetahuan yang lebih mendalam daripada ilmu yang dibutuhkan untuk keterampilan yang sederhana. (Sumber: Chanel Muslimah, https://youtu.be/QiBp_nzin1s)


/Islam Menjamin Pendidikan bagi Generasi/


Pendidikan adalah sebuah investasi masa depan maka visi politik pendidikan Islam adalah membentuk dan membangkitkan generasi muda menjadi insan yang berkualitas. Insan-insan berkualitas untuk memimpin umat manusia dan negara serta membawanya dari kegelapan ke cahaya seperti yang diperintahkan oleh Allah swt.  Visi mulia ini dibangun berdasarkan tujuan pendidikan yang shohih dalam Islam, yaitu pertama, membentuk kepribadian Islam; kedua, menguasai pemikiran Islam dengan handal; ketiga, menguasai ilmu-ilmu terapan yakni ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek; dan keempat, memiliki keterampilan tepat guna dan berdayaguna.  


Pembentukan kepribadian Islam akan menjadikan generasi memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai dengan syariat Islam.  Materi pembelajaran ini harus dilakukan dalam semua jenjang pendidikan. Islam akan melahirkan generasi cemerlang, mereka akan menjadi orang-orang yang faqih fiiddin atau ahli dalam agama serta ahli dalam keilmuan dunia. Tentu kepribadian seperti ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Visi ini tidak akan terealisasi kecuali dengan peran negara di dalamnya. Oleh karena itu, Islam pun menetapkan pendidikan termasuk salah satu kebutuhan dasar publik yang mutlak ditanggung oleh negara.  


Negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Negara wajib menyediakan fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang cukup dan memadai seperti gedung-gedung sekolah, laboratorium, balai-balai penelitian, buku-buku pelajaran, dsb.  Selain itu negara juga yang akan memastikan persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi sekolah atau perguruan tinggi, metode-metode pengajaran dan bahan-bahan ajarnya agar sesuai dengan Islam.  Bahlan akan mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat dengan mudah bahkan gratis.  


Rasulullah saw. Bersabda: “Seorang Imam atau Khalifah atau Kepala Negara adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawab atas urusan rakyatnya (HR Bukhari dan Muslim)


Contoh praktisnya adalah Madrasah Al Muntashiriyah yang didirikan oleh Khalifah Al Muntashir Billah di kota Baghdad.  Di sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa emas seharga sati dinar (4,25 gram emas).  Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara, fasilitas sekolah disediakan seperti perpustakaan berserta isinya, rumah sakit dan pemandian.  Negara pun akan memanfaatkan keterampilan dan pemikiran yang luar biasa dari generasi terbaik untuk pengembangan negara.  


Dengan itu, kemampuan berharga mereka tidak disia-siakan atau dibajak oleh pemerintah asing.Terlebih suasana yang dibangun di tengah-tengah masyarakat adalah fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).  Dengan senang hati rakyat ingin membantu negara mewujudkan kemaslahatan.  Maka tidak heran dalam peradaban Islam akan ditemukan banyak sekali orang-orang yang polymath.  Bahkan keilmuan mereka dijadikan dasar peletakan ilmu modern saat ini.  Seperti Al Zahrawi yang mewariskan ilmu bedah. Al Khawarizmi yang menemukan angka 0 (nol) yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu algoritma saat ini, dan masih banyak lagi. Demikianlah, negara menjamin sepenuhnya pendidikan bagi generasi. (Sumber: Facebook : https://www.facebook.com/GuruMuslimahInspiratif/

Telegram: t.me/GuruMuslimahInspiratif) 




*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama