Oleh Diana Wijayanti
Muslimahvoice.com - Runtuhnya khilafah dan hancurnya ummat Islam adalah impian Barat, sejak Perang Salib pertama. Perang itu telah berlangsung lebih dari dua abad lamanya, namun kaum muslimin dalam naungan khilafah selalu mampu memenangkan pertempuran.
Ghirah jihad yang luar biasa sungguh mampu menggentarkan musuh. Tidak ada manusia di muka bumi, bergembira menyambut syahid kecuali pasukan muslim. Moto hidup meraka "Isy kariman au mut syahidan" (Hidup mulia atau mati syahid).
Barat tidak pernah lelah mencari cara untuk melumpuhkan khilafah hingga akhirnya mereka tahu sumber kekuatan kaum muslimin. Kuncinya ada pada 'mabda' (ideologi) Islam dan pengembannan mabda itu pada diri kaum muslimin. Sejak saat itu Barat fokus pada Perang gaya baru yaitu Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran) dan Ghazwul Tsaqafi (Perang Budaya).
Berbagai serangan dilancarkan, mulai dari mengubah nash-nash Al Qur'an, mengubah teks hadits dan menjauhkan kaum muslimin dari bahasa Arab. Awalnya upaya mereka ini gagal namun, lambat laum menuai keberhasilan. Sedikit demi sedikit aqidah kaum muslimin bergeser, hingga keterikatan terhadap hukum syariah Islam memudar.
Asas Islam berubah menjadi sekuler, menilai perbuatan tidak lagi bersandar pada agama namun manfaat dan untung rugi. Racun sekuler tidak hanya pada intelektual, namun juga politikus, tokoh agama dan merata ke seluruh masyarakat.
Setelah berhasil meracuni pemikiran dan budaya kaum muslimin mereka melancarkan penjajahan dan pendudukan ke wilayah kaum muslimin yang terbentang di dua per tiga dunia. Kali ini penjajahan itu mulus terjadi seiring melemahnya pemikiran Islam yang Barat tebarkan. Nasionalisme dibangkitkan di negeri-negeri khilafah sehingga keinginan merdeka dari wilayah penjajahan Barat meluas, yang berarti juga lepasnya daerah itu dari kekuasaan khilafah Islam.
Sementara Khilafah, dijebak dengan menariknya ikut dalam perang Dunia I pada tahun 1918, berakhir dengan kekalahan Khilafah, Inggris dan Sekutu sebagai pemenang. Sejak itu wilayah khilafah dikuasai Barat dijadikan ghanimah, dijarah dan dijajah.
Tinggal satu langkah lagi menghapus institusi Khilafah secara resmi. Disinilah Mustofa Kamal ditunjuk Inggris sebagai eksekutornya. Berbagai intrik politik disusun dengan rapi, hingga pelenyapan Khilafah sukses.
Komite kebangsaan dibentuk, dan dijadikan alat untuk melegitimasi seluruh keputusan Mustofa Kamal untuk merubah Khilafah Utsmaniyah menjadi Republik Turki yang berasas sekuler, berideologi Kapitalisme. Ada dua hal penting yang dilakukan untuk mensukseskan penghancuran khilafah diantaranya :
Pertama, propaganda licik mempengaruhi masyarakat dengan membangkitkan ruh kemarahan rakyat terhadap khalifah Abdul Majid, memfitnah bahwa khilafah telah bersekutu dengan musuh dan asing untuk menghancurkan Turki yang dipimpin Mustofa Kamal. Rakyat yang awalnya berpihak pada Khalifah berbalik arah membenci dan memusuhi.
Kedua, menebar ketakutan untuk menentang Rezim Mustofa Kamal. Bagi siapa saja yang berani melawan Mustofa Kamal dan mendukung khalifah diancam bunuh. Tidak hanya itu, siapa saja yang menyeru tentang Islam yang sebenarnya pun dihalang-halangi, dengan ancaman bunuh, baik ditembak mati, disembelih hingga digantung. Ancaman inilah yang ditebar dalam seluruh masa pemerintahan Mustofa Kamal.
Akhirnya, tepat pada tanggal 3 Maret 1924 M, Mustofa Kamal menggelar pertemuan Komite Kebangsaan, dengan agenda pengumuman penghapusan Khilafah, mengusir Khalifah Abdul Majid dan memisahkan agama dari negara. Tanpa ada diskusi, keputusan itu disahkan secara sepihak, maka sejak itu Khilafah Islam runtuh hingga saat ini belum bisa tegak kembali.
Inilah amanah besar yang harus dipikul oleh seluruh kaum muslimin, mengembalikan Khilafah Islamiyah. Hukumnya wajib, haram berdiam diri dalam upaya penegakkan Khilafah. Rasulullah Saw menggambarkan dosa yang besar bagi siapapun yang abai terhadap pengangkatan Khalifah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِىَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِى عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan pada pemimpin, maka ia pasti bertemu Allah pada hari kiamat dengan tanpa argumen yang membelanya. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak ada baiat di lehernya, maka ia mati dengan cara mati jahiliyah.” (HR. Muslim no. 1851).
Wahai kaum muslimin ingatlah sungguh Mustofa Kamal adalah penghancur Khilafah atas skenario Inggris dan Sekutunya. Haram menjadikan Barat, kawan, sahabat dan tuan. Wallahu a'lam bish shawab.