Nyawa Melayang, Akibat Hilang Kasih Sayang

 



Oleh Diana Wijayanti


Muslimah-voice.com - Miris, seorang Ibu berinisial MT (30) tega membunuh tiga anak laki-lakinya, saat keluarga yang lain melakukan pencoblosan di TPS Pilkada Bupati Nias Utara, serentak 9 Desember 2020. Kejadian itu ada di Desa Banua Sibohou, Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara. 


Diduga stres, karena himpitan ekonomi ibu ini tega menggorok leher ketiga putranya yang masih balita (5,4,2). Tentu saja tragedi ini sangat menyesakkan dada. 


Seorang ibu, yang harusnya memiliki kasih dan sayang kepada buah hatinya berubah menjadi buas dan beringas seperti binatang yang tak berkeprikemanusian. Lagi-lagi masalah ekonomi yang diduga sebagai penyebabnya. 


Tentu saja ini, harus menjadi perhatian serius pemerintah, untuk mengembalikan jati diri seorang ibu kembali menjadi pengasuh, pengayom putra putrinya. Tak boleh dibiarkan karena bisa berakibat buruk kedepannya. 


Memang menjadi Ibu disaat kehidupan jauh dari Islam sangatlah sulit, selain mengasuh anak, ibu masih juga dibebani nafkah keluarga yang dak cukup. Kelelahan yang sangat membuat siapapun termasuk ibu, menjadi stres dan emosi. Sedikit saja mendengar rengekan anak, bisa menjadi kalap dan naik pitam hingga tak jarang tega membunuh diri dan anaknya. 


Tentu ini adalah ciri masyarakat sakit, buah sekulerisme yang menjauhkan agama dari kehidupan. Jika tidak segera diatasi akan berakibat lebih fatal lagi. Disinilah pentingnya semua pihak kembali kepada aturan Islam. 


Islam memberi pemahaman yang lengkap tentang kehidupan baik dari sisi keyakinan maupun syariah kaffah yang mampu membuat manusia mulia didunia dan diakhirat. 


Rasa kasih sayang seorang ibu, akan muncul dari dalam dirinya karena itu merupakan sikap yang wajib muncul pada setiap orang, terlebih seorang ibu. Tentu saja perwujudan kasih sayang ini membutuhkan suri tauladan dan seperangkat aturan yang mendukung, seperti perlakuan seorang suami yang ma'ruf terhadap istrinya menjadi teladan bagi istri untuk bersikap baik kepada anak-anaknya. 


Beban yang berat ibu dalam mengurus rumah dan anak-anak pun harus dibantu oleh suami sehingga semua bisa berjalan harmonis. Jika suami tidak bisa membantu maka suami akan menggaji pembantu untuk membantu istri mengurus rumah. Nafkah pun harus dipenuhi sehingga fokus ibu dalam mendidik anak-anak pun bisa tertunaikan dengan baik. 


Guna mendukung suami bisa menafkahi keluarga maka negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi para suami yang mampu. Sementara jaminan kesehatan, pendidikan dan keamanan secara gratis bagi seluruh warga negara menjadi hal yang mesti dipenuhi. 


Dengan begitu kehidupan harmonis dikeluarga akan terwujud. Namun kehidupan semacam ini hanya ada dalam negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Negara itu adalah Khilafah Islam, tanpanya tidak akan mungkin harapan itu terwujud. 


Rasulullah SAW adalah suri tauladan terbaik dalam mewujudkan kasih dan sayangnya terhadap istri-istri dan anak-anak. Tidak hanya secara pribadi menerapkan hukum Islam namun juga menegakkan seluruh syariah kaffah dalam menjamin kehidupan yang penuh kasih sayang itu. 


Secara pribadi, beliau berkata, "Tidak ada hiburan yang berharga kecuali tiga hal, yaitu berkuda, bersenda gurau dengan istri, dan memanah." (HR Abu Dawud, Majah, dan Baihaqi). Hal senada juga beliau sampaikan, "Seseorang akan diberi pahala untuk apa pun yang dilakukan karena mengharap ridha Allah, bahkan makanan yang disuapkan pada istrinya." 


Jabir bin Samurah, sahabat Nabi Muhammad SAW, mengatakan bahwa Rasulullah suka mengusap kepala anak-anak. Suatu ketika, dirinya pernah shalat bersama Rasulullah pada shalat Dhuhur. Seusai shalat, Rasulullah keluar ke tempat keluarganya, dia pun keluar bersama Rasulullah. Rasulullah tampak menciumi anak-anaknya dan mengusap kedua pipi mereka satu persatu.


Sebagai kepala negara Rasulullah segera menyelesaikan kemiskinan agar keluarga harmonis, dengan mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan kaum Anshar, sehingga kaum Muhajirin bisa mencari nafkah keluarganya dibantu oleh  Anshar. Juga ketika ada seorang pengemis yang minta-minta maka Rasulullah menjelaskan tentang kewajiban seorang suami untuk bekerja dan difasilitasi lapangan pekerjaan bagi dirinya. 


Rasulullah menyuruh pengemis itu untuk membelikan makanan dengan uang yang beliau berikan, untuk keluarganya, dan selebihnya, Rasulullah menyuruhnya untuk membeli kapak. Rasullulah bersabda, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya, Rasulullah pun memberinya uang untuk ongkos.


Selain itu beliau juga telah menjadikan seorang tabib, sebagai dokter bagi seluruh warga negara, demikian juga fasilitas pendidikan dan keamanan ditanggung negara dengan pembiayaan dari baitul mal negara Islam pertama, saat itu. 


Wal hasil rasa kasih sayang membutuhkan linkungan yang mendukungnya, dan linkungan itu harus diwujudkan dalam kehidupan pribadi, masyarakat bahkan negara. Wallahu a'lam bish shawab.



*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama