Afiyah Rasyad
Aktivis Peduli Ummat
Bertahun-tahun etnis Rohingya berpeluk derita. Kekejaman rezim selalu menyapa. Mereka disiksa dan diusir dari tanah kelahirannya. Sedikit sekali negeri yang menoleh kepadanya.
Rasa peduli sepertinya telah mati. Berhari-hari kapal muslim Rohingya di laut lepas demi menyelamatkan diri. Tak banyak negeri yang peduli lantaran batas teritorial yang menjadi amunisi.
Sesama muslim itu saudara, sebagaimana sudah menjadi mafhum pada umumnya. Namun apalah daya, sekat-sekat nasionalisme membatasinya. Bangladesh pun tak bisa menampung sebanyak-banyaknya.
Baru-baru ini, pihak berwenang Bangladesh mulai memindahkan ribuan pengungsi Rohingya ke pulau terpencil meskipun ada kekhawatiran tentang keamanan mereka. Sekitar 1.600 pengungsi dipindahkan ke Pulau Bhasan Char, sebuah pulau yang rentan diterjang banjir di Teluk Bengal, pada Jumat (04/12), menurut laporan kantor berita Reuters (Viva.co.id, 6/12/2020)
Tentu masalah muslim Rohingya akan terus berlarut dalam naungan sistem yang ada saat ini. Ideologi kapitalisme menjunjung hak asasi sebatas teori, pada kenyataannya penyiksaan dan kedzoliman diamini, terlebih lagi jika menimpa kaum muslim di penjuru negeri.
Ideologi kapitalisme memiliki khusumat mendalam terhadap Islam. Pasalnya ia memiliki asas sekularisme yang memisahkan agama dengan kehidupan. Penderitaan kaum muslim justru akan dibiarkan.
Kecaman memang datang, namun itu tak mampu mengentaskan penderitaan yang dirasakan. Terlebih, siksaan itu datang bergelombang dari sang pemegang kekuasaan. Kecaman itu juga tak mampu menghapus luka batin atas kekejian dan kedzoliman yang dialami. Itu semua terjadi karena sekularisme merajai seluruh bumi.
Tak hanya Bangladesh yang tak mampu menjaga ukhuwah Islam. Negeri muslim lain pun tak mampu menjaganya karena belenggu kapitalisme-sekularisme yang kencang. Persatuan dan kesatuan kaum muslim tak ada perekatnya selama kapitalisme menjadi aturan kehidupan secara global.
Padahal di masa keemasan Islam, ukhuwah Islamiyah terjaga. Tak akan dibiarkan ada seorang muslim pun teraniaya meski hanya dengan kata-kata, kehormatan pun dijaga. Apalagi sampai fisik yang terluka.
Di masa Rosulullah, pernah seorang muslimah di pasar Yahudi Bani Qoinuqo dilecehkan, kain jilbabnya diikat ke kursi tempat dia duduk. Ketika dia berdiri, maka aurotnya tersingkap. Ada seorang pemuda muslim di sana yang menyaksikan, tanpa ragu si pemuda beradu mulut dengan orang Yahudi yang menggoda muslimah itu. Singkat cerita pemuda itu wafat di pasar Bani Qoinuqo.
Tanpa banyak alasan, seketika Rosulullah mengusir Bani Qoinuqo dari Madinah. Mereka tak dijaga lagi oleh Islam karena telah menodai kehormatan seorang muslimah dan membunuh seorang muslim.
Maka masihkah berharap masalah muslim Rohingya akan selesai pada kapitalisme? Jelas, hanya Islam yang mampu menyelesaikan masalah muslim Rohingya dan muslim lainnya di dunia. Hanya Islam yang mampu menghapus penindasan dan penyiksaan kepada muslim. Saatnya kaum muslim kembali pada pangkuan Islam.
Wallahu a'lam bish showab
#Rohingya