Ibu Sadis, Buah Sistem Kapitalis

 



Oleh: Erna Ummu Azizah (Ibu Peduli Umat)


Muslimah-voice.com - Sadis! Seorang ibu di Sumatera Utara tega membunuh ketiga buah hatinya yang masih balita dengan cara digorok lehernya. Setelah itu, ia pun hendak bunuh diri. Diduga sang ibu depresi akibat terhimpit masalah ekonomi. (Kompas.com, 15/12/2020)


Terbayang, betapa berat beban di pundaknya hingga lenyap rasa cinta dan kasih sayangnya. Karena sebuas-buasnya hewan saja tak ada yang tega membunuh darah dagingnya. Ini manusia, seorang ibu pula. Ya Allah..Ya Rabb..


Fakta ini mungkin bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya ada juga kasus seorang ibu di Tangerang yang tega menganiaya putrinya yang berusia 8 tahun hingga tewas, gara-gara si anak tak mengerti saat belajar melalui daring. (KompasTV, 15/9/2020)


Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan membuat kita miris. Bagaimana bisa seorang ibu tega berbuat demikian? Tentunya ini patut menjadi sorotan dan perlu penyelesaian agar kondisi serupa tak lagi terulang.


Kemiskinan kerap kali membuat manusia gelap mata. Begitupun rasa lapar dan lelah terkadang menguras emosi dan jiwa. Kasus ibu pembunuh tiga balita terjadi lantaran kondisi ekonomi yang menyesakkan dada. Makan yang biasanya sehari 3x, ini 3 hari sekali. Astaghfirullah..


Apalagi saat ini kala pandemi masih menghantui. Ujian datang silih berganti. Virus yang mewabah, jelas membuat para ibu gelisah akan keselamatan nyawa diri dan keluarga.


Tak hanya itu, beban ekonomi yang kian sulit membuat para ibu semakin menjerit. Penghasilan suami berkurang, bahkan arus PHK menghadang. Akhirnya banyak pengangguran. Mau tak mau para ibu harus berjibaku mengais rezeki demi dapur tetap ngebul.


Hal ini diperparah dengan beratnya amanah mendidik anak zaman sekarang. Maka, lengkap sudah beban fisik dan mental para ibu. Tak heran jika banyak para ibu stres dan depresi akibat beban yang bertubi-tubi.


Beginilah hidup di sistem kapitalis. Apapun tak ada yang gratis. Seringkali bikin para ibu menangis. Orang yang banyak harta, maka dialah yang berkuasa. Sedangkan yang miskin bersiaplah hidup sengsara. 


Penguasa di dalamnya pun sulit untuk diharapkan. Betapa tidak, jabatan yang diraih butuh biaya besar, maka wajar saat berkuasa mereka sibuk mengembalikan modal. Tak heran jika urusan rakyat akhirnya terbengkalai.


Di dalam sistem ini pun, agama dilarang campur tangan. Wajar jika manusia menjadi lemah iman. Kata dosa tak lagi mempan mencegah keburukan. Saat masalah berdatangan, nafsulah yang dikedepankan. Hingga akhirnya berakhir duka dan penyesalan.


Sistem seperti ini jelas sangat rusak dan tidak sesuai fitrah manusia. Hidup di dalamnya bisa membuat orang hilang akal sehat, terlebih para ibu yang memang rentan dengan beban berat.


Berbanding terbalik dengan sistem Islam, dimana negara akan menerapkan aturan dari Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan. Dialah Dzat yang Maha Pencipta, tentu Maha tahu apa yang terbaik bagi manusia.


Terbukti selama belasan abad, sistem Islam mampu memberikan kesejahteraan, juga menciptakan keadilan bagi semua lapisan masyarakat tanpa memandang suku, bangsa maupun agama.


Penguasa di dalamnya pun begitu amanah karena menyadari bahwa kelak akan diminta pertanggungjawaban di dunia maupun akhirat. Tak heran jika penulis Barat pun mengakui,


“Agama Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang terbentang mulai dari Cina, Indonesia, India hingga Persia, Syam, Jazirah Arab, Mesir bahkan hingga Maroko dan Spanyol. Islam pun telah memiliki cita-cita mereka, menguasai akhlaknya, membentuk kehidupannya, dan membangkitkan harapan di tengah-tengah mereka, yang meringankan urusan kehidupan maupun kesusahan mereka. Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi mereka.” (Will Durant, The Story of Civilization).


Sungguh, hanya dalam sistem Islam di bawah naungan Khilafah, manusia akan hidup sesuai dengan fitrahnya. Begitupun para ibu. Maka, sudah saatnya kita campakkan sistem kapitalis dan segera beralih ke sistem Islam. Wallahu a'lam.[]



*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama