Oleh : Ari Susanti
Indonesia-change.com - Joe Biden. Pemilihan Presiden Amerika Serikat menjadi perhatian dunia. Pasalnya siapa Presiden yang terpilih akan mempengaruhi percaturan politik dunia. Hasil proyeksi berbagai media terkemuka AS menetapkan Biden sebagai pemenang pilpres AS 2020 dengan raihan 290 electoral votes melawan Trump yang hanya meraup 214 electoral votes.
Dalam pidato kemenangan Biden mengatakan bahwa ia merasa terhormat dengan kemenangan jumlah suara terbanyak dalam sejarah pemilihan AS yaitu 74 juta. Biden berjanji akan menjadi Presiden AS yang menyatukan semua pihak bukan memecah belah. Biden dan wakil presidennya Kamal Harris menjanjikan tidak akan membeda-bedakan ras maupun etnis.
Biden memperoleh suara unggul di kalangan muslim dibanding Trump. Data pemilu Amerika menunjukkan peningkatan jumlah pemilih di komunitas Arab dan Muslim yang sangat mendukung Biden dalam pemilihan presiden. Di Dearborn, sebuah kota di Michigan dengan populasi 94 ribu dan konsentrasi besar orang Arab dan Muslim, Biden mengalahkan Trump lebih dari 17 ribu suara dengan perolehan 30.718 suara berbanding 13.239. Data menunjukkan bahwa dukungan Arab-Amerika untuk Biden di Dearborn mencapai 69 persen penghitungan dari seluruh kota. Catatan lain menyebut, di lingkungan yang didominasi Arab, jumlah pemilih telah naik lebih dari 2.600 suara dibanding pada 2016. (Republika.co.id).
Sami Scheetz, yang menjabat sebagai wakil direktur koalisi kampanye Biden di Iowa, mengatakan Arab Amerika memilih Biden karena mereka melihat Demokrat sebagai seseorang yang akan berjuang untuk mereka. "Para pemilih Arab-Amerika sangat membutuhkan seseorang di Gedung Putih yang akan berjuang untuk mereka.
Pada saat kampanye Biden menjanjikan akan memperhatikan keadilan bagi komunitas muslim. Kebijakan rasialis di masa Trump akan dicabut. Sudah maklum bahwa Trump di kampanye tahun 2015 melarang adanya imigran muslim masuk ke AS. Alasannya untuk menghindarkan AS dari masuknya kelompok ekstrimis. Sementara Biden akan membuka pintu lebar-lebar bagi imigran muslim khususnya dari Iran dan Suriah. Bahkan Biden menyatakan bahwa muslim akan diberikan porsi di pemerintahan Biden. Apakah Biden harapan baru untuk umat Islam ?
Joe Biden sendiri bukanlah pemain baru dalam bursa pilpres AS. Sebelumnya Biden pernah menjabat wapres di era Presiden Obama. Artinya sedikit banyak warna kebijakan politik Biden diperolehnya dari menjabat wapres. Biden menerapkan soft power guna memenangkan pilpres 2020 ini. Sebagaimana para pendahulunya dari partai Demokrat, sekalipun kebijakannya soft power, tetaplah Amerika Serikat adalah negara pengemban ideologi kapitalisme. Ideologi ini disebarkan ke negeri-negeri muslim demi menjalankan misi politik luar negerinya. Imperialisme, sebagai metode khas bagi ideologi kapitalisme, adalah jati diri AS yang sesungguhnya.
Terkait isu Timur Tengah, dia berjanji akan mengembalikan dukungan ekonomi dan kemanusiaan kepada Palestina, membuka kembali misi Organisasi Pembebasan Palestina di Washington, dan membuka konsulat AS untuk Palestina di Yerusalem. Biden sendiri mendukung pendudukan Israel atas Palestina. Biden mengatakan akan tetap mempertahankan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem Israel jika terpilih menjadi presiden. Biden memang dikenal sebagai sosok yang mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina. Namun, nyatanya dia menolak untuk menekan Israel agar mau merundingkan solusi tersebut. Dia pun enggan mengajukan bantuan AS untuk Israel sebagai alat menekan agar Tel Aviv mau mematuhi hukum internasional.
Jika Biden serius ingin mewujudkan keadilan bagi umat Islam, mestinya AS menekan Israel dan mengusir Israel dari tanah Palestina. Bukankah Israel itu datang dan merampas tanah Palestina? Jadi kebijakan AS pasca pilpres 2020 tidak akan berubah terhadap konflik Palestina-Israel. Di samping itu, Joe Biden sendiri bersahabat dekat dengan Benyamin Netanyahu. Netanyahu menulis di akun Twitter resminya, Minggu (8/11/2020) untuk mengucapkan selamat kepada Biden. Netanyahu juga mengatakan bahwa dia dan Biden punya hubungan personal yang panjang dan hangat selama hampir 40 tahun. Di akhir tweetnya mengungkapkan kalau dia mengenal Biden sebagai teman baik Israel.
Sedangkan terkait dengan negara-negara Arab, Joe Biden berjanji akan menilai ulang hubungan AS dengan Arab Saudi. Biden juga berjanji akan mengakhiri dukungan AS dalam peperangan di Yaman yang telah merenggut setidaknya puluhan ribu nyawa dan memicu wabah penyakit hingga kelaparan. Meski begitu, janji ini tak sepenuhnya sesuai dengan langkah yang dilakukan Biden ketika menjadi wapres bersama Presiden Barack Obama. Kala itu AS menjual miliaran dolar senjata untuk Arab Saudi dan melakukan pemboman terhadap Yaman.
Adapun kebijakannya di kawasan Laut China Selatan. Biden akan memperkuat kerjasama pertahanan dengan Korsel, Jepang, Australia dan Indonesia. Biden akan memperkecil dominasi China di kawasan. Negara mitranya tersebut akan melanjutkan misi perang dagang dengan China. Terkhusus Indonesia. Potensi kebangkitan Islam cukup besar. Maka guna menstabilkan Indonesia, Australia sebagai satelit AS difungsikan untuk tujuan tersebut. Artinya Indonesia dipastikan masih dalam orbit kepentingan AS, baik dalam maupun luar negerinya.
Jadi kondisi umat Islam dunia tetaplah sama siapapun presidennya. Sebagaimana yang disampaikan pengamat politik Budi Mulyana bahwa sikap kaum Muslim terhadap pemilihan Presiden Amerika tidak perlu bereforia seolah-olah kekalahan Trump menjadi kemenangan dari dunia Islam. Karena hal itu sama saja. Amerika sudah mempunyai khithah politik yang tidak pernah berubah sebagai negara kapitalisme global dengan strategi imperialismenya, tinggal masalah style dan gaya kepemimpinan saja yang membedakan.
Harapan baru itu ada pada Islam dan Khilafah. Hanya Khilafah yang mampu menandingi kekuatan AS sebagai negara adidaya. Khilafah pula yang akan mempersatukan kekuatan kaum muslim dunia. Dan Khilafah yang mampu membebaskan negeri muslim dari penjajahan AS dan sekutunya. Penegakan Khilafah adalah agenda masa depan bagi umat Islam.
Di bawah payung kapitalisme, kondisi dunia Islam terpuruk dan terjajah. Kalau ada perhatian itu hanyalah sebagai pendulang suara dalam kampanye. Sedangkan di bawah naungan Khilafah, umat Islam mampu berdiri tegak dan tampil sebagai negara adidaya yang mandiri tanpa harus menghamba pengharapan dan belas kasih dari Barat. Terbukti, Islam pernah berjaya selama 13 abad di pentas dunia. Dan inilah yang ditakutkan AS bahwa ideologi Islam akan mengancam hegemoni ideologi kapitalis sekuler.[]
#Biden