Oleh: Sherly Agustina, M.Ag
(Pegiat literasi dan kontributor media)
Pesan Baginda Nabi Saw.: Aku pesankan agar kalian berbuat baik kepada para pemuda, karena sebenarnya hati mereka itu lembut. Allah telah mengutus aku dengan agama yang lurus dan penuh toleransi, lalu para pemuda bergabung memberikan dukungan kepadaku. Sementara para orang tua menentangku.'' Sahabat Ibnu Abbas pernah menyatakan, ''Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan pemuda. Dan seorang alim tidak diberi ilmu pengetahuan oleh Allah melainkan di waktu masa mudanya.''
Siapa yang tidak tahu setiap 28 Oktober dirayakan sebagai hari apa, karena di tanggal ini akhirnya ditetapkan sebagai salah satu hari bersejarah bagi negeri ini. Sumpah pemuda, yang selalu diperingati tiap tahunnya di tanggal ini. Tentu tidak hanya sekadar dirayakan sebagai ceremonial saja karena di balik itu semua ada sejarah yang luar biasa. Sejarah ini yang mengantarkan persatuan dan perjuangan para pemuda dalam melawan penjahah hingga mendapat kemerdekaan.
Maka tak heran jika sang Proklamator negeri ini begitu heroik jika berbicara tentang pemuda. Salah satu kalimat yang begitu populer membakar semangat para pemuda ialah "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia." Begitu hebatnya kekuatan pemuda hingga mampu mengguncang dunia, sejarah telah membuktikannya.
Jika dorongan nasionalisme saja mampu mempersatukan para pemuda di seluruh Indonesia, maka penyatuan berdasar akidah mampu melampaui hal itu. Bukan saja mempersatukan pemuda se-Indonedis tapi sedunia. Karena penyatuan berdasar akidah tanpa sekat nation state dan sebagainya. Hendaknya spirit persatuan berdasar akidah bisa dilakukan oleh para pemuda di negeri ini. Agar negeri ini bisa bangkit, bersatu dan keluar dari keterpurukan multidimensi.
Seperti yang pernah dilakukan para pemuda di masa Rasul, mereka visioner sejati dan memiliki kejelasan dalam misi hidup semata ibadah kepada Allah Swt. Ali ra. sahabat Rasul yang pertama masuk Islam di usia termuda saat itu, siapa sangka kemudian menjadi pemimpin Islam yang melanjutkan estafet perjuangan Baginda Nabi Saw. Kecerdasan dan kepiawaiannya dalam berperang sangat luar biasa, hingga mampu menyebarkan Islam ke berbagai penjuru. Semua itu dilakukan karena dorongan akidah semata.
Salah satu sahabat termuda yang menjadi panglima perang di masa Rasul Saw adalah Usamah bin Zaid. Keturunan dari Zaid bin Haritsah, sahabat yang begitu dekat dengan Baginda Nabi Saw. hingga Nabi begitu menyayanginya. Ketika usia Usamah beranjak dewasa, Nabi Muhammad menunjuknya menjadi panglima perang yang memimpin pasukan umat Islam melawan Romawi Timur (Byzantium). Sebuah imperium yang sangat besar untuk dihadapi dan bukan perkara main-main Nabi memilihnya menjadi panglima perang.
Peristiwa ini terjadi pada awal bulan Shafar tahun ke-11 H atau saat Usamah berusia 17 tahun. Penyerangan tersebut dimaksudkan sebagai pertahanan, agar Romawi Timur (Byzantium) tidak lagi berpikir untuk menyerang Madinah. Sejarah mencatat peran sahabat muda di masa Nabi, bahwa pemuda memiliki kontribusi yang luar biasa dalam perjuangan penyebaran Islam ke penjuru dunia. Hendaknya sejarah ini mampu memotivasi para pemuda di negeri ini agar bisa melepaskan diri dari penjajahan seperti yang pernah dilakukan para pemuda di tahun 1928.
Sudah cukup negeri ini terjajah yang sangat parah di semua bidang, mulai akidah, syariah, aset bangsa hingga kriminalisasi khilafah sebagai ajaran Islam. Tentu pemuda di kalangan umat Islam tak bisa tinggal diam melihat semua ini. Dari waktu ke waktu perlakuan penjajah begitu kejam walau tak kasat mata, menggunakan teknik adu domba. Seakan musuh umat Islam adalah umat Islam itu sendiri. Padahal common enemy umat Islam adalah kafir penjajah.
Dorongan persatuan dan perjuangan para pemuda adalah akidah semata. Menjalankan perintah Allah Swt. sebagai bagian dari ibadah. Berdakwah dan berjuang agar aturan Allah bisa diterapkan, karena hanya dengan penerapan aturan Allah negeri ini bisa terbebas dari penjajahan dalam bentuk apapun. Tak mudah terkecoh oleh lawan yang terlihat seperti kawan, tak goyah walau rintangan dan cobaan di depan mata. Tak terbelokkan jika godaan dunia menyapa saat Allah menguji harta dunia.
Fokus pada satu tujuan, kemaslahatan umat manusia dengan penerapan syariah-Nya. Sebagaimana firman-Nya, "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (TQS. Al Anbiya: 107).
Allahu A'lam Bi Ash Shawab.[]