Sejarah Direduksi, Wawasan Generasi Dikerdili

 


Oleh: Anita Ummu Taqillah (Anggota Komunitas Setajam Pena)


Kebijakan demi kebijakan rezim kian tak masuk akal. Tak terkecuali di dunia pendidikan. Beberapa kali wacana kebijakan di Kemendikbud menuai pro-kontra. Mulai penghapusan materi tentang Khilafah, hingga yang terbaru tentang wacana penyederhanaan kurikulum dan salah satunya menjadikan pelajaran sejarah tidak wajib atau pilihan di bangku SMA sederajat.


/Ketika Sejarah Direduksi/


Pada Kamis pekan lalu (17/9/2020) beredar draf bertanda Kemendikbud tertanggal 25 Agustus 2020 dengan judul “Sosalisasi Penyerderhanaan Kurikukulum dan Asesmen Nasional". Pada salah satu bagian, draf itu menjelaskan tentang ketidakwajiban pelajar di tingkat SMA/sederajat untuk mengambil mata pelajaran Sejarah. Untuk siswa pada jenjang kelas 10 SMA/sederajat pelajaran Sejarah dilebur bersama pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Artinya Sejarah tidak lagi menjadi mata pelajaran yang diwajibkan untuk semua siswa (tirto.id, 22/9/2020).


Hal ini menyebabkan polemik muncul di kalangan masyarakat. Pro-kontra pun tak terkendali. Meskipun, Mendikbud Nadiem Makarim telah mengkonfirmasi kabar tersebut. Seperti dilansir cnnindonesia (20/9/2020), Nadiem menyampaikan, "Tidak ada sama sekali kebijakan, regulasi atau peraturan penghapusan mata pelajaran sejarah di kurikulum nasional," ujarnya dalam video klarifikasi yang ia unggah via instagram pribadinya @nadiemmakarim, Minggu (20/9).


Nadiem menjelaskan isu ini keluar karena ada pemaparan internal yang tersebar ke masyarakat. Salah satunya terkait permutasi penyederhanaan kurikulum yang berkaitan dengan mata pelajaran sejarah.


Padahal, ada puluhan versi berbeda yang sekarang sedang melalui focus group discussion (FGD) serta uji publik belum tentu permutasi tersebut yang menjadi final.


"Inilah namanya pengkajian yang benar di mana berbagai macam opsi diperdebatkan secara terbuka. penyederhanaan kurikulum tidak akan dilakukan sampai tahun 2022," imbuhnya.


Tak dapat dipungkiri, kabar tersebut sudah terlanjur ramai di jagad maya. Apalagi, seperti yang sudah terjadi terkait penghapusan materi Khilafah, tentu kabar ini juga membuat masyarakat was-was jika suatu saat nanti materi sejarah benar-benar direduksi atau bahkan dihapus.


Kekhawatiran pun disampaikan oleh beberapa kalangan. Anggota DPR RI Fadli Zon mengomentari wacana Kementerian Pendidikan menjadikan pelajaran sejarah menjadi tak wajib bagi siswa SMA. Menurut Fadli, hilangnya pelajaran sejarah akan berbuntut pada bubarnya negara Indonesia.


Hal itu disampaikan oleh Fadli Zon melalui akun Twitter miliknya @fadlizon.

"Kalau mata pelajaran sejarah akan 'dihilangkan', maka sebentar lagi manusia Indonesia akan kehilangan identitas, jati diri dan memori kolektifnya, selanjutnya ya Indonesia bubar," kata Fadli Zon seperti dikutip Suara.com, Sabtu (19/9/2020).


/Kedudukan Sejarah dalam Sekularisme Liberal/


Tak aneh memang, ketika paham sekularisme liberal dijadikan pedoman suatu negeri, maka kebebasan dan kesewenangan dalam kebijakan pun terjadi. Meskipun wacana yang terlanjur membuming inipun ditampik, tetap ada kemungkinan suatu saat benar-benar digulirkan menjadi kenyataan.


Hal ini terkesan jika rezim tidak memahami ungensitas sejarah bagi keberlangsungan kehidupan dan generasi bangsa. Padahal, sejarah memuat informasi yang penting, seperti karakteristik peradaban manusia di masanya.


Seperti di bulan September ini, rakyat teringat akan kejadian G30SPKI. Mirisnya, beberapa waktu lalu, ada orang-orang yang keberatan diperingatinya hari menyayat nurani tersebut. Mereka menginginkan untuk tidak memutar kembali film kekejaman PKI di tanggal 30 September. Padahal dengan mengingat kejadian G30SPKI, akan membangkitkan semangat generasi memerangi kekejaman mereka. Selain itu juga agar generasi masa depan tidak ada yang meniru atau menjadi bagian dari PKI.


Maka wajar, jika wacana penyederhanaan kurikulum (dalam hal ini sejarah) menuai banyak protes dari masyarakat. Mereka yang kontra tidak ingin generasi muda lupa akan peran para pahlawan, pejuang serta ulama pada negeri ini. Selain itu, reduksi pelajaran sejarah juga dikhawatirkan akan menjadikan generasi tunasejarah, krisis identitas dan jati diri serta kehilangan memori akan bangsanya sendiri. Selain itu wawasan generasi juga dikerdili.


/Sejarah dalam Kacamata Islam/


Dalam Islam, sejarah merupakan kejadian yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Agar bisa diambil ibroh dan pelajaran oleh generasi setelahnya. Allah SWT berfirman, "Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Alquran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yusuf [12]: 111)


Sejarah juga sangat berperan dalam kemajuan generasi. Oleh karena itu, sejarah harus diajadikan sebagai mata pelajaran penting dalam kurikulum pendidikan. Karena dalam Islam, sejarah merupakan tsaqofah (informasi pengetahuan) yang berlandaskan aqidah. Sehingga hal itu akan menjadi salah satu cara meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Wallahua'lam bish-showab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama