Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice
Pandemi Covid-19 ini tidak hanya mengobrak abrik tatanan sosial dan ekonomi suatu bangsa saja, namun juga mengubah tatanan dunia secara global. Termasuk dunia dakwah pun terkena imbasnya. Sehingga perlu mengubah cara dan sarana dalam menyampaikan dakwah agar nilai-nilai Islam tetap tersampaikan dengan cara yang aman.
Dakwahpun akhirnya bergeser dari offline menjadi online, dari luring menjadi daring. So, kalau tidak mau si mad'u (obyek dakwah) boring, maka kitanya yang harus pandai-pandai mengemas dakwah sedemikian rupa.
Namun perlu dipahami, dakwah secara online maupun offline keduanya sama-sama memiliki tantangan dan hambatan. Namanya dakwah tidak ada yang lempeng-lempeng saja tanpa sandungan, karena yang tanpa hambatan itu namanya jalan tol ya.
Satu yang harus menjadi catatan dalam dakwah, ketika semangat sudah menggebu tiba-tiba ada halangan, entah itu dari mad'u, dari lingkungan, ataupun bahkan dari orang tua, kita tidak langsung putus tengah jalan. Apalagi jika pengemban dakwah harus berhadapan dengan virus merah jambu alias virus cinta, newbi ataupun oldbi dalam arena dakwah khususnya yang masih lajang rentan dengan gangguan virus ini. Maka jangan pernah mau dikalahkan dengan berbagai masalah tersebut.
Runner dalam artian kita tidak pantang menyerah. Ketika pengemban dakwah dihadapkan masalah entah itu datang dari dirinya sendiri ataukah datang dari luar, maka pantang untuknya berhibernasi membenamkan diri dalam kubangan masalah yang seperti tidak bertepi, apalagi sampai melarikan diri dari gelanggang dakwah alias pensiun dini. Astagfirrulah.
Pengemban dakwah juga tidak mager (malas gerak) apalagi dalam kondisi saat ini, dakwah difitnah, ulama dipersekusi, maka kita harus bisa mencari terobosan baru, hingga dakwah Islam tetap tersampaikan, kebenaran tetap dirasakan, hingga Islam mencapai kemenangan.
/Untuk menjadi runner dakwah yang baik itu seperti apa?/
1. Memahami situasi politik yang ada. Sehingga ketika kita bergerak, ataupun berdakwah tidak melakukan suatu hal yg membahayakan diri, dakwah, dan kelompok.
2. Mempunyai militansi yang tinggi, artinya terus berdakwah dalam kondisi lapang dan sempit serta harus siap menghadapi resiko dakwah.
3. Mampu bermain cantik, merancang cara dan melakukan "serangan dakwah" dalam moment yang tepat.
4. Para runner ini tidak layak untuk lari dari medan dakwah dalam kondisi apapun. Karena apa yang terjadi dalam dakwah kita hari ini adalah baabul khoir pintu-pintu kebaikan, yang justru harus kita lalui.
5. Taqarub Ilallah.
Kedekatan diri kita kepada Allah berbanding lurus dengan dakwah. Sehingga, jangan pernah meninggalkan Allah jika tidak ingin Allah meninggalkan kita.
Semua tadi tidak otomatis ada dalam diri pengemban dakwah, tp harus memalui sebuah proses dan penggodokan di kawah yang disebut halaqoh. Sehingga kita harus sabar menuju proses itu. Hingga kita benar-benar mampu melaju menjadi runner-runner dakwah.
Bukankah Allah telah berfirman :
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ
(Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. QS. Al Insyirah 5-6)
Bagi pengemban dakwah, jangan pernah ragu untuk melangkah memijakkan kaki dalam kebenaran. Percayalah dengan janji Allah untuk orang-orang yang teguh berpegang pada tali agama-Nya. Jika pun kita harus dihadapkan pada masalah, maka sebagaimana yang di firmankan Allah bahwa sesungguhnya di dalam kesulitan itu ada kemudahan.[]