Viral!! Film Perdana di Dunia, Gali Sejarah Jejak Khilafah di Nusantara


Oleh : Karina Larasati Sumardi


Sejarah Nusantara yang lama terkubur akhirnya dapat kita nikmati melalui media audio visual atau film dokumenter sejarah pertama di Indonesia atau bahkan Dunia. Premier perdana film berjudul “Jejak Khilafah Di Nusantara” ini dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2020 bertepatan dengan tahun baru Islam yakni 1 Muharram 1442 Hijriyah. Premier film melalui via online ini mendapatkan perhatian masyarakat, terbukti lebih dari 250.000 tiket online yang sudah terdata.


Penonton yang sudah antusias menunggu pemutaran film disambut hangat oleh pengantar acara pada pembukaan, untuk kemudian mengawali serangkaian acara Premier Film dengan sambutan singkat oleh Ust Rochmad S. Labib, menyampaikan kalimat pembuka dengan semangat yang menggelora mengenai pentingnya sejarah Khilafah dan Islam yang diperjuangkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat.


Beliau menuturkan, Rasul tak hanya datang ke madinah sebagai nabi dan rasul, namun juga sebagai kepala negara, pemutus kapan perang dilaksanakan kapan damai diputuskan, memilih kepala daerah di berbagai wilayah. Pasca wafatnya, bukan hanya meninggalkan agama, namun meninggalkan negara yang memiliki warga dan kedaulatan yang kemudian diputuskan oleh kaum Muslim dengan mengangkat Abu Bakar sebagai penerus negara. Hingga kemudian pada tahun 1924 khilafah diruntuhkan,nasib kaum muslim berubah total, menjadi ummat yang terbelakang. Maka selanjutnya kita perjuangkan kembali Peradaban islam dalam naungan Khilafah. Allaahu akbar!


Semangat yang menggelora tentu tak berhenti pada Ustadz Rochmad, melainkan dilanjutkan dalam talkshow singkat yang dibawakan Host kondang yang tentu saja memiliki riwayat akademis dan wawasan politis yang bagus yakni Ustadz Karebet Wijaya Kusuma. Selain masyarakat yang antusias dengan terus memenuhi kolom komentar siaran langsung, antusias juga terpancar dari Ustadz Wijaya Kusuma yang membuka kata dengan pantun “Ada Wijaya Kusuma namanya, ada Jejak Khilafah Di Nusantara”. 


Talkshow dimulai dengan pertanyaan yang diberikan kepada Ustadz Ismail Yusanto sebagai pengurus Komunitas Literasi Islam atau komunitas yang menggagas adanya film dokumenter ini. Beliau terlebih dahulu menjelaskan alasan sejarah menjadi poin penting untuk digali. Menurutnya, sejarah adalah Second Hand Reality tergantung siapa yang menuliskan, tidak terlepas dari latar belakang politik penulis. Pengaburan dan penguburan sejarah adalah hal lumrah pada zaman ini. Maka, penting untuk menggali kebenaran.  Bukan hanya digging up the past, tapi juga digging up the truth. Salah satunya film jejak khilafah ini sebagai sejarah yang harus digali.


Sejarah bukanlah sumber hukum dan sumber pemikiran, muslim sumber pemikirannya adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Sejarah hanya sebagai obyek pemikiran atau kajian. Maka menjadi pelengkap atau pendukung dari ajaran. Ajaran Islam mengenai Khilafah sudah jelas hukumnya, sejarah ini sebagai pelengkapnya, menggambarkan bagaimana prakteknya, bagaimana bisa sampai di Bumi Nusantara. Semua hanya sebagai bukti kebenaran ajaran, namun bukan penentu hukum ajaran. Bukan berarti tak ada sejarah berarti hukum khilafah menjadi hilang. Hanya menjadi bukti penguat mengenai ajaran yang kita fahami.


Septian AW, sebagai sejarawan muda sekaligus script writer dalam permbuatan film ini melanjutkan talkshow dengan menyampaikan alasan dibalik penulisan film ini. Yakni untuk menjawab tantangan zaman, karena khilafah menjadi topik panas ditengah masyarakat. Sebagai sejarawan yang sudah lama mempelajari Khilafah, maka menjadi tanggungjawab tersendiri untuk menulis Jejak Khilafah Di Nusantara karena belum ada yang membahas keterkaitan Khilafah dengan Nusantara. Dan seperti fardu kifayah untuk menyampaikan kebenaran secara ilmiah dan akademis ini kepada masyarakat.


Host kembali meminta tanggapan mengenai film JKDN ini yang dinilai sebagai film propagandis. Saudara Septian menjawab bahwa memang sudah hal yang alami bila ada yang sentimen bahkan sebelum film tayang, karena sentimen terhadap ide khilafah. Maka harus mengedukasi Ummat dengan ide yang benar ini, yang akan terjawab dalam Film.


Nicko Pandawa, produser film JKDN dan sekaligus script writer menjelaskan bagaimana film ini dapat diselesaikan dengan segala kerumitannya. Yakni dengan riset, dengan mengumpulkan bukti sejarah baik dalam bentuk primer ataupun sekunder, yang tesebar dari ujung Sumatra hingga ujung timur (Maluku, Ternate). Untuk menjawab bagaimana menjaga akurasi dari film ini, Bung Nicko menjelaskan yakni dengan yuristik atau mencari sumber atau data sesuai dengan tema yang kita tetapkan untuk selanjutnya diinterpretasikan dengan mengemas data dalam bentuk film atau audio visual.


Setelah penjelasan lengkap mengenai keakuratan film ini, masyarakat semakin antusias dengan jumlah penonton yang semakin meningkat. Pekikan Takbir memenuhi kolom komentar sebab merasakan gelora keimanan yang ternyata mendarah daging di Bumi Nusantara kita. 


Film dokumenter dimulai dengan mengupas sejarah berdirinya Khilafah ditangan Rasulullah, Muhammad SAW, mewariskannya kepada Khulafaur Rasyidin. Setelah Rasulullah wafat ummat muslim mencari pengganti Khalifah, bahkan sampai menunda pemakaman Rasul hingga ditetapkan penggantinya. Menggambarkan betapa urgentnya pengganti seorang pemimpin Khilafah. Di Satifah Bani Saidah Abu Bakar ditetapkan sebagai penerus Khilafah. Hingga menaklukkan imperium Romawi, dan Persia. Hingga akhirnya Nusantara.


Nusantara sebagai pelabuhan dagang yang diapit 2 negara, kala itu Nusantara diliputi kegelapan hingga datang Islam ke nusantara. Berawal dari terjalinnya hubungan diplomatis dan ekonomis pada tahun 651 M, Khalifah Ustman bin Affan mengirim hubungan ke China melalui jalur laut. Lanjut ke Nusantara melalui kerajaan Sriwijaya dibawah perintah Khalifah Ummar bin Abdul Aziz di Damaskus, Ibu Kota Khilafah pada saat itu. Aceh / Samudra Pasai berbaiat langsung kepada Khilafah. Kemudian Samudra Pasai menyebarkan dakwah ke seluruh Nusantara. 


Begitulah bukti peran penting Khilafah dalam sejarah Islam di Indonesia, Ustadz Rochmad S. Labib memberikan pesan setelah film selesai ditayangkan, yakni Khilafah menjadi pencapaian terwujudnya Islam sebagai dasar dan Kekuasaan sebagai penjaganya yang tak dapat dipisahkan. Khilafah pula yang mengangkat Indonesia dari kegelapan menuju cahaya yang terang. Melepaskan segala bentuk penjajahan barat yang dahulu merugikan Nusantara, memberikan kebaikan dan menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Nusantara. Maka kisah ini akan terulang kembali, melepaskan Indonesia kita yang berada dibawah jajahan politis dan ekonomis Barat dan termuliakan dengan Islam dalam Naungan Khilafah. Allaahu akbar![]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama