Siapa Orang yang Paling Baik Perkataannya?

 


Endah Sulistiowati

Dir. Muslimah Voice 



Allah berfirman dalam suraf Al Fushilat ayat 33: 



وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ


 صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ 



Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"


Serangan pandemi Covid-19 sejak awal Maret di Indonesia telah merubah banyak hal. Perekonomian dan pendidikan adalah bidang yang paling merasakan imbas pandemi ini. Ribuan karyawan terpaksa harus dirumahkan, perusahaan dari kelas home industri sampai raksasa KFC pun terancam gulung tikar.


Dunia pendidikan pun tidak kalah meradang, apalagi bagi sekolah swasta yang menyandarkan perputaran operasional pada SPP siswa. Bagai makan buah simalakana, maju-mundur pun mati. Orang tua keberatan jika tetap membayar SPP penuh karena sekolah di rumah, guru dan karyawan sekolah pekerjaan dan kebutuhan hidup tidak berubah. 


Di satu sisi, ketidak siapan Pembelajaran Jarak Jauh, meliputi sarana dan prasarana, kuota internet, dan kekuatan signal sangat mengkhawatirkan pendidikan masa depan anak-anak pasca pandemi.


Bagaimanapun efek pandemi   secara langsung dan tidak langsung juga dirasakan para pengemban dakwah. Kajian harus online. Tidak bisa tatap muka. Sehingga jawil imani (suasana keimanan) terasa kering.


Ini menjadi kesempatan emas bagi syaiton menghembuskan bisikan-bisikan agar pelan tapi jauh, membawa langkah kita untuk keluar dr barisan dakwah. Bermalas-malasan hadir dalam kajian online, pupus usaha karena tidak ada sinyal, susah conect dsb.


Pandemi ini adalah peringatan dan ujian bagi kita semua. Jangan sampai hidayah yang sudah susah payah kita capai, harus tergadai oleh pandemi covid-19 ini. Sehingga kita harus memacu diri agar lulus dari ujian hidup ini, dan kita layak menjadi bagian dari orang-orang yang paling baik perkataannya di sisi Allah. 


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ


“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah." 


Imam Al Bukhari rahimahullah membuat judul Bab dari hadits di atas, “Bab: Keutamaan seseorang memberi petunjuk pada orang lain untuk masuk Islam”.


Abu Daud membawakan hadits di atas pada “Bab: Keutamaan menyebarkan ilmu”.


Penulis ‘Aunul Ma’bud, mengatakan, “Unta merah adalah semulia-mulianya harta menurut mereka (para sahabat).” 


Di lain tempat, beliau rahimahullah mengatakan, “Unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”


Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah memberikan penjelasan yang cukup apik. Beliau rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah unta merah.Unta tersebut adalah harta teristimewa di kalangan orang Arab kala itu. 


Di sini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan unta merah sebagai permisalan untuk mengungkapkan berharganya (mulianya) suatu perbuatan. Dan memang tidak ada harta yang lebih istimewa dari unta merah kala itu. Sebagaimana pernah dijelaskan bahwa permisalan suatu perkara akhirat dengan keuntungan dunia, ini hanyalah untuk mendekatkan pemahaman (agar mudah paham). Namun tentu saja balasan di akhirat itu lebih besar dari kenikmatan dunia yang ada. 


Demikianlah maksud dari setiap gambaran yang biasa disebutkan dalam hadits. Dalam hadits ini terdapat pelajaran tentang keutamaan ilmu. 


Juga dalam hadits tersebut dijelaskan keutamaan seseorang yang mengajak pada kebaikan. Begitu pula hadits itu menjelaskan keutamaan menyebarkan sunnah (ajaran Islam) yang baik dan berdakwah amar ma'ruf nahi munkar. 


Allah berfirman : 


وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَ نْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ


Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah seraya dengan berjama’ah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali ‘Imran [3]: 103).



Dalam ayat diatas memerintahkan kita untuk selalu berpegang pada agama Allah, terikat pada setiap aturan syari'atnya. Allah juga memerintahkan kita untuk tetap berjama'ah, karena dengan berjamaah akan memudahkan kita untuk beristiqomah di jalan Nya.


Terakhir, semoga Allah senantiasa menguatkan diri kita, mengistiqomahkan kita. Sehingga sampai ajal menjemput kita tetap pada barisan orang-orang yang lurus. Agar kita punya hujah kelak dihadapan Allah, untuk apa hidup kita di dunia ini. Wallahu'alam bisshowab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama