Pernikahan vs Kemiskinan


Oleh: Nanik Farida Priatmaja

Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy bicara soal keluarga miskin di Indonesia. Menurut Muhadjir, jumlah keluarga miskin yang masih tinggi di Indonesia tak terlepas dari pernikahan sesama keluarga miskin.

"Sebagaimana kita ketahui bapak ibu sekalian, rumah tangga miskin di Indonesia itu jumlahnya masih sangat tinggi, masih sekitar 76 juta rumah tangga miskin di Indonesia itu," kata Muhadjir Effendy dalam pemaparannya di webinar Kowani, Selasa (4/8/2020).

Baca selengkapnya:
(https://m.detik.com/news/berita/d-5120147/muhadjir-sesama-keluarga-miskin-besanan-lahir-keluarga-miskin-baru, 4/08/2020)

Angka kemiskinan di Indonesia memang tergolong tinggi namun benarkah disebabkan pernikahan sesama keluarga miskin? 

/Pertama/
Pernikahan bernilai ibadah bagi setiap muslim dan hak bagi setiap manusia demi mendapatkan keturunan. Hanya melalui pernikahan, kehidupan manusia akan terus berlanjut dengan mulia. 

/Kedua/
Kemiskinan negara sebenarnya bukan disebabkan individu. Secara fitrah setiap manusia menginginkan kehidupan yang layak. Sehingga ia akan berusaha dan bekerja demi menafkahi diri dan keluarganya. Namun terkadang tak semua orang menemukan pekerjaan yang layak dengan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

/Ketiga/
Minimalnya peran negara. Hampir setiap tahun bermunculan sarjana-sarjana baru lulusan perguruan tinggi dan tenaga teknik sekolah-sekolah kejuruan. Namun faktanya tak seiring dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia di negeri ini. Wajar jika kalangan sarjana menyumbang tingginya angka pengangguran karena tidak adanya lapangan kerja yang sesuai bagi mereka. Solusi dari negara pun minimalis. Misalnya Kartu pra kerja yang masih amburadul, pemerintah membuka kerjasama dengan swasta asing beserta merekrut tenaga kerja asing, munculnya undang-undang yang merugikan para pekerja dan sebagainya.

/Keempat/
Banyaknya pernikahan akan berperan besar terhadap banyaknya jumlah penduduk. Secara demografi sebenarnya Indonesia sangat beruntung memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan usia produktif. Seharusnya negara mampu memanfaatkan potensi sumber daya manusia ini. Sumber daya manusia yang besar, produktif dan berkualitas adalah modal utama menjadi negara yang mandiri dan maju.

/Kelima/
Kemiskinan adalah efek sistemik. Penerapan sistem kapitalis terbukti sukses menjadikan jurang pemisah yang begitu curam bagi si kaya dan si miskin. Para kapital begitu mudah memperkaya diri dengan didukung kebijakan penguasa. Sedangkan si miskin akan terus terperangkap dengan kemiskinannya melalui kebijakan negara yang memiskinkan rakyat (melambungnya harga kebutuhan pokok, mahalnya biaya kesehatan, mahalnya biaya pendidikan, tarif listrik yang merangkak naik dan sebagainya). 

Bagaimana Islam mensolusi?

/Pertama/
Pernikahan di dalam Islam dianggap sebagai ibadah yang memuliakan manusia. Perbuatan yang awalnya bernilai haram akan menjadi halal dan mulia. Dengan adanya pernikahan akan Allah SWT berikan ganjaran berupa pahala yang berlipat-lipat bagi hambaNya serta menambah kekayaan. Pastinya hal ini akan sangat diperhatikan dalam Islam. Misalnya menyiapkan generasi yang siap menjalani rumahtangga melalui pendidikan di dalam keluarga, di sekolah melalui kurikulum di setiap jenjang dan di masyarakat yang tersuasanakan ketaatan terhadap syariat serta negara yang menerapkan undang-undang dalam kehidupan. Negara Islam akan mempermudah, mendukung dan memfasilitasi setiap warga negara yang telah memenuhinya rukun dan syarat pernikahan. Misalnya negara membantu para laki-laki untuk membayar sejumlah mahar bagi calon istri.

/Kedua/
Negara yang menerapkan sistem Islam tak akan membiarkan warga negaranya menjadi peminta-minta dan fakir baik secara ilmu ataupun harta. Sehingga negara akan memberikan layanan pendidikan gratis dan berkualitas bagi setiap warga negara, kemudian setelah mereka lulus, siap bekerja di instansi-instansi, perusahaan-perusahaan atau lapangan kerja yang telah disediakan negara. Sehingga tak ada lagi kisah buruk sarjana pengangguran dan angka kemiskinan tak lagi tinggi.

/Ketiga/
Besarnya jumlah penduduk yang produktif adalah potensi yang luar biasa untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan membangun negara yang mandiri, kuat dan terdepan. Rosulullah SAW sangat bangga dengan umatnya yang banyak. Akan tetapi jumlah penduduk yang besar sangat butuh pelayanan dan kerja keras ekstra untuk membinanya agar potensi tersebut mampu dimanfaatkan secara tepat untuk kemajuan negara. Misalnya tersedianya banyak tenaga ahli di usia produktif akan memudahkan negara menjalankan program-programnya di berbagai bidang, negara tak perlu mencari tenaga ahli dari luar atau memperkerjakan warga negara asing.

/Keempat/
Sistem kapitalis terbukti tak mampu merataka.  kesejahteraan rakyat karena tak memiliki tanggungjawab yang besar terhadap rakyat. Sehingga kepentingan rakyat tak menjadi fokus utama (hanya kepentingan para penguasa, elit partai dan pengusaha saja). Berbeda jauh dengan sistem Islam yang akan meriayah rakyat dengan aturan terbaik (memberlakukan kebijakan yang pro rakyat). Menjamin kebutuhan rakyat di segala bidang (pendidikan, ekonomi, kesehatan, keamanan dan sebagainya). Islam membebaskan biaya pendidikan dan kesehatan serta memberikan kualitas pelayanan terbaik. Kemandirian ekonomi menjadi fokus utama negara. Sehingga negara benar-benar akan mengelola harta kepemilikan umum dan negara untuk kepentingan rakyat misalnya tersedianya lapangan kerja yang luas dengan gaji yang layak bagi rakyat.

Sinkronisasi pernikahan dan kemiskinan sebenarnya tak pernah ada. Allah SWT telah menjamin rizki tiap-tiap makhluk yang bernyawa. Menghubung-hubungkan pernikahan dan kemiskinan hanya akan menampakkan bahwa negara tak mampu menjamin kebutuhan ekonomi rakyat atas fakta tingginya angka kemiskinan di negeri ini.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama