Sri Indrianti
(Pemerhati Sosial dan Generasi)
Makin aneh-aneh saja penyimpangan seksual di negeri ini. Seakan-akan tidak ada habisnya. Belum selesai satu kasus sudah muncul kasus lain yang lebih beragam.
Seperti kasus yang menggegerkan baru-baru ini yakni Bambang "swinger" yang melakukan pelecehan seksual terhadap puluhan perempuan dengan berdalih melakukan penelitian soal swinger. Nama besar UGM dan UNU pun dicatut demi melancarkan aksi bejatnya. (tirto.id, 4/8/2020)
Serupa tapi tak sama, kasus pelecehan seksual juga terjadi di Unair. Dengan berkedok riset, Gilang yang merupakan mahasiswa Unair melakukan pelecehan seksual pada sejumlah pria muda. Gilang, yang diduga mengidap penyimpangan seksual fetish kain jarik, membungkus korban dengan kain jarik setelah sebelumnya tangan, kaki, mata, dan telinga ditutup menggunakan lakban. (tribunnews.com, 3/8/2020)
Kasus Bambang "swinger" dan Gilang "bungkus" ini hanyalah sebagian kecil yang terungkap media. Bukanlah sesuatu yang tidak mungkin banyak kasus serupa yang tidak terendus media karena tidak adanya pelapor. Kasus Bambang "swinger" dan Gilang "bungkus" ini bisa terungkap setelah salah satu korban mengunggahnya di sosial media.
Semakin maraknya penyimpangan dan pelecehan seksual merupakan suatu keniscayaan. Pasalnya, Liberalisme semakin mendapatkan panggung di negeri ini. Akibatnya, paham ini kian mengepung ke seluruh penjuru dan menghancurkan sendi-sendi bangunan akidah kaum muslimin.
Sangat disayangkan. Negara dengan jumlah kaum muslimin yang besar justru dengan suka rela mereguk kepalsuan nikmatnya Liberalisme. Masyarakat segala usia dicekoki dengan berbagai tayangan pornografi di televisi maupun internet. Bahkan dengan mudah dapat diakses melalui smartphone. Seringkali iklan-iklan yang bergentayangan di aplikasi smartphone juga sarat dengan pornografi.
Hal ini tak bisa diperlakukan angin lalu saja. Apabila tidak segera diambil langkah solutif, maka sungguh tak terbayangkan lagi besarnya dampak yang terjadi. Bahkan kehancuran negeri terpampang jelas dikarenakan bobroknya sumber daya manusia.
Kaum muslimin yang semestinya bergerak berjuang untuk kebangkitan malah terjebak dalam kungkungan Liberalisme. Persoalan yang melingkupi mereka hanyalah seputar pemenuhan gharizah nau' yang salah tempat. Akibatnya, muncullah berbagai penyimpangan seksual ataupun pelecehan seksual bak jamur di musim hujan. Na'udzubillah.
Kondisi yang kian parah ini semestinya menjadi tamparan penguasa negeri ini. Langkah-langkah solutif harus segera diambil. Peraturan yang jelas dan tegas diterapkan agar kasus serupa tidak kian merajalela.
Namun, merupakan kemustahilan kasus seperti ini kian menurun atau zero apabila Liberalisme masih mengepung negeri ini. ya, Liberalisme merupakan derivat dari Kapitalisme. Mencabut akarnya dan membuangnya ke "tempat sampah" merupakan langkah yang tepat.
Tentu saja dibutuhkan kerja sama dari berbagai elemen masyarakat untuk berjuang mengenyahkan sistem dan paham yang rusak ini. Saling bergandengan tangan mengembalikan pemahaman Islam yang selama ini kian jauh ditinggalkan kaum muslimin. Insya Allah bangunan akidah Islam kian kuat dan kebangkitan Islam terpampang nyata.[]