Jejak Khilafah Dalam Sejarah

 

 


Endah Sulistiowati

Dir. Muslimah Voice 



"Bila Sejarawan mulai membisu, hilanglah kebesaran masa depan generasi bangsa."(Ahmad Mansur Suryanegara)


Kata-kata tersebut sungguh bijak. Coba kita bayangkan jika para ahli sejarah benar-benar diam, dan sejarah mulai di belokkan, apa yang terjadi pada generasi kita. Mereka akan mudah mengikuti arus, tanpa kontrol, jauh dari kebenaran sejarah dan jatuh pada permainan kotor pemalsu sejarah. 


Berbicara tentang sejarah, pada umumnya generasi-generasi muda kita ini masih kurang sadar akan sejarah dan sampai beranggapan bahwa sejarah itu tidaklah penting. Nyatanya, negara kita yang mayoritas beragama Islam tak bisa dilepaskan dari sejarah. Islam muncul di Indonesia tidak secara cuma-cuma, melainkan melalui proses yang cukup panjang.


Secara terminologis, sejarah diangkat dari bahasa Arab, syajaratun yang berarti pohon. Secara terminologis saja, kata ini sudah menggambarkan pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis; karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan “pohon”, yang tumbuh dari biji kecil menjadi pohon yang besar, rindang, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran, maksud atau pesan-pesan sejarah di dalamnya, kita memerlukan kemampuan untuk menangkap pesan-pesan yang tersirat sebagai ibarat. (Kumparan.com)


Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dari masa penjajahan hingga kemerdekaan Indonesia 75 tahun yang lalu tidak bisa dilepaskan dari Islam. Sebut saja Teuku Umar, Cut Nyak Din, Tuanku Imam Bonjol, Raden Patah, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanudin, Sultan Agung, dll. Mereka adalah orang yang giat melawan penjajahan Belanda. Hingga yang paling heroik adalah resolusi Jihad yang diserukan KH. Hasyim Asy'ari pada agresi militer Belanda pasca proklamasi kemerdekaan. Sehingga pengaruh Islam pada saat itu sangat terasa sekali.


Syariah Islam pernah diterapkan di Indonesia sejak masuknya Islam pada abad ke-7. Sejak muncul kesultanan Islam abad ke 9, Islam diterapkan secara resmi sebagai sistem kehidupan. Institusi kesultanan yang ada di Nusantara ini tentunya memiliki hubungan erat dengan Khilafah Islamiyah. Hal ini salah satunya ditunjukkan dengan masuknya Islam ke Indonesia oleh para pengemban dakwah Islam yang merupakan utusan langsung yang dikirim oleh Khalifah melalui walinya. 


Pada tahun 808 H/1404 M, pertama kali para ulama utusan Sultan Muhammad I (juga dikenal sebagai Sultan Muhammad Jalabi atau Celebi dari Kesultanan Utsmani) ke Pulau Jawa (kemudian dikenal dengan nama Wali Songo). Setiap periode ada utusan yang tetap dan ada pula yang diganti. Pengiriman ini dilakukan selama lima periode. 


Namun Islam terus dipinggirkan dan dipandang sebelah mata, khususnya di bidang politik. Namun, ruh Islam terus bergolak, mengiringi setiap perjuangan hingga proklamasi kemerdekaan tahun 1945. 


Umat Islam pun sebagai bagian terbesar perjuangan kemerdekaan, pastinya ingin Islam diterapkan kembali dalam bernegara. Namun, akhirnya terpaksa harus berkompromi dengan munculnya Piagam Jakarta yang mewajibkan menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya.


Sekali lagi umat Islam di khianati, pada 18 Agustus 1945, tujuh kata "Kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus. Setelah itu, sekulerisme-kapitalisme makin mencengkram diseluruh bidang kehidupan. 


Sehingga jelas sekali catatan sejarah, bahwa umat Islam Indonesia tidak terpisah dari umat Islam lainnya. Bahkan Khilafah punya peran penting dalam penyebaran Islam di Indonesia, sekaligus turut dalam upaya melepaskan penjajahan dari bumi nusantara. Karena itulah, jika saat ini ada upaya penolakan terhadap syariah Islam dan Khilafah, sama saja ingin melupakan sejarah. Wallahu'alam. 


Referensi

Jejak Syariah dan Khilafah di Indonesia, HTI Press, 2007.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama