Oleh: Nur Rahmawati, SH
(Praktisi Pendidikan)
Momentum membahagiakan bagi umat muslim sedunia setelah hari raya Idul Fitri adalah Idul Adha. Dimana perayaan universal ini memiliki cerita unik tersendiri yang dialami langsung oleh Nabi Ibrahim AS. Mengorbankan putra yang dicintainya bukanlah hal yang mudah. Namun ketaatan yang lahir dari iman kuatlah menjadikan nabi Ibrahim menjalankan titah Tuhannya yang datang melalui mimpi. Yaitu menyembelih putranya Ismail AS.
Perayaan idul adha kali ini memang berbeda. Untuk tahun ini perayaan masih dalam masa pandemi, tentunya perayaan tidak dapat dilakukan dengan bebas. Saat sholat idul adha saja pemerintah dan MUI memberikan ketentuan aturan seperti yang dikutip detik.com, Majelis Ulama Indonesia atau MUI dan Kementerian Agama (Kemenag) telah menyusun ketentuan perayaan Idul Adha. Ketentuan mencakup rukun sholat Idul Adha di tengah pandemi corona.
"Sholat Idul Adha hukumnya sunnah muakkadah yang menjadi salah satu syi'ar keagamaan (syi'ar min sya'air al-Islam)," tulis MUI dalam Fatwa Tentang Sholat Idul Adha dan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Wabah COVID-19.
Panduan pelaksanaan sholat Idul Adha di masa pandemi corona tercantum dalam bentuk Surat Edaran No SE. 18 Tahun 2020 dari Kemenag. Pelaksanaan sholat Idul Adha harus memperhatikan protokol kesehatan dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat. (25/7).
Lantas, apa esensi dari perayaan hari raya idul adha?. Terlebih di masa pandemi yang masih meresahkan masyarakat, upaya untuk melaksanakan kewajiban yang Allah sudah amanahkan kepada kita umat muslim tetap dilakukan. Jika kita pahami bersama bahwa pesan dari idul adha ini, dimana pengorbanan Ibrahim AS sangatlah luar biasa. Karena hal itu hanya bisa dilakukan atas dasar keimanan yang besar dan dalam kepada Allah SWT.
Mengingat, khotbah terakhir nabi Muhammad SAW tanggal 9 Zulhijah (Bulan ke 12 dan juga bulan terakhir dalam penanggalan Islam), 10 tahun setelah hijrah (berpindah dari Mekkah ke Madinah) di Lembah Uranah, Pegunungan Arafah. Sebelum peringatan hari raya idul adha, salah satunya adalah "Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Qur'an dan Sunnahku".
Lantas, bagaimana dengan kita saat ini? Sudahkan berpegang dengan tali Allah SWT dan mengikuti dua perkataan nabi Muhammad secara total?. Yang ada sekarang, justru abai dan mencampakkan hukum Allah SWT dalam pengaturan kehidupan baik individu, masyarakat dan negara. Hukum manusia yang dijadikan sandaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka tak heran jika saat ini banyak sekali kemaksiatan terjadi dimana-mana. Bukankah Allah sudah ingatkan dalam firman Nya yang artinya:
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka cari? Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada [hukum] Allah bagi orang-orang yang yakin.” (QS. Al-Ma’idah: 50).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma menafsirkan, “Siapakah yang lebih adil [hukumnya]?!” selain daripada hukum Allah. Adapun maksud “Bagi orang-orang yang yakin” adalah “orang-orang yang meyakini [kebenaran] al-Qur’an.” (lihat Zaadul Masir, hal. 390).
Kemudian, yang menjadikan kapitalisme sebagai sistem saat ini adalah keangkuhan manusia. Mengakui akan Allah SWT sebagai Tuhan tapi tak lantas menjadikannya patuh secara total. Sedang kita tahu bersama bahwa sistem kapitalis tidak sama sekali mensejahterakan dan membawa keadilan, dan itu telah terbukti saat ini, dimana banyak UU yang dibuat pemerintah berpihak pada pemilik modal, seperti UU Penanaman Modal, UU Minerba, UU ketenagakerjaan dan lainnya.
Berbeda dengan Islam, yang merupakan sistem yang langsung dari sang pencipta Allah SWT. Tentunya tidak ada kekurangan sedikitpun. Kita dapat memahami pengorbanan yang Sesungguhnya dalam memaknai idul adha adalah menyerahkan segala yang kita miliki, dan bersedia diatur secara total dengan aturan Allah SWT. Bahkan mengorbankan harta, nyawa, waktu dan semua yang kita miliki. Tentunya dengan penghambaan yang sempurna. Inilah esensi dari pengorbanan yang sesungguhnya. Semoga momentum idul adha ini dapat kita jadikan wasilah untuk mengambil segera syariat Allah SWT dalam mengatur kehidupan kita disegala lini kehidupan. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.[]