Gelombang Resesi, Jadikan Islam Sebagai Solusi



Oleh: Zulaikha
(Mahasiswi IAIN Jember dan Aktivis Muslimah)

Sudah 5 bulan terahir ini dunia belum bisa bernafas lega disebabkan Covid-19 yang belum juga menunjukkan tanda-tanda berahir, akibatnya seluruh dunia mengalami resesi ekonomi. Beberapa negara sudah merasakannya, seperti Jepang, Jerman, Hong Kong, Perancis, Italia, dan Singapura.

Menyikapi acaman ini, Presiden Joko Widodo mengingatkan para menterinya untuk mewaspadai hal ini. Para ahli pun ikut mendorong masyarakat untuk mengantisipasi gaya hidup yang hemat dan menyiapkan alternatif pekerjaan. Seperti yang dilontarkan, Bhima Yudhistira, salah satu anggota Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), menyatakan bahwa masyarakat harus berhemat mulai dari sekarang untuk menyiapkan dana darurat selama resesi.

Hal yang sama juga datang dari Piter Abdullah sebagai Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia. Yang mengungkapkan bahwa, masyarakat seharusnya di saat seperti ini jangan boros dan harus mempersiapkan kondisi terburuk untuk mencukupi keuangan (detik.com, 19/7/2020).

Karen jika resesi benar terjadi akan mengakibatkan penurunan seluruh aktivitas ekonomi, dan akibat yang paling menonjol menyebabkan banyak orang akan kehilangan pekerjaan.

Seperti yang diungkapkan Eko Listiyanto sebagai Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang mengungkapkan bahwa ketika resesi ini bener terjadi maka akan pegangguran akan mengalami peningkatan yang tinggi dan pada ahirnya kemiskinan akan semakin bertambah. (20/05/20.)

/Krisis, Tabiat Kapitalisme/

Krisis ekonomi sebenarnya bukannya hal yang pertama, jauh sebelum ada wabah corona dunia sudah mengalami krisis ekonomi. Pada 1998 misalnya, pada tahun 98 dunia mengalami krisis moneter. Tidak hanya itu, pada tahun 2008 dunia mengalami krisis finansial yang diawali kejatuhan Lehman Brothers. Kemudian pada 16 Oktober 2019, menurut IMF pertumbuhab ekonomi dunia berada pada laju terburuk sejak krisis keuangan global.

Kini di tahun 2020 krisis ekonomi datang lagi. Wabah corona memperparah krisis yang ada. Dampak dari pandemi covid-19 kali ini tentu jauh lebih berat dari pada krisis tahun 98 lalu. Karena krisis yang terjadi pada tahun 98 hanya berdampak pada beberapa sektor saja, sedangkan kali ini dampaknya pada seluruh sektor. Aktivitas produksi misalnya, Pertumbuhan Produk Domestik Brudo (PDB) mengalami minus 0,4 hingga 1 persen, potensi kenaikan pengangguran mencapai 5,23 juta, potensi kenaikan kemiskinan mencapai 5,71 juta.

Gimana tidak, Negara sekelas Amerika Serikat (AS) saja sejak tahun 1854 mengalami 33 kali resesi . Sementara Negeri Paman Sam sejak 1980 mengalami empat kali resesi. Sedangkan Indonesia sendiri sudah mengalami resesi sejak1998, dan hal itu menjadi mimpi buruk yang akan terulang pada tahun ini. (cnbcindonesia, 17/7/2020).

Sungguh krisis yanga terjadi berulang-ulang, bahkan sampai resesi dan depresi ini bukan semata-mata karena adanya pandemi covid-19, tetapi karena disebabkan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem kapitalisme, dimana sistem yang dibangun dengan pondasi dari struktur ekonomi yang semu, yakni ekonomi sektor nonriil. Bukan ekonomi yang sesungguhnya, yaitu ekonomi sektor riil.

Maka dari sini solusi untuk resesi bukan hanya anjuran dengan gaya hidup hemat dan menabung. Karena dalam menyelesaikan resesi solusinya tidak hanya solusi yang bersifat individual, namun bersifat sistemis bahkan fundamental. Jadi solusi atas masalah yang melanda dunia saat ini adalah dengan cara mengubah sistem yang ada, yakni dari sistem kapitalisme menjadi sistem Islam yang lebih adil dan stabil.

/Solusi Fundamental/

Islam adalah edeologi dimana memiliki aturan yang jelas dalam menangani problemarika kehidupan khususnta kondisi seperti saat ini. Islam menjamin kebutuhan masyarakat sampai tingkat individu.

Sistem Ekonomi dalam Islam adalah sistem yang berdasarkan pada ekonomi riil yang tahan akan krisia. Dalam Islam, pengaturan ekonomi diberdasarkan pada penataaan pembagian kepemilikan ekonomi secara benar. Dimana kepemilikan dalam Islam dibagi menjadi 3, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara.

Pembagian kepemilikan ini sangat penting agar tidak terjadi hegemoni ekonomi. Yakni pihak kuat menindas yang lemah. Seperti penguasaan kepemilikan umum oleh swasta, baik asing maupun lokal. Seperti sektor tambang, gas, minyak bumi, kehutanan, sumber daya air, jalan umum, pelabuhan laut, bandara, dan sebagainya yang mengakibatkan menguatnya ekonomi para kapitalis sehingga mereka dengan mudah menguasai negara-negara dinunia.

Jadi, apabila pembagian kepemilikan ini sudah tegas dan benar dengan sistem ekonomi Islam yaitu ekonomi yang mengacu pada pembangunan sektor ekonomi riil bukan sektor ekonomi nonriil. Maka dengan ini krisis ekonomi tidak akan terjadi lagi.

Karena pilar terakhir dari ekonomi Islam adalah terstribusinya harta kekayaan oleh individu, masyarakat, maupun negara. Dalam Islam negara menjamin seluruh rakyatnya sehingga terpenuhi semua kebutuhan dasarnya. Tidak hanya itu, sistem Ekonomi dalam Islam menjamin seluruh rakyatnya dapat meraih pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersiernya.

Demikianlah solusi Islam dalam mencegah krisis ekonomi. Marilah kita bersama-sama mewujudkan sistem ekonomi islam dengan menerapakan sistem islam secara menyeluruh dalam bingkai khilafah islamiyah sehingga terwujudlah kehidupan sejahtera dan diberkahi Allah SWT. Aamiin.

Wallahu a’lam bishshawab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama