New Normal, Kebijakan atau Kesalahan?


Oleh: Umi Hanifah
(Aktifis Peduli Negeri dan Generasi).

Sejak diberlakukan new normal life maka, mall, kantor, sekolah, bandara, stasiun dll mulai beroprasional seperti sedia kala, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Namun disisi lain pandemi justru makin meninggi, dengan peningkatan yang signifikan.
Penyebaran virus coronadi sejumlah daerah di Indonesia masih mengkhawatirkan.

Pemerintah mengatakan kemarin ada penambahan 857 kasus positif Covid-19. Sehingga total kasus positif Covid-19 menjadi 38.277 kasus.

Penambahan terbanyak di Jawa Timur, dengan tambahan 196 kasus positif baru. Saat ini sejumlah daerah di lndonesia mulai melonggarkan kebijakan PSBB, bahkan ada yang sudah tidak lagi menerapkannya padahal angka kasus corona masih terus bertambah. Kompas.tv (15/6/2020).
Disejumlah negara juga sama, kasus corona terus bertambah sejak diterapkannya new normal.

Melansir BBC (11/6/2020), WHO telah memperingatkan bahwa pandemi masih jauh dari kata selesai dan mengatakan orang-orang harus bersiap menghadapi wabah baru.

Secara global, setidaknya 4,5 miliar orang, setengah dari populasi dunia, hidup di bawah langkah-langkah jarak sosial pada puncak pandemi di Eropa.

Negara dengan kasus corona terbanyak adalah di Amerika dengan 2.089.005 kasus dan 116.027 kematian, disusul Brasil, lalu Rusia, lndia dan Inggris dengan 291.409 kasus dan 41.279 kematian. Kompas.com (12/6/2020).

Artinya, penyebaran coronavirus makin meluas dengan tidak bisa terdekteksi antara yang sakit dan sehat. Sedang untuk rapid test tidaklah murah menjadikan masyarakat enggan melakukannya, akhirnya kehidupan terus dibayangi pandemi. Serta minimnya edukasi tentang coronavirus  menjadikan masyarakat dimasa new normal cuek dengan protokol kesehatan. Menjadikan, lndonesia adalah negara tertinggi kasus corona di Asia Tenggara.

Pandemi corona yang dirasakan oleh dunia selama beberapa bulan terakhir ini telah mengubah banyak hal dalam setiap sisi kehidupan. Belum adanya vaksin menjadi kendala untuk orang-orang  menjalani kehidupan normal agar terbebas dari penyebaran corona.

Perubahan perilaku atau yang disebut The New Normal adalah sesuatu yang dianjurkan oleh WHO untuk dilakoni. Beradaptasi dan hidup berdampingan dengan corona bukan sesuatu yang mudah. Kita tidak bisa menjalaninya dengan menerapkan pola hidup normal yang dulu, tetapi harus ada The New Normal. Halodoc.com. (19/5/2020).

Bisa dikatakan new normal gagal secara faktual karena ada masalah baru yang ikut terdampak, yaitu resesi ekonomi dengan ditandai kemiskinan meningkat, daya beli masyarakat menurun, lonjakan pengangguran, PHK besar-besaran yang melanda dunia dan khususnya negeri ini. Inilah resep ala kapitalis yang tidak pernah bisa menyeleseikan masalah.

Begitulah arahan WHO dalam menangani wabah covid 19 yang kemudian diikuti beberapa negara didunia termasuk lndonesia. Kesalahan kebijakan menjadikan pandemi makin meninggi dan banyak nyawa melayang karena penanganan yang tidak tepat.

Sebaliknya lslam punya cara yang efektif dan tepat dalam menangani wabah. Mengisolasi yang sakit agar wabah tidak meluas. Sedang yang sehat tetap bisa beraktifitas seperti biasa. Semua itu membutuhkan dana yang besar. Islam dengan sistem negara Khilafah punya pos pemasukan dari milkiyah amah (tambang, hutan dan api), fai’, kharaj, ghanimah , rikaz, shawafi dll yang pengelolaannya oleh negara dan dikembalikan lagi kepada rakyat dalam bentuk penanganan wabah secara gratis dengan kualitas terbaik. Negara khilafah kuat tanpa tergantung arahan pihak luar, menjalankan kebijakan semata karena ketaatan.

Kebijakan itulah yang dulu pernah diterapkan Amirul Mu’minin Umar bin Khatab saat menghadapi wabah tha’un di Syam, Wabah segera teratasi. Keputusan yang tepat karena bersumber dari Pencipta alam semesta Allah SWT, yang tidak akan salah, terbukti negara Khilafah mampu menjadi peradaban dunia selama 13 abad. Sebaliknya saat negeri ini mengambil kebijakan dari luar lslam, yaitu sekuleris kapitalisme menjadikan kebijakan salah kesehatan dan nyawa dipertaruhkan serta kehidupan tidak berkah.
Allahu a’lam. []

.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama