Oleh : Salma Shakila
Harum aroma Ramadhan telah tercium. Semakin dekat saja kita akan menghadapi bulan mulia ini. Iklan syrup M*rjan pun sudah bolak balik tayang di TV pertanda Ramadhan sudah dekat. Iklan ini menggambarkan betapa nikmatnya berbuka puasa jika minum syrup ini. Benarkah seperti itu? Bukankah berbuka dengan air putih saja itu kenikmatan tak terhingga.
Biasanya syrup ini akan mudah didapatkan dimana saja baik di Mall-mall besar atau di toko-toko kelontong kecil sekalipun. Sebegitunya opini digiring berbuka puasa harus dengan syrup itu. Berlebaran pun harus menyediakan kue-kue itu. Belum lagi pernik-pernik Ramadhan dan Lebaran yang bejibun, mengalihkan makna Ramadhan yang sesungguhnya.
====
Hari ini kita harus menyadari dan menyiapkan diri bahwa Ramadhan yang akan kita lalui tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ramadhan di tengah dunia sedang menghadapi pandemi global akibat virus Copid-19. Ramadhan dimana kita harus di rumah aja. Untuk sholat tarawih di masjid saja kita harus menahan diri, lebih-lebih hanya sekedar jajan menu buka puasa yang menggiurkan dan menyiapkan pernik-pernik lebaran yang berlebihan yang sebaiknya tak harus ada. Kita yang di rumah saja jadi fokus dalam ibadah di bulan Ramadhan. Karena jika memaksakan keluar seperti ke pasar atau ke mall, berkumpul, berjubel dengan banyak orang bukankah itu dilarang karena rawan tertular Covid-19? Lagian seberapa banyak tamu yang akan datang ke rumah kita di tengah wabah Covid-19 ini. Untuk apa kita menyiapkan makanan yang terlalu banyak. Siapa yang akan makan suguhan itu? Bukankah arahan silaturahmi lewat video call?.
Begitulah kita, sudah terlalu lama bulan Ramadhan kita habiskan untuk hal-hal yang berbau konsumerisme. Budaya berlebihan dalam membelanjakan makanan ketika Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Padahal seharusnya bulan Ramadhan kita jadikan bulan untuk menahan diri dari makan dan minum. Dan juga menjadikan puasa kita tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga.
Ramadhan tahun ini Allah mewajibkan kita di rumah saja. Dengan tetap di rumah saja kita ikut memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Allah membatasi diri untuk mencampurkan Ramadhan tahun ini dengan pernak-pernik gaya hidup konsumerisme. Ramadhan tahun kita haruslah kita habiskan dengan menu rumahan. Menu yang bahkan bisa kita makan berkali-kali dan berhari-hari.
Allah menguji kita agar tidak terlena dengan kenikmatan dunia. Kita dimintai #DiRumajaAja. Makna Ramadhan yang selama ini tidak lebih seperti perayaan hari besar agama yang berlebihan dikembalikan pada makna sesungguhnya.
====
Kita juga akan menjadi sadar, banyak kaum muslim di luar sana seperti di Palestina, Uighur, Myanmar, Kashmir yang melewati Ramadhan dengan keterbatasan bahan makanan. Berbuka puasa hanya dengan beberapa teguk air dan roti kering. Ya Allah, tapi mereka tetap berpuasa karena keimanan mereka kepada Allah.
Jadi mari berbenah diri. Kita luruskan niat. Kita manfaatkan momen Ramadhan tahun ini untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Kita manfaatkan momen-momen dimana Allah memberi pahala yang berlipat ganda, meluaskan ampunannya, menjamin masuk surga. Dan mudah-mudahan kita tergolong orang-orang yang mendapatkan malam Lailatul Qodar. Aamiin Ya Allah.[]