Save Tenaga Medis Indonesia



Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice

Cerita perjuangan para tenaga medis merawat pasien virus corona membuat siapa saja yang masih punya hati nurani akan merasa trenyuh, iba, serta mampu memahami betapa beratnya perjuangan mereka. Apalagi dengan minimnya alat pelindung diri, membuat mereka rentan sekali tertular. Terlebih, ketika mereka harus berlapang dada untuk tidak pulang demi menjaga keluarga agar tidak ikut tertular virus covid-19 ini. Semakin pilu rasanya, mulut ini pun tidak mampu mengungkapkan kata-kata.

Jika tentara berperang maka musuh yang dihadapi adalah makhluk yang kasat mata, yang wujudnya nampak, pilihannya pun hanya dua, menang atau kalah. Terus covid-19 ini, makhluknya ada, namun wujudnya tidak kasat mata normal. Serangannya pun tidak bisa diantisipasi, harus dengan trik khusus. Tenaga medis menyerukan lockdown untuk mengurangi paparan dan korban meninggal dari virus ini. Namun sayang, pemerintah tidak berani, karena harus didukung dengan dana yang besar untuk mencukupi kebutuhan hidup seluruh rakyat selama lockdown. Pemerintah takut terjadi resesi ekonomi, ditambah lagi dolar terus merangkak naik menembus angka 17.000 per dolar. Allahu akbar.

Tenaga medis semakin berat tugasnya, karena ternyata rakyat Indonesia memiliki kesadaran yang minim untuk menjaga diri dan lingkungan dari serangan virus ini. Alih-alih menjaga, menerima himbauan sekedar untuk memakai masker saja, ya Allah beratnya. Malah yang ada masker langka selain karena banyak diborong beberapa warga, juga di timbun guna diimpor ke luar negeri.

Semakin miris rasanya ketika tahu, banyak dari dokter yang harus mengeluarkan biaya pribadi untuk APD (alat pelindung diri) disaat bertugas. Belum lagi kabar duka yang bertubi-tubi dari para petugas medis. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan sampai saat ini sebanyak enam dokter dilaporkan meninggal diduga akibat terinfeksi virus corona atau Covid-19.

Kabar kematian enam dokter IDI tersebut diberitakan langsung lewat akun Instagram IDI, @ikatandokterindonesia. "IDI berduka cita yang amat dalam atas berpulangnya sejawat-sejawat anggota IDI sebagai korban Pandemi Covid-19," demikian keterangan unggahan foto 6 dokter tersebut. Allahu Akbar, Allahuma Sholi 'alaa Muhammad. Air mata ini tidak berhenti mendengar satu per satu dari petugas mulia ini tumbang. Enam dokter tersebut masing-masing yakni, Hadio Ali, Djoko Judodjoko, Laurentius, Adi Mirsaputra, Ucok Martin, dan Toni D. Silitonga. Dari enam dokter tersebut, IDI belum menerima data terkait tempat tugas mereka.

Apakah salah jika, saya menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab? Jika rakyat menuntut hak untuk dilindungi dan diberikan rasa aman. Jika membaca berbagai kisah perjuangan tim medis ini pemerintah dan presiden Indonesia tidak tersentuh, maka patut dipertanyakan terbuat dari apakah hati mereka?





*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama