Oleh: Nafisah Az-zahrah
Dari video amatair yang diambil pada 24 februari di Delhi kemarin, menunjukkan betapa kejinya penyiksaan yang dialami umat Islam pasca demonstrasi. Hindu radikalis dengan beraninya membakar dan merusak fasilitas masjid setempat. Pada saat insiden, pihak keamananpun tidak terjun mendamaikan konflik tersebut hingga masa Hindu membubarkan diri sendiri, setelah banyak korban berjatuhan.
Aksi protes umat muslim tersebut merupakan lanjutan dari demonstrasi yang pernah digelar minoritas muslim di India akhir tahun lalu. Demonstrasi tersebut dilatar belakangi karena pengesahan undang-undang kebangsaan yang secara gamblang mendiskriminasi muslim India.
Mengutip dari merdeka.com, bahwa UU kewarganegaraan India sebelum menuai pro dan konta ini, menyatakan akan mendeportasi imigran ilegal, kecuali mereka akan diakui setelah bekerja pada pemerintah Federal India selama 11 tahun. Setelah itu, para imigran baru memperoleh syarat untuk diakui kewarganegaraannya. Hasil amandeman UU Kewarganegaraan India yang telah disahkan menyatakan mempercepat pengakuan kewarganegaraan ditujukan kepada umat Hindu, Sikh, Buddha, Jain, Parsi dan Kristen. Mereka adalah yang berasal dari negara tetangga muslim seperti Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan setelah tahun 2015 tanpa menyebutkan umat Muslim.
Kerusuhan yang menewaskan 25 muslim pada tahun lalu, kali ini lebih dari 28 korban kehilangan nyawa dengan ratusan yang luka-luka.
Disamping itu terjadi ketegangan sosial yang mengharuskan sebagain mengungsi untuk keamanan.
Ketika ditinjau lebih mendalam, ternyata ada alasan lain yang mengakibatkan diskriminasi terhadap muslim India. Dalam analisisnya, cordova media menyebutkan setidaknya 4 alasan, diantaranya:
Pertama, umat muslim mengonsumsi daging sapi, terlebih ketika hari raya idul adha. Adanya propaganda anti toleransi umat muslim membunuh hewan yang mereka sucikan, membuat hawa islamophobia semakin memanas dikalangan umat Hindu.
Kedua, framing media India terhadap dakwah Islam yang mereka sebut love jihad, menimbulkan kekhawatiran akan populasi muslim yang kian meningkat. Menurut mereka islamisasi India akan menghilangkan identitas asli penduduk, maka meningkat pula kebencian mereka terhadap Islam.
Ketiga, daftar penduduk nasional. India yang sekarang cenderung sekuler (terbuka untuk semua agama) menginginkan kembalinya budaya Hindu sebagai kuasa dominasi. Dalam hal ini juga diperkuat secara Yudikatif yang tercantum dalam UU yang mendiskriminasikan umat Islam.
Keempat, upaya penghapusan Sejarah Islam di tanah India. Memang bukti kejayaan Islam di India tak dapat disangkal, adanya berbagai bangunan yang memiliki corak khas Islam, masjid-masjid bahkan Taj Mahal yang masuk dalam nominasi tujuh keajaiban dunia. Hal ini tidak lain karena keberhasilan dakwah Islam dalam menebarkan rahmat di tanah India. Namun, politisi sayap kanan yang telah terjangkiti islamophobia berupaya menghilangkan destinasi sejarah peradaban islam dan mengenggapnya sebagai penghianatan sejarah. Seperti destinasi wisata Taj Mahal yang merupakan icon India dari wilayah Uttar, diganti dengan rekomendasi kuil-kuil Hindu dan membagikan cendera mata kitab Hindu kepada wisatawan.
Ketika menarik ke belakang sejarah India, sebelum datangnya Islam, India kental nuansa agama Hindu dan Budha. Dengan pemahaman kastanya, banyak minoritas, kaum miskin dan wanita terdiskriminasi. Namun datangnya islam pada abad ke-7 Masehi memberikan warna dengan ajarannya yang penuh rahmat.
Memuliakan manusia tanpa melihat asal, kasta maupun agama. Kemajuan India tidak terlepas dari pengaruh islam, seluruh lapisan masyarakat hidup damai tanpa ada kecenderungan diskriminatif. Inilah bentuk kecintaan islam terhadap setiap makhuk tanpa pemaksaan harus menjadi muslim.
Namun ketika India jatuh ke tangan Inggris, sebagai hasil penjajahan Barat di dunia Islam, telah merubah wajah India yang awalnya baik-baik saja.
Barat menghembuskan paham-paham sekuler, liberal, ashobiyah (fanatik kesukuan) untuk menjauhkan islam dan kekuasaannya dari kebangkitan. Hal serupa juga terjadi di negeri-negeri islam yang lainnya. Seperti Arab misalnya, tanah awal Rasulullah menyampaikan risalah, dan keturunan Beliau yang di sana, dihembuskanlah kecintaan terhadap nenekmoyang mereka. Inggris mempropaganda bahwa yang layak menjadi pemimpin Islam adalah orang Arab. Sehingga dengan pendanaan besar, Arab mendeklarasikan pemisahan dirinya dari Kekhilafahan yang sah di Istanbul.
Siyasat adu domba adalah karakter orang kafir pembenci islam, dalam upaya menghadang kebangkitan Islam. Maka selama negeri-negeri muslim tunduk pada Barat, sampai kapanpun minoritas muslim akan sangat rentan mengalami berbagai macam diskriminasi. Meskipun sebagian lantang dalam retorikanya mengecam pemerintah India untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tiada solusi lain, kecuali umat menyadari kemunduranya karena berlepas diri dari islam dan selanjutnya menyerukan islam sebagai gebrakan solusi nyata problematika umat dengan tegaknya Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah saw.
Wallahu ‘alam bishowwab[]