Anak-Anak Butuh Tontonan yang Menuntun Akidah


Oleh Puji Ariyanti
(Pemerhati Generasi)

Pekan ini, publik dikejutkan dengan berita pembunuhan seorang bocah berinisial APA (5) yang dilakukan oleh tetangganya sendiri, yakni seorang remaja perempuan berinisial NF (15). Peristiwa pembunuhan tersebut terjadi di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).

Pembunuhan berencana ini tergolong sadis dilakukan oleh remaja perempuan usia 15 tahun. Kemudian pelaku menyerahkan diri setelah membunuh bocah perempuan tersebut. Kapolres Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto menyebut pelaku tak menyesali perbuatannya, justru merasakan kepuasan.

"Ini agak sedikit unik, si pelaku dengan sadar diri menyatakan telah membunuh. Kemudian menyatakan saya tidak menyesal tapi saya merasa puas",  kata Kombes Heru kepada wartawan di lokasi kejadian, Sawah Besar, Jakpus, Jumat (6/3/2020).
Kepada polisi, pelaku mengaku aksi kekerasan yang dilakukannya itu terinspirasi dari film Chucky  dan Slender Man. Film Chucky sendiri merupakan film horor yang menceritakan boneka pembunuh. Sedangkan Slender Man juga memiliki karakter kekerasan dan suka menculik atau melukai orang terutama anak-anak.

Persoalan sejenis lahir dari sistem liberal yang rusak. Di mana film yang menghadirkan kekerasan, dengan bebas diakses oleh siapa saja tidak terkecuali oleh anak-anak.  Aktifitas anak-anak menonton film bukan hal yang patut diremehkan. Lewat alam bawah sadarnya, mereka merekam adegan-adegan yang ditonton. Lambat laun mencetak pemikiran lalu menghasilkan perilaku.

Film yang mengandung konten yang tidak memberikan manfaat edukasi dalam ketaatan terhadap Allah harusnya dihilangkan di negeri muslim terbesar ini. Namun kapitalis lebih menguasai nilai-nilai keuntungan tanpa memandang dampak bagi generasi, sekalipun berujung pada kehancuran. Media serta sistem pendidikan yang demikian sekuler memberikan sumbangsih yang begitu besar terhadap kerusakan generasi.

Secara fitrah semua manusia memiliki naluri-naluri antara lain: naluri baqa' (naluri mempertahankan diri). Naluri ini menonjolkan sisi eksistensi diri. Terbukti setelah melakukan pembunuhan FN merasa puas. Sehingga tidak memunculkan  penyesalan atas perbuatannya. Hal ini menunjukkan manifestasi gharizah baqo' yang telah tercederai.

/Apa Penyebabnya?/

Apa yang dilakukan oleh NF tak lepas dari faktor keluarga yang kurang memberikan perlindungan dalam tumbuh kembangnya. Faktor keretakan rumah tangga dan tontonan film kekerasan dianggap menjadi pemicu tindak brutalnya terhadap balita. Banyaknya pertengkaran suami istri yang berakhir dengan perceraian. Hal ini membuktikan rapuhnya keluarga di negeri ini.

Negara juga abai.  Negara hanya menyibukkan aktivitas investasi tanpa memperdulikan nasib generasi. Sayangnya kasus yang menimpa FN masih dianggap kasus individu, padahal masih banyak generasi yang berpersoalan serupa yang membutuhkan peran negara.

Mereka yang ramai-ramai menolak RUU Ketahanan Keluarga, jika mereka seorang muslim patut dipertanyakan keimanannya. Karena urusan keluarga adalah tanggung jawab negara dan menjadi urusan negara pula, bukan urusan individu semata. (KOMPAS.com 21/2/'20 ).

Membunuh manusia tanpa alasan yang dibenarkan syari’at, merupakan dosa besar, walaupun pelakunya masih remaja. Dalam Islam, remaja bukan lagi dipandang sebagai anak-anak. Akan tetapi sebagai seorang mukalaf yang terikat dengan hukum-hukum Islam.

Kasus yang menimpa FN atas pembunuhan yang dilakukan, kalau dia telah baligh, telah terbebani hukum. Aqil dan baligh menjadi standar wajibnya mentaati aturan-aturan dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Islam menggolongkan pembunuhan sebagai dosa besar kedua setelah syirik (HR: al-Bukhari dan Muslim).

Firman Allah Subhanahu Wata’ala:
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (An-Nisa') : 93.

"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allâh (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar". [ al-Isrâ`17:33].

Islam adalah agama yang lurus. Mengarahkan agar pemenuhan gharizah berada dalam jalan yang benar, tidak menzalimi diri dan orang lain agar memuaskan akal dan menentramkan hati. Bentuk manifestasi ini membutuhkan sitem yang baik, butuh negara sebagai penopang agar mampu mengatur individu dan masyarakat.  Dengan demikian generasi terbaik akan terjaga sepanjang masa.[]
Wallahu'alam Bissawab.[]

1 Komentar

Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama