Oleh: Puji Ariyanti
(Pemerhati Generasi)
MUI akan menggelar Kongres Umat Islam Indonesia ke-7 di Bangka Belitung pada 26-29 Februari 2020. Tema yang diusung adalah “Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia dalam Mewujudkan NKRI yang Maju, Adil, dan Beradab". Kongres ini rencananya akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Buya Anwar Abbas selaku Ketua Panitia Pengarah KUII ke-7 mengatakan: optimalisasi peran umat Islam di bidang ekonomi akan menjadi poin utama di KUII. Selain membahas perekonomian juga akan membicarakan persoalan politik atau kekuasaan. (REPUBLIKA, 26/12/'19)
Menurut Buya Anwar: para pemegang kekuasaan bertugas membuat peraturan-peraturan. Buya Anwar juga menyampaikan bahwa undang-undang (UU) yang ada sekarang kurang berpihak kepada UMKM. Jadi bagaimana cara supaya undang-undang di negeri ini betul-betul berpihak kepada rakyat. “Tidak hanya berpihak kepada segelintir orang, kita mengharapkan secara politik akan ada undang-undang yang berpihak kepada UMKM," ujarnya. Buya Anwar mengatakan, sekarang masyarakat kelas bawah sangat banyak dan masyarakat kelas atas sangat sedikit sehingga daya beli masyarakat kurang. (REPUBLIKA, 26/12/'19).
Menurut laman voa-islam jelang kongres umat Islam Indonesia, MUI membahas pengarusutamaan konten-konten produktif di sosial media seperti ekonomi dan pendidikan, tidak terjebak pada pembahasan radikalisme dan khilafah yang tidak terlalu produktif untuk dibahas.
Artinya bahwa Kongres Umat Islam Indonesia yang akan dilaksanakan nanti, hanya menitikberatkan pada pembahasan bagaimana peran besar umat Islam dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan tidak terjebak pada bahasan pro-kontra khilafah.
Menurut wasekjen MUI Bidang Ukhuwah Islamiyah, Muhammad Zaitun Rasmin mengatakan: "kongres ini merupakan forum tertinggi bagi umat Islam Indonesia". Forum ini dilakukan untuk membahas isu-isu terkait dengan kehidupan umat Islam di Indonesia.
Wakil Ketua Umum MUI, KH Muhyiddin Junaidi menyampaikan, pada Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII kali ini akan mengundang negara-negara sahabat yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Sementara sebelumnya, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia mengirim surat ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). Lewat surat itu, Dubes AS meminta diundang oleh MUI agar ikut di acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII tersebut. ( Hidayatullah.com 11/2/'20 )
Memahami urgensi KUII sebagai forum tokoh umat Islam yang akan mengarahkan orientasi umat, maka bahasan KUII harusnya membahas problem yang sangat mendasar dan erat hubungannya dengan masa depan Islam di negeri ini. Jika berbicara problem bangsa, tentunya yang saat ini kita rasakan adalah problem ekonomi bangsa ini dalam kondisi terpuruk, baik perekonomian negara maupun individu.
Pakar ekonomi Rizal Ramli menyebutkan: peningkatan kegiatan ekonomi dan korporasi China di Indonesia yang semakin masif juga kurang memberi nilai tambah terhadap ekonomi rakyat Indonesia. Pasalnya, model bisnisnya menyedot nilai tambah dari hulu ke hilir. Rizal Ramli juga menyoroti pemerintah yang masih menggunakan strategi berutang untuk mengatasi persoalan ekonomi.
Korupsi pun kian menggurita yang tidak ada habisnya untuk diperbincangkan. Kenakalan remaja berada dalam level mengkhawatirkan. Pendidikan pun belum menghasilkan generasi cerdas nan sholih, dimana generasi kini hanya pandai menghafal rumus-rumus tanpa mampu mencetak teknologi yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Harusnya, KUII mengarusutamakan pembahasan tentang khilafah. Justru semua persoalan yang terjadi saat ini adalah buah busuk sistem sekuler kapitalistik yang diadopsi negeri ini dimana hanya memikirkan kapital semata. Dengan Khilafah, Islam menjadi satu-satunya sumber hukum dalam setiap persoalan bangsa, bukan hukum positif buatan manusia yang membuat keadilan menjadi rumit, bahkan menjadi sarang korporasi raksasa untuk menjajah dan menguras kekayaan rakyat. Islam harus didudukkan sebagaimana seharusnya umat islam memandang setiap ajaran Islam, tidak boleh dikriminalisasi bahkan harus diyakini sebagai sumber lahirnya solusi atas problem sistemik. Semua itu adalah buah busuk sistem sekuler kapitalistik yang hanya memikirkan kapital semata
Wallahu'alam Bissawab[]