Oleh : Amma Mira
(Pegiat Literasi)
Jaman now, siapa sih remaja yang nggak ngerti tik tok? Pasti hampir di setiap smartphone para abg tersebut terinstal aplikasi yang sedang digandrungi kaum muda itu. Tik Tok adalah semacam aplikasi yang digunakan untuk menciptakan video musik singkat menggunakan sejumlah musik yang sudah disediakan dalam aplikasi, kemudian pengguna bisa merekam apa pun selama 60 detik, dan menggabungkan video tersebut dengan musik yang sudah tersedia.
Tik Tok pertama kali merambah Indonesia pada September 2017, dan menjadi aplikasi yang sangat populer di sejumlah kalangan, terutama remaja.
Naahh di tahun 2020 ini popularitas tik tok bukan semakin meredup, tapi justru semakin naik daun. Sekarang bukan hanya remaja saja yang menggandrungi aplikasi ini, namun para pejabat pun tak ingin kalah untuk menggunakannya.
Seperti halnya yang dilakukan oleh tiga gubernur Indonesia yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang mendadak jadi anak Tik Tok di salah satu acara talkshow di televisi swasta. (https://www.minews.id/viral/aksi-kocak-3-gubernur-bergoyang-tik-tok-lagu-any-song-challenge-siapa-yang-paling-jago/amp)
Dari awal munculnya sampai saat ini, challenge challenge produksi tik tok selalu viral dan sangat digandrungi. Sebut saja Any Song Challenge yang berhasil membuat tiga elit politik diatas berlaku layaknya remaja alay. Any Song Challenge sendiri adalah challenge yang sengaja diviralkan oleh seorang penyanyi negeri ginseng dengan tujuan untuk mempromosikan lagu barunya yang berjudul "Ani Song".
Remaja merupakan generasi penerus bagi generasi sebelumnya. Namun jika kita mengamati, remaja kita saat ini disibukkan dengan aplikasi semacam tik tok daripada memikirkan masa depan mereka dengan belajar mendalami ilmu pengetahuan dan agama. Bagaimana kira-kira perkembangan bangsa ini di masa depan?
Di tengah permasalahan krisis identitas generasi, diperparah dengan fasilitas sosial media yang tidak mendidik dan merusak menambah masalah baru. Tentu masalah ini merupakan dampak dari sistem yang sekarang diterapkan, sistem kapitalisme-sekuler.
Tabiatnya sistem ini memisahkan agama dari kehidupan serta pemuasan asas manfaat dengan meraup untung sebanyak banyaknya. Pemuda menjadi sasaran empuk para penjajah peradaban, sebab pemuda merupakan tonggak perubahan suatu bangsa. Apabila pemudanya rusak, maka rusak pula masa depan suatu bangsa. Dan ini sedang terjadi di negeri kita. Para pemuda ya sudah terlena dalam buaian mimpi aplikasi.
Jika melihat fakta seperti ini, apakah masih meyakini sistem kapitalis Sekuler adalah sistem yang tepat untuk mengatur negeri ini? Bukankah Islam datang untuk mengatur kehidupan manusia? Sudah saatnya kita kembali kepada Islam yang mampu mengatur seluruh kehidupan manusia tanpa ada keraguan lagi didalamnya.[]