Terjerat Pukat Pergaulan Metropolitan


Oleh: Indah Yuliatik

Modernisasi menyulap perubahan besar di masyarakat. Pergaulan, tata hidup, teknologi, transportasi dan lainnya terus berkembang. Tata kota pun berubah, kota kecil berlomba-lomba membuat perubahan menjadi kota metropolitan. Efeknya tatanan kehidupan masyarakat berubah. Perilaku-perilaku masyarakat berbah, terutama dalam hal pergaulan.

Dikutip dari laman berita detik.com (31/12/2019). Warga Kota Madiun mengeluhkan banyaknya kondom bekas pakai yang dibuang di pinggir jalan. Kondom bekas pakai itu ditemukan warga di pinggir jalan ruko Pusat Grosir Madiun (PGM), Jalan Serayu Timur Madiun.

Setiap pagi jalan itu selalu ramai karena merupakan jalan pintas menuju Jalan MT Haryono dari Jalan Serayu dan perumahan. Dengan banyaknya kondom berserakan, ia menduga kawasan tersebut menjadi tempat prostitusi.

Sementara itu di Ngawi, pada malam pergantian tahun, ada barang yang laris terjual selain terompet yakni alat kontrasepsi alias kondom dan nanas muda. Tidak sebatas alat kontrasepsi, nanas muda atau yang masih hijau pun laris manis. Dari pengakuan pedagang buah disepanjang Jalan Ngawi-Solo mengakui ada pemesanan akan nanas muda. Entah fakta atau sebatas mitos nanas muda ini diyakini bisa menggugurkan kandungan. (rmol jatim,1/1/2020)

Menggenjot Anggaran Pendapatan Daerah telah merubah kota kecil menjadi kota metropolitan, dimana pemerintah membebaskan investor banjir di kota-kota ini. Efeknya, faham liberal masuk dan merusak tatanan kehidupan masyarakat. Menjamurnya tempat-tempat hiburan seperti mall, cafe, hotel, tempat hiburan malam, taman hijau dan tempat wisata lainnya semakin memfasilitasi kemaksiatan.

Liberalisme telah menggerogoti pemikiran masyakat sehingga tatanan sosial dimasyarakat kian berubah. Persivisme yang notabene membebaskan perilaku masyarakat tanpa aturan telah membuat kehidupan sosial masyarakat menjadi lemah. Hal ini menjadi bukti bahwa sistem kapitalisme yang menjadi akar kedua paham ini rapuh secara keseluruhan. Rapuh dalam aturan, pandangan hidup dan mengatasi masalah.

Perayaan tahun baru yang digaungkan pemerintah merupakan sebuah perayaan di negeri-negeri barat. Perayaan ini sukses menginvansi budaya ke negeri kaum muslimin. Melalui gaya hidup, tontonan yang sengaja dijual melalui media sosial menjadikan kaum muslimin cenderung hedonis. Masyarakat tergoda dan tidak mau menyaringnya.
Tidak bisa dipungkiri, mereka yang merayakan tahun baru adalah orang-orang yang pemahaman agamanya dangkal.  Terbukti mereka tidak menjadikan islam sebagai aturan yang mengatur sosial kehidupannya, mereka menganggap islam sebagai agama ritual semata. Terbukti mereka tidak sadar bahwa merayakan tahun baru merupakan budaya agama lain.

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad)

Pemerintah yang harusnya menjadi filter agar generasi-generasi Islam terlindungi dari pengaruh-pengaruh buruk pergaulan tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Kemaksiatan justru difasilitasi dari segi tempat dan waktu. Hal ini semakin mempersulit kontrol terhadap pergaulan generasi muda.

Hanya Islam satu-satunya sistem yang mampu melindungi generasi muda dari pengaruh buruk pergaulan bebas. Melindungi aqidah, sosial masyarakat, pendidikan dan tata aturan ditengah tengah masyarakat. Hal ini, dapat terwujud dibawah naungan Negara Islam yang berlandaskan pada aturan pencipta yaitu Al Qur'an dan Hadist.
WaAllahu 'alam bishowab[]


*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama