Menanti Nubuat Kedua



Oleh : Ummu Nadhifa

Cita-cita membebaskan Konstantinopel sejak disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW terus menjadi spirit juang kaum muslimin untuk merealisasikannya. Sejak kabar gembira itu disampaikan oleh Nabi, rupanya telah menjadi sumber kekuatan yang tak mampu dihentikan oleh siapa pun. Bahkan terus terpelihara dari generasi ke generasi sampai Allah mentakdirkan pada 29 Mei 1453 M (20 Jumadil Ula 857 M), Kota Konstantinopel, ibu kota Kerajaan Bizantium (Romawi Timur) yang dibangun oleh Kaisar Konstantin yang Agung, takluk di tangan pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Al-Fatih di usianya yang belum genap 21 tahun, pemimpin ke-7 dari Daulah Utsmaniyah melalui pengepungan selama sekira dua bulan.

Perjuangan heroik penaklukkan Konstantinopel bukan kebetulan semata sebab ia merupakan perjuangan suci yang dilakukan oleh kaum muslimin dari generasi ke generasi dalam rangka merealisasikan janji Rasulullah SAW. Dalam sabdanya, Nabi sallallahu alaihi wasallam menyampaikan kabar gembira kepada  para sahabatnya, Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. (HR. Ahmad).

Dorongan keimanan yang kuat menjadikan kaum muslimin yakin bahwa janji tersebut akan terealisasi. Kaum muslimin sangat antusias menyambut kabar ini. Mereka berlomba-lomba menjadi sebaik-baik pemimpin ataupun sebaik-baik pasukan sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits itu. Setiap muslim yang mencoba menaklukkan Konstantinopel berharap dan berprasangka baik bahwa merekalah yang dimaksud dalam sabda Nabi tentang kabar penaklukkan Konstantinopel. Mengapa demikian? Karena ada hadiah terbaik bagi sang penakluk, yakni berupa kemuliaan dan penghargaan.

Tercatat, sejak masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan (668-669 M) upaya merealisasikan janji Rasulullah SAW ini dilakukan. Namun, karena kuatnya pertahanan musuh, pasukan Islam yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah belum mampu menaklukkan kota tersebut. Saat pengepungan ini, salah seorang Sahabat Nabi, Abu Ayyub Al Anshari, wafat lalu Beliau dimakamkan sesuai wasiatnya di titik terjauh dekat dengan Konstantinopel yang mampu dicapai oleh pasukan kaum muslim.

Catatan sejarah menyebutkan bahwa Kota Konstantinopel dilindungi oleh benteng legendaris yang terkenal kuat nan kokoh. Kota tersebut dikelilingi oleh benteng alam berupa tiga lautan, yaitu selat Basphorus, Laut Marmara dan Tanduk Emas yang dijaga dengan rantai besar sehingga menyulitkan kapal musuh untuk masuk dengan leluasa ke dalamnya. Daratannya dijaga dengan benteng yang kokoh terbentang dari Laut Marmara sampai ke Tanduk Emas. Di dalam Kota Konstantinopel terdapat pagar-pagar yang tinggi menjulang, menara pengintai yang kokoh, ditambah dengan pasukan Bizantium di setiap penjuru kota sehingga wajar jika kota itu sangat sulit untuk ditaklukkan. Akan tetapi, besarnya cita-cita dan keyakinan atas janji Sang Nabi, tak lantas menyurutkan ikhtiar pasukan kaum Muslimin untuk menaklukkannya. Banyak kemudian generasi kaum muslimin meneruskan cita-cita luhur nenek moyangnya mewujudkan janji Rasul-Nya.

Pada akhirnya, pasukan Muhammad Al-Fatih-lah yang mampu membuktikan hadits Nabi di atas. Upaya pengepungan Kota Konstantinopel berlangsung sejak 6 April 1453 sampai 29 Mei 1453. Dengan penuh kesabaran mereka berhasil menaklukkan penghalang fisik memasuki kota tersebut. Penaklukkan yang dilakukan Sultan Muhammad Al-Fatih begitu dikenang sepanjang masa karena kecerdikannya dalam memecahkan problem penghalang benteng alam yang tidak berhasil ditembus oleh para pendahulunya. Ia pindahkan 70 kapalnya melalui jalur darat demi menghindari rantai besar di Selat Tanduk. Kapal-kapal itu digotong beramai-ramai dalam waktu semalam. Keesokan harinya kapal-kapal kaum muslimin sudah berada di Teluk. Peristiwa ini sudah tentu membuat musuh ngeri dan terjadilah kemenangan dan penaklukkan Konstantinopel atas izin Allah SWT.

Nubuat Nabi tentang penaklukkan Konstantinopel telah terbukti dan berhasil diwujudkan oleh Muhammad Al-Fatih. Ia menjadi sosok pemimpin terbaik umat ini dan pasukannya pun menjadi pasukan terbaik yang berhasil merealisasikan janji Nabi. Al-Fatih berhasil membuktikan hadits Nabi. Kini, tinggal Kota Roma sebagaimana dalam hadits Nabi juga akan takluk di tangan kaum Muslimin. Hingga hari ini Roma yang merupakan simbol agama Nasrani dan juga peradaban Romawi menanti untuk ditaklukkan. Akan tetapi, pembebasan Roma tidak akan terjadi kecuali setelah umat Islam memiliki kekuatan yang sangat besar. Tentunya kekuatan yang seperti atau bahkan melebihi kekuatan umat Islam ketika membebaskan Konstantinopel sehingga bisa dipastikan bahwa penaklukkan kedua itu menuntut kembalinya Khilafah Rasyidah di tengah-tengah umat Islam. Di bawah Khilafahlah segenap kekuatan dapat bersatu sehingga kabar gembira penaklukkan Roma akan bisa direalisir.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama