Oleh: Novianti
Akhir-akhir ini umat Islam didera kesedihan. Tudingan tak ada habis-habisnya sebagai teroris, anti Pancasila, anti NKRI. Yang lebih menyedihkan adalah tudingan dari sesama muslim. Hanya karena perbedaan pilihan, pandangan politik, melakukan kritikan, yang lantas memunculkan benih benih perpecahan. Dan ini kian meruncing seiring dengan isu radikal yang sering dihembuskan.
Apalagi jika masing-masing hanya mempertahankan cara pandangnya tanpa mau mendengar sudut pandang yang lain. Nafsu dikedepankan sehingga sering terjadi "kerusuhan" di dunia nyata terlebih di dunia maya. Saling menghina, saling mencaci, saling mengejek. Peristiwa kecil berpotensi pergesekan karena akal sudah dikuasai kebencian.
Padahal Allah menegaskan bahwa umat Islam itu adalah umat yang satu. Seperti halnya zaman Rasulullah, dan era kekhilafahan, umat islam hanya memiliki satu panji dan satu kepemimpinan dengan satu hukum yaitu syariah Islam.
Menyaksikan lautan manusia di acara 212 yang baru berlangsung seolah mengobati luka yang menganga dan rasa rindu akan bersatunya seluruh kaum muslimin di dunia ini. Berkumpul di Monas saja sudah demikian menggetarkan dan mengharukan, apalagi jika yang berkumpul tidak hanya level satu negara. Tentunya menjadi suatu kekuatan yang dahsyat dimana hilanglah sekat sekat yang selama ini memisahkan. Perbedaan suku, bangsa dan negara tidak lagi menjadi penghalang.
Meski acara 212 tidak merepresentasikan persatuan umat sedunia namun banyak kejadian yang mengharukan. Semua berlomba dalam kebaikan, ada yang menawarkan gratis makanan dan minuman, ada yang datang dari jauh dengan berjalan, menaiki kuda, tua muda bahkan anak-anak. Tidak ada yang bertanya apa harokahmu. Semua menggenapkan seluruh energinya untuk menjaga ukhuwah.
Semua muslim itu saudara bagaikan satu tubuh. Yang jika ada satu bagian sakit, sakitlah seluruh tubuhnya.
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim).
Momen 212 tidak hanya momen untuk menggelorakan semangat persatuan tapi juga perjuangan. Hari ini banyak saudara saudara kita di belahan bumi yang lain dalam keadaan terdzalimi. Harta bahkan jiwanya tercancam. Di Palestina, Suriah, Cina, India. Mereka adalah saudara kita. Saat ini kita belum mampu membebaskan mereka dari berbagai penderitaan. Sekat negara membatasi kaum muslimin membantu kaum muslimin lainnya.
Inilah yang harus terus digaungkan. Spirit 212 jangan berhenti pada reuni dan perkumpulan melainkan harus memberikan inspirasi dan semangat untuk menyerukan persatuan seluruh kaum muslimin di dunia agar menjadi kekuatan yang hanya dilandasi oleh aqidah Islam. Kekuatan yang akan melindungi agama, darah, harta, jiwa, akal seluruh kaum muslimin di dunia ini. Kita rindu ukhuwah islamiyyah yang terwujud sempurna dalam naungan sistem kehidupan Islam. []