Menjaga Spirit Reuni 212


Oleh : Nita Savitri, drg
(Praktisi Kesehatan, Komunitas Ibu Peduli Negeri)

Walau Reuni PA 212 telah usai, acara ini masih diperbincangkan banyak kalangan.  Baik muslim maupun non-muslim.  Ada yang terharu melihat kebersamaan jutaan manusia dalam ikatan dan tujuan yang sama.  Berdecak kagum dengan ketertiban dan kebersihan yang ditinggalkan seusai acara.  Kerinduan tuk bisa hadir kembali selalu ada di setiap insan yang hadir dalam reuni.  Bahkan ada juga sebagian kecil kalangan yang menganggap reuni 212, sebagai acara yang mubazir dan banyak mengandung unsur politis.

Dalam wawancara dengan salah satu stasiun tv nasional, diungkapkan oleh Ustad Haikal Hasan bahwa reuni tahun ini dalam rangka menjalin ukhuwah dan persatuan umat Islam sehingga terwujud keadilan yang dirindukan umat.  Adanya tudingan terdapat unsur politis, beliau menjelaskan semua urusan manusia dari bayi yang baru lahir pasti ada hubungannya dengan politik.  Sesuai definisi politik menurut Islam as-siyasah (politik) adalah ri'ayah syu'unil ummah (mengurusi urusan umat).  Maka apapun perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak bisa lepas dari politik.

Adanya relevansi acara reuni dengan kejadian penistaan terhadap Rasulullah SAW, memang menjadi kewajiban kaum muslim untuk membela Nabi dan Islam.  Kecintaan yang besar terhadap beliau membuat umat rela berkorban demi menuntut keadilan bagi penista agama.  Ketidak-adilan juga dirasakan terhadap salah seorang habib pemimpin ormas Islam yang masih dicegah kepulangan beliau kembali ke Indonesia.  Pemberian pengampunan terhadap salah satu koruptor karena alasan sakit dan usia sepuh, tetapi untuk ulama besar seperti Ustad Abu Bakar Ba'asyir tidak diberikan perlakuan yang sama.  Ketidak-adilan masih menjadi isu utama reuni ini.
Spirit/semangat kaum muslim dalam menuntut keadilan demi kesatuan umat inilah yang hendaknya terus dipelihara walau acara reuni tahun ini sudah berakhir.  Terpeliharanya spirit akan membuat umat merasa satu kesatuan yang tidak terpisahkan walau jarak memisahkan dan banyaknya perbedaan diantara umat.  Kebersamaan yang dijunjung tinggi.  Kesamaan Sang Khaliq, Rasul, Kitab, dan tentunya aqidah yang satu yaitu Islam.  Bukan perbedaan suku, ras, kelompok/ormas, madzab, derajat atau kekayaan.  Semua sama, satu umat, dari Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alayhi Wassalam.
Berikut tips menjaga spirit kebersamaan yang bisa dilakukan setiap muslim, antara lain:
1.Rajin mempelajari Islam sebagai "way of life" (pandangan hidup) muslim.  Tidak mencukupkan taat dalam beribadah madhah, tapi ketaatan dalam segala perbuatan tuk menjalani kehidupan.
2. Mengikuti/tatabu' kejadian yang dialami kaum muslimin di seluruh dunia, agar empati kepada saudara sesama muslim tidak tergerus kesibukan.
3. Berkumpul dengan teman/sahabat yang bisa saling memberi semangat dan nasehat, agar ketika ada perasaan lemah/futur segera bisa terobati .
4. Memperbanyak taqarrub IllaLLAH, mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah nafilah/sunnah
5. Bermunajat/doa agar diberi keistiqamahan di jalan Islam.

Beberapa tips di atas, merupakan langkah kecil tuk bisa ikut berjuang bersama menegakkan keadilan yang menyeluruh, merata, disetiap lini kehidupan dan kepada semua insan manusia, muslim/non- muslim.  Usaha yang sungguh-sungguh akan mendapat hasil yang maximal.  Demikian pula sebaliknya.  Kalamullah dalam QS. Muhammad: 7
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya:
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu".

Semoga Umat Islam dapat menyatukan langkah untuk menghadapi segala ujian, sehingga tercapai satu tujuan.  Terealisasinya Islam secara sempurna dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara. Binashrillah, In Shaa Allah.

Wallahu a'laam bish- Shawwab. []



*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama