Oleh: Endang Setyowati
(Kontributor Muslimah Voice)
Belum kering luka saudara kita di Palestina, muslim di Uighurpun mendapatkan perlakuan yang tak kalah buruknya. Dengan alasan untuk membantu memberdayakan orang-orang Uighur, mereka dimasukkan dalam kamp-kamp penampungan untuk mendapatkan pelatihan pendidikan vokasi.
Namun, kebocoran sejumlah dokumen pemerintah yang berhasil diperoleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) itu menunjukkan otoritas China menerapkan protokol ketat yang mengatur kehidupan orang Uighur dan etnis minoritas lainnya di tempat penampungan tersebut layaknya kamp penahanan.
(CNNIndonesia,18/11/2019).
Karena gerak-gerik para etnis Uighur ini terus menerus dipantau, hingga aktivitas yang seharusnya privasi saat di kamar mandipun tidak lepas dari pantauan para pejabat China karena demi mencegah supaya mereka tidak kabur.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia memperkirakan lebih dari satu juta warga Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya ditahan di kamp-kamp tersebut. Menurut laporan, kamp-kamp indoktrinasi tersebut dijalankan seperti penjara dan bertujuan memberantas budaya dan agama Uighur.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan media asing, melaporkan bahwa dokumen-dokumen resmi dan gambar-gambar satelit menunjukkan fasilitas dilengkapi dan dijalankan seperti penjara.
Berbeda dengan pernyataan pemerintahan China yang mana kamp-kamp tersebut untuk pelatihan vokasi untuk memberdayakan dan menjauhkan etnis Uighur dari paham ekstremisme.
Setelah awalnya menyangkal keberadaan kamp pendidikan ulang, Beijing mengakui telah membuka “pusat pendidikan kejuruan” di Xinjiang yang bertujuan mencegah ekstremisme dengan mengajarkan bahasa Mandarin dan keterampilan kerja.
Derita muslim Uighur sebenarnya derita umat Islam di belahan bumi lainnya juga, sudah seharusnya bisa saling tolong menolong atau membantu muslim lainnya jika ada kesusahan atau dalam kondisi sulit, Rasulullah saw bersabda yang artinya:
"Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Tetapi kenyataannya saat ini umat Islam, mereka tidak bisa saling menolong jika ada saudara di belahan bumi yang lain teraniaya. Bagaimana muslim Rohingnya, Palestina, juga Kashmir teraniaya di negerinya sendiri.
Tidak ada pemimpin yang berani membela umat muslim dikarenakan adanya sekat-sekat negara. Mereka berangapan bahwa itu adalah urusan dalam negeri yang tidak boleh dicampuri oleh negara lain.
Berbeda dengan Islam, saat Islam berjaya menguasai 2/3 belahan bumi ini, maka semua akan teriayah penjagaannya. Tidak ada seorang muslim yang meninggal dengan sia-sia. Begitu berharganya jiwa seorang muslim maka Islam sangat menjaga dan menghargai nyawa seorang.
Maka fenomena yang kerap kali kita jumpai saat ini, dari realita yang terjadi di dunia Islam dewasa ini justru sebaliknya. Begitu mudahnya kita mendapati nyawa umat Islam melayang. padahal Rosulullah saw bersabda:
"Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.”(HR. An-Nasa’i[VII/82] dan At-Tirmidzi no. 1395, dishahihkan oleh Syaikh Albani).
Maka sudah saatnya kita bersama-sama memakai Islam sebagai Ideologi. Dengan menerapkan syariah Islam, maka akan tercipta kehidupan yang aman lagi tentram.[]