HIV/AIDS Merajalela, Islam Solusinya



Oleh: Siti Aminah
(Aktivis Muslimah)

Sekitar dua tahun yang lalu, seorang ibu paruh baya yang sakit, badannya semakin kurus. Dia sudah dikenal sejak sebelum sakitnya sering gonta-ganti pasangan. Dan dikala sakitnya pun sangat kasihan. Meski kasak-kusuk banyak warga masyarakat yang mengetahui sakit yang dideritanya itu  HIV/AIDS, sehingga jarang yang mau dekat dengannya. Ya, terisolasi, terkucil di tengah keramaian. Sungguh kasihan. Dan  masyarakat semakin yakin ketika dia meninggal, yang memandikan dari pihak puskesmas dengan baju khusus.

Dan saat ini pun tengah ada lagi yang menyusul penyakit yang belum ada obatnya tersebut. Meski tidak semua orang tahu. Seorang ibu dengan bicara pelan-pelan, dan nafas yang sangat terdengar diatur, demikian juga emosinya. Ketika beberapa hari pulang dari rumah sakit, seorang ibu paruh baya berkata: "mba, saya ingin cerita, karena suami saya nanti akan sering sakit seperti itu". Sambil sesekali mengatur nafasnya. " aku harus kuat mbak" imbuhnya. " sebenarnya ini sama suami tidak boleh diceritakan kesiapapun, sama pihak puskesmas juga. Tapi aku ingin cerita ke mbak, untuk sedikit meringankan bebanku mbak. Suamiku itu sakit, intinya yang diserang daya tahan tubuhnya. Aku istrinya harus kuat mbak. " jelasnya.

/HIV/ AIDS semakin merajalela/

HIV (Human Imunodificiency Virus) adalah virus mematikan karena sifatnya merusak sistem kekebalan tubuh. Jika tidak diobati, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired imuno Deficiency Syndrome) dalam satu dekade. Tanpa pengobatan, harapan hidup setelah diagnosis AIDS adalah sekitar tiga tahun.

Di Indonesia sendiri, pengidap HIV dilaporkan berjumlah 349.882 jiwa dan AIDS sebanyak 117.064 jiwa. Jumlah kasus HIV tertinggi berada DKI Jakarta sebanyak 62.108 jiwa dan AIDS terbanyak adalah Papua sebesar 22.554 jiwa( m.detik.com)

Sementara jumlah penderita penyakit mematikan HIV/AIDS di Ngawi, Jawa Timur, terus bertambah. Hingga kini tercatat 586 orang. Dari 19 wilayah kecamatan yang ada, Paron penyumbang penderita akibat melemahnya kekebalan tubuh terbanyak jumlahnya mencapai 84 orang. Urutan kedua di Widodaren 68 penderita disusul Kecamatan Ngawi Kota 52 penderita. Djaswadi Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Ngawi mengatakan, tingginya penderita HIV/AIDS akibat sex bebas. Bahkan setelah dilakukan tes darah melalui mobil keliling jumlah penderita penyakit mematikan tersebut di wilayah Ngawi mengalami peningkatan antara 15-20 persen. ( rmoljatim.com 9/11/2019) Na'udzubillah.

/Mengapa bisa subur dan  merajalela?/

Tanaman itu tumbuh subur jika tanahnya juga subur, dipupuk, pengairannya cukup. Begitu juga penyakit HIV/ AIDS ini bisa tumbuh subur karena hidup di sistem kapitalisme. Pupuknya berupa aturan atau kebijakan yang mendukungnya. Dan disirami dengan jauhnya dari ilmu agama. Kapitalisme sekulerisme telah memainkan peranan penting dalam hal ini. Karena dalam sekulerisme, kebebasan individu dalam perperilaku dilindungi negara. Karena dianggap hak azazinya. Termasuk  zina, dan sesuatu yang dapat mengarah ke zina,  misal cara berpenampilan, pergaulan bebas dan semisalnya. HIV/ AIDS terjadi karena gonta- ganti pasangan ( zina). Dan ini semakin marak di tengah masyarakat.
Solusi ABC

Meskipun tiap tahun diperingati hari AIDS,jumlahnya bukannya berkurang tapi semakin bertambah dan merajalela. Begitu banyak pula solusi yang dilakukan pemerintah untuk menanggulanginya. Sebut saja solusi ABCD ( Abstinence, Be faithfull, Condom, no use Drugs).

Bagaimana bisa memberi solusi  dan menangani dengan tuntas, jika akar masalahnya saja tak tersentuh? Jika zina masih dipelihara, maka tentu HIV/ AIDS akan tumbuh subur. Bukan dibiarkan apalagi difasilitasi oleh pemerintah.
Gubernur DKI Jakarta( waktu itu) Basuki T Purnama alias Ahok meminta semua warga Jakarta memakai kondom bila melakukan seks bebas. Cara itu diyakini mampu mengurangi penyebaran virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). "Kalau mau nakal tetap pakai kondom jangan macam-macam saya kira itu," kata Ahok ketika meresmikan gedung baru Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara, Selasa (mbisnis.com 10/11/2015).

Sementara it solusi no drugs, menjauhi narkoba. Dan narkoba itu temannya miras, maksudnya yang menggunakan miras sangat mungkin juga menggunakan narkob. Sementara miraspun seolah- olah juga dilegalkan.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dianggap tak mengerti tentang bahaya miras. Itu kenapa kemudian dia memunculkan wacana untuk melakukan legalisasi miras. Ahli kesehatan jiwa UI, Dadang Hawari menjelaskan, miras merupakan sumber utama dari semua tindakan menyimpang dan kecanduan narkotika." Ahok itu tidak mengerti bahaya miras. Harusnya MUI mendampingi Ahok dan memberi pemahaman kepadanya," tutur Dadang. (m.republika.co.id 13/12/2014).

Tentu solusi seperti itu tidak akan bisa mengurangi, lebih-lebih menangani total dan zero HIV/AIDS. Ya, itulah solusi ala kapitalisme sekulerisme. Yang justru memperparah masalah. Terlebih masyarakat sekarang ini ditakut-takuti dengan agama, dan syariatnya. Sehingga tambah kritis lagi masalahnya. Lalu, masihkah berharap dengan solusi seperti itu? Dan masihkah bisa ditangani meskipun sudah merajalela? Lalu solusi seperti apa yang mampu menanganinya?

Islam Solusi tuntas atasi HIV/ AIDS
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur seluruh aktifitas manusia. Aturannya jika diterapkan merupakan solusi tuntas atas permasalahan yang terjadi. Islam memiliki mekanidme pencegahan dan penanganan terhadap HIV/ AIDS yang luar biasa. Pencegahan dilakukan dengan melibas akar masalsh yaitu seks bebas. Ini dilakukan dengan menerapkan aturan kehidupan sosisl ysng Islami. Seperti larangan mendekati zina dan berzina, khalwat, ikhtilat, perintah menutup aurot, menjaga pandangan dan lain sebagainya. Sementara itu segala rangsangan menuju seks bebas juga di berantas, seperti pornografi, pornoaksi, prostitusi, tempat hiburan malam dan lokalisasi, dan tempat maksiat lainnya. Pelaku pornoaksi dan pornografi dihukum berat, termasuk perilaku menyimpang seperti homoseksual.

Khilafah juga memiliki mekanisme yang tepat untuk menangani HIV/AIDS dan ODHA. Masyarakat akan di screening  untuk mengetahui siapa saja yang mengidap HIV/AIDS. Orang yang sudah terkena HIV/AIDS karena berzina, akan dijatuhi hukuman sebagai pezina.
Sementara orang yang tertular HIV/AIDS, bukan karena berzina, maka ia akan dikarantina. Karantina ini bukan berarti diskriminasi, akan tetapi untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di tengah masyarakat. Dia akan diberi pengobatan intensif, dan gratis, juga diberi santunan.
Tidak hanya itu, negara Islam yakni khilafah juga akan memfasilitasi segala bentuk penelitian guna menemukan obat untuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Dengan demikian akan mampu mencegah HIV/AIDS dari akarnya. Dan itu hanya mampu diterapkan dalam khilafah islamiyah. Yang telah dijanjikan Allah lewat lisan mulia Rasulullah SAW.

Wallahu'alam bishshowab.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama