Ika Mawarningtyas
(Analis Muslimah Voice)
212 memang tidak bisa dipisahkan dari rahim Al Maidah 51 pada tahun 2016 silam. Berawal dari penistaan yang dilakukan oleh Mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahya Purnamalah kesadaran umat Islam untuk membela Quran mulai bangkit.
Atas nama bela Quran mereka berkumpul dan melakukan rentetan aksi untuk menegakkan keadilan dengan menuntut menangkap sang penista. Aksi yang berjilid-jilid dan tentu yang paling fenomenal adalah 212 telah membuat rezim tertekan untuk segera merespon & memproses si penista.
Ada satu sisi yang menarik. Rentetan aksi yang ada berhasil menyatukan berbagai "individu" gerakan islam dalam moment ukhuwah spirit membela kemuliaan al qur'an. Mengapa individu? Karena yang datang adalah individu bukan atas nama gerakan, seperti kedatangan para warga muhammadiyah & NU saat itu. PP Muhammadiyah sampai reuni yang ketiga kalinya tahun inipun masih netral. Tidak mendukung juga tidak melarang. Bahkan PBNU sudah jelas sejak 2016 mempertanyakan bahkan melarang warganya hadir.
Pada tahun 2017, reuni 212 tetap diselenggarakan untuk menjaga ukhuwah Islam. Mereka berkumpul tumpah ruah di pelataran monas. Yang datangpun juga multi gerakan, meskipun sekali lagi bukan atas nama organisasi.
Tak dinyana tak disangka, tahun 2018, reuni ini semakin besar. Pembakaran bendera tauhid menjadi bara pemantik semangat umat untuk tumpah ruah membela panji tauhid. Jutaan massa tumpah ruah membela panji tauhid warisan Rosululloh saw. Mereka dengan bangga membawa dan mengenakan atribut tauhid sebagai wujud kecintaan dan pembelaan terhadap bendera tauhid. Sekali lagi yang datang tentu adalah individu dari berbagai gerakan islam. Inilah sinyal kuat bahwa umat islam bisa bersatu meskipun di tengah -tengah umat ada banyak jamaah islam yang seolah-olah membuat islam terpecah-pecah.
Tahun ini pun aksi 212 tetap berjalan dengan sukses dan lancar. Sekalipun diselenggarakan pada hari aktif kerja yaitu hari senin, peserta tetap datang antusias mengikuti aksi 212. Mereka larut bermunajat kepada Alloh di sepertiga malam yang terakhir. Tentu semua untuk kebaikan dan keberkahan negri yang dicintai ini. Siapa yang hadir? Sekali lagi adalah individu-individu dari banyak gerakan islam bahkan lintas negara sekalipun, seperti seorang mantan preman dari Kanada. Sekali lagi, acara ini mengkonfirmasi bahwa inilah embrio yang bisa menyatukan umat yang sebelumnya tersekat-sekat dalam tempurung organisasi. Persatuan umat adalah sebuah perkara mendasar yang bisa menjadikan umat islam ini mulia dan meraih kebangkitan di kemudian hari.
❤ Menghayati Pesan IB HRS❤
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Shihab menyampaikan lima pesan pada kesempatan Reuni Akbar 212 2019 ini.
Pertama, IB HRS meminta para peserta reuni untuk menjaga tradisi reuni 212. Menurutnya, 212 merupakan momentum penting dan luar biasa serta momentum persaudaraan dan persatuan bagi umat muslim Indonesia pada khususnya bahkan bagi seluruh rakyat dan bangsa Indonesia pada umumnya.
“Sehingga sekali lagi kita perlu tradisikan Reuni Akbar 212 dengan segala keindahannya, kedamaianya, kesejukannya, ketertibannya, begitu juga kebersihannya. Kita tunjukkan pada dunia inilah NKRI yang mampu menyelenggarakan Reuni Akbar 212 setiap tahunnya dengan jutaan peserta tapi tetap menampilkan kesejukan, ketenangan, keselamatan dan persaudaraan,” ujarnya.
Kedua, IB HRS mengatakan untuk tidak putus asa dalam perjuangan penegakan keadilan.
“Hapus kata putus asa dari kamus perjuangan penegakan keadilan. 1000 kali kita jatuh dan gagal dalam perjuangan penegakan keadilan, maka 1001 kali kita harus siap bangun dan bangkit kembali,” katanya yang disambut teriakan takbir oleh para peserta.
Ketiga, Percaya dan yakin dengan janji Allah, jangan sampai kegagalan dalam perjuangan memudarkan keyakinan pada janji Allah.
Keempat, IB HRS berpesan terus berjuang dengan keihklasan dan kebersamaan, karena pertolongan Allah ada pada keikhlasan dan kebersamaan.
Kelima, IB HRS meminta para peserta Reuni 212 untuk tidak pernah berhenti membela agama, bangsa dan negara. Ia mengungkapkan, agama apapun tidak boleh dinodai ataupun dicela.
Setidaknya pesan tersebut dapat diringkas menjadi pesan persatuan (ukhuwah), tidak boleh berputus asa dalam perjuangan, yakin dengan janji Alloh yang tidak akan pernah menyelisihi janjinya, berjuang dengan penuh keikhlasan dan terus membela agama dan negara. Pesan luar biasa dari pribadi luar biasa yang hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk aktivitas amar ma'ruf nahi munkar. Meskipun harus menerima konsekuensi penahanan dan mencari perlindungan ke luar negeri.[]