Derita Uyghur, Pesan untuk Muslimin Segera Menerapkan Islam


Oleh: Nafisah Az-zahrah
(Aktivis Mahasiswa)

Bocornya dokumen China yang berkaitan dengan pembersihan etnis minoritas Uyghur telah mengabarkan kepada dunia bahwa berbagai penyiksaan dan diskriminasi benar adanya. beredarnya berbagai video dan pengakuan dari korban yang mampu melarikan diri ke negara lain telah mematahkan sanggahan pemerintah China bahwa yang mereka lakukan adalah upaya asimilasi budaya dan pendidikan ulang terhadap warga negaranya.

Kebebasan akses media, telah membuka tabir kekejian China kepada minoras muslim di Xianjang. Walaupun kecaman telah datang dari berbagai penjuru dunia, China tetap dengan kebijakannya. Bahkan yang lebih memilukan bahwa beberapa negeri teluk, yang mayoritas muslim mendukung upaya China terhadap pembersihan etnis tersebut, dengan alasan deradikalisasi.

Lantas, apa yang bisa dilakukan sebagai seorang muslim yang tidak memiliki popularitas seperti Mesut Ozil yang mengangkat isu ini kembali menjadi perhatian dunia? Sedangkan pemimpin negeri-negeri muslim terbungkam membisu. Organisasi islam internasional dan lembaga-lembaga kemanusiaan atau yang berwenang dalam tingkat internaionalpun juga tak mampu meuntaskan permasalahan ini?

Kewenangan sebuah negara hanya bisa dilawan dengan kekuatan yang setara, maka individu, ormas maupun organisasi tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh muslim Uyghur. Adapun kekuatan militer negeri-negeri muslim seluruh dunia seharusnya mampu untuk mengehentikan kekejaman rezim China. Namun sayangnya semua itu terhalang dengan batas teritorial kenegaraan yang tidak boleh dicampuri oleh siapapun diluar batas tersebut. Itulah hukum nternasional yang berlaku saat ini, maka kita mengenalnya dengan istilah nasionalisme. Paham yang mengakui dan pengharusan untuk menjunjung tinggi wilayah tempat tinggal dan sistem yang berlaku didalamnya.

Oleh karena itu, jerat nasionalisme telah menghalangi umat Islam saat ini untuk menjadikan aqidah islam sebagai ikatan diantaranya. Maka sekeras apapun kita mengecam tindakan biadab dan ingin menolong saudara muslim di Uyghur saat ini, akan lebih sulit selama sekat nasionalisme masih membelenggu. Bukan hanya masalah muslim Uyghur yang sulit diselesaikan karena masalah nasionalisme ini. Muslimin di Palestina atas kekejaman zionis Israel, Rohingnya dengan kejahatan Myanmar, Kasmir dari Intimidasi pemerintah India dan berbagai minoritas muslim di berbagai penjuru dunia dalam situasi yang sama.

Lemahnya umat muslim saat ini bukanlah karena sedikit jumlah mereka. Jika dilihat dengan sudut pandang keimanan, umat saat ini tidak lagi menerapkan hukum Allah dan syari’at-Nya. Padahal hanya dengan penerapan syari’at itulah umat akan terjamin jiwanya, akidahnya dan beragai kemaslahatan yang lain. Allah swt telah menjelaskan di QS. As-Saba’ ayat 15

“... Makanlah dari rizki yang dianugrahkan Tuhan Kalian dan Bersyukurlah Kepada-Nya! Baldatun tayyibun wa rabbun ghafur

Sejarahpun telah membuktikan kemaslahatan yang dibawa ketika Islam diterapkan sebagai hukum di tengah-tengah manusia. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, kaum kafir gemetar menyaksikan kemilau cahaya islam, mereka tunduk dengan aturan islam karena menyaksikan kebenarannya atau diam tak sanggup melawan dengan hati dipenuhi dengki.

Memang sudah bukan masanya kita hanya menikmati mutiara sejarah. Namun satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah umat islam akan mulia ketika menjadikan syariat islam satu-satunya hukum yang mereka terapkan. Dan saat ini kita bisa menyaksikan tidak ada satupun negeri muslim yang mengambil syari’at islam sebagai rujukan berhukum. Maka sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk menyadari kembali urgensi penerapan syariat islam dalam kehidupan. Dalam penerapannyapun kita juga harus memperhatikan kaidah, bahwa seluruh syariat Islam itu kedudukannya sama jadi tidak ada alasan untuk mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain. Itulah islam yang kaffah.  wajib untuk kembali pada aturan agung yang telah ditetapkan Allah swt. Yaitu penerapan syariat islam secara menyeluruh.

Sebagai seorang muslim yang mampu kita lakukan adalah wajib menjadi bagian orang berada pada pihak kebenaran. Tidak berdiam diri dan merasa perlu membela ketidak adilan dan membawa islam sebagai satu-satunya solusi yang mampu menyelesaikan permasalahan muslim di berbagai belahan dunia. Wallahu ‘alam bishowab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama