KARHUTLA SALAH SIAPA?



Oleh: Ika Mawarningtyas
Analis Muslimah Voice

Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko turut berduka atas peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang mana menyebabkan asap tebal di beberapa titik daerah di Indonesia.

Namun ia menyakini bahwa setiap musibah pasti datangnya dari Tuhan dan diperuntukkan untuk orang yang dipercayai dengan porsinya masing-masing.(gelora.co 14/9)

Sungguh elok pernyataan Moeldoko yang memberikan komentarnya tentang kerhutla,
"Musibah bisa datang kapan saja, kepada siapa saja, dan dimana saja," kata dia di Twitter, Jumat (13/9/2019).

Selain itu, ia mengimbau masyarakat terkait apa yang kini harus dilakukan. Masyarakat diminta tidak mengeluh dan terus berusaha menjalaninya dengan ikhlas.

"Termasuk musibah yang menimpa Pekanbaru, Riau yang sedang terjadi juga datangnya pun dari Allah SWT. Al Fatihah untuk seluruh saudara saudara yang terkena musibah disana, semoga selalu diberi ketabahan dan keselamatan. Aamiin Ya Rabbal 'Alaamiin," tutur dia.

Masalah Karhutla selalu menjadi bencana rutin negeri ini saat musim kemarau tiba. Pasalnya para Kapitalis ingin membuka lahan dengan biaya sedikit dan hasil yang cepat. Cara mereka adalah dengan membakar lahan tersebut.

Benar, semua bencana datang dari  Allah Tuhan Semesta Alam. Tapi jika bencana ini terjadi karena ulah tangan manusia, apakah kita akan mengalahkan Tuhan? Tentu tidak demikian. Rakyat butuh solusi cepat tanggap dengan masalah kebakaran hutan ini. Bukan sekedar solusi nuntuk bersabar. Karena pastinya rakyat sudah sangat sabar dan menderita atas bencana asap yang dihadapinya. Bahkan sampai memakan korban jiwa.

Inilah dampak nyata dari penerapan sistem Kapitalisme. Banyak kebijakan yang lebih menguntungkan kapitalis dan merugikan rakyat sendiri. Hutan yang seharusnya dikelola oleh negara untuk menjaga keseimbangan alam dan paru-paru dunia, telah diserahkan kepada para Kapitalis.

Dimana otak Kapitalis itu tidak akan mungkin memikirkan nasib alam dan rakyat, tapi yang mereka pikirkan adalah bagaimana meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya.

Wajar jika mereka membuka lahan dengan cara dibakar tanpa memikirkan dampak buruk ke depan. Walhasil negara lah yang harus bertanggungjawab atas nafsu serakah kapitalis yang menjadikan hutan dan rakyat tumbal keserakahan mereka.

Oleh karenanya seharusnya pemerintah bersikap tegas dan melakukan penjagaan dan pencegahan terhadap hutan. Jangan sampai hutan dibakar karena syahwat kapitalis yang ingin dapat untung besar tapi memakan banyak korban dan merugikan rakyat banyak. Jangan menyerahkan pengelolaan hutan pada kapitalis.

Dalam pandangan Islam, hutan haram diserahkan kepada individu maupun kapitalisme. Hutan wajib dikelola negara untuk kemashlahatan(red: manfaat) umat. Seperti hadist berikut, "kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api" (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Larangan menyerahkan pengelolaan hutan pada Kapitalis jelas dilarang oleh hadist di atas. Wajar saja jika ini dilanggar oleh pemerintah yang dipanen adalah bencana asap yang mengerikan.

"Dan wahai kaumku, penuhilah takaran dan timbangan secara adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu melakukan kejahatan di muka bumi dengan berbuat kerusakan." (TQS. Hud: 85)

"Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di muka bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, padahal Allah tidak menyukai kerusakan. (205) Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) seburuk-buruk tempat tinggal. (206)" (TQS. Al-Baqarah: 205-206).[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama