Sampah Dan Banalitas Politik


Oleh: Retno Kurniawati
(Analis Muslimah Voice)

Kata "sampah", jika diungkapakan yang terlintas adalah setidaknya ada tiga hal, yaitu: bau tidak sedap, lalat dan kotor. Tentang sampah menjadi topik yang cukup menarik juga karena bertahun-tahun pula para ilmuwan mencari pola pengelolaan sampah yang benar dan termanfaatkan untuk khalayak. Dengan harapan bisa menjadi energi alternatif, karena limbah sampah dan pembuangan sampah di dalam negeri sendiri sudah cukup banyak dan menjadi masalah tersendiri dan belum teratasi secara maksimal sampai saat ini.

Apalagi disusul adanya berita yang miris sekali untuk di dengar yaitu setelah impor beras, impor garam dan lain - lain, sekarang negeri Indonesia menjadi negara pengimpor sampah.
Sampah negara - negara Asia bahkan Eropa. Pada 19 juni 2019, kumparan.com melansir tak cuma di Surabaya, kontainer sampah impor juga ditemukan di Batam. Juga inews.id melansir berita yang senada bahwa Indonesia diperkirakan menerima sedikitnya 300 kontainer yang sebagian besar menuju ke Jawa Timur setiap harinya.

Meskipun kabar terbaru yang beredar, sampah tersebut telah di kembalikan. Dan ini tidak di ketahui, biaya pengembalian ini menjadi tanggung jawab pengirim sampah atau menjadi tanggung jawab negara Indonesia, yang sebenarnya bisa di sebut korban sampah kiriman. Jika menjadi tanggung jawab negara Indonesia berarti ada pengeluaran yang tidak terduga untuk biaya pengiriman sampah. Lagi-lagi Indonesia tidak di untungkan secara ekonomi.

Penyebab utama impor sampah adalah karena China, yang dulu jadi negara tujuan ekspor sampah, sudah menghentikan terima impor sampah sejak tahun 2018. Sebenarnya, dalam perjanjian ekspor sampah itu, hanya koran atau kertas bekas saja yang dikirim. Tetapi faktanya, ternyata mereka diam-diam memasukkan sampah plastik dan sampah domestik di dalam tumpukan kertas bekas itu. Jumlahnya 40% dari total sampah yang dikirim.

Maraknya fenomena impor sampah bukti begitu lemahnya posisi Indonesia dalam politik dan ekonomi internasional sekaligus bukti lemahnya wibawa negara di hadapan para pengusaha yg memegang kendali. Dan inilah yang di namakan banalitas politik.

Begitulah banalitas politik, semua ketidakbenaran menjadi wajar dan biasa saja. Banalitas politik bisa diartikan sebagai kebijakan pada suatu situasi saat kejahatan tidak lagi dianggap sebagai kejahatan. Dan sampah hanya salah satu wujud dari banalitas politik yang terjadi di tahun politik 2019. Bagaimana tidak, kecurangan dalam pengiriman saja tanpa ambil pusing, tanpa " penalty "  dan mengambil keputusan sampah di kirim balik sebagai solusinya. Sudah menjadi hal yang wajar.

Dalam pemetaan sumber daya alam Indonesia sebenarnya Indonesia negara kaya raya, namun hanya bisa kuat dan berdaya, baik ke dalam maupun ke luar ketika punya landasan kokoh yakni ideologi dan diurus dengan aturan yang benar dan lengkap, yaitu aturan- aturan islam.

Islam adalah agama yang sempurna. Islam telah memberikan kepada manusia pemecahan secara menyeluruh atas semua permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Allah SWT Berfirman: “Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian. Dan mencukupkan nikmatKu bagi kalian dan meridhoi Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maidah:3).

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama