Oleh : Septa Yunis
(Staf Khusus Muslimah Voice)
Proyek OBOR atau One Belt One Road yang diinisiasi oleh Cina dikabarkan akan disetujui oleh pemerintah. Teken akan dilakukan pada bulan April ini. Seperti yang disampaikan menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan tahap pertama proyek skala besar dari inisiatif One Belt One Road China akan ditandatangani pada bulan ini, April.
One Belt One Road atau OBOR adalah sebuah inisiatif untuk kerja sama yang dilakukan oleh Presiden Xi Jinping pada tahun 2013. ‘Belt/Sabuk” mengacu pada Sabuk Ekonomi dan Jalur Sutra mengacu pada Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Dengan adanya proyek OBOR ini akan memudahka China dalam sector perdagangan antara negara Eropa dan Asia melalui jalur Sutra. Maka dari itu China terus mendorong proyek OBOR ini
Dilansir dari detikfinance.com, Pada September 2016 lalu China sudah meluncurkan kereta barang transnasional ke Asia Tengah, Afghanistan. Tepatnya dari kota Nantong, pesisir China Timur hingga Hairatan, Afghanistan. Jalur kereta tersebut memiliki panjang lintasan hingga 7.000 km dan bisa ditempuh dalam waktu selama 12 hari. Kereta memiliki 45 gerbong dan melewati Kazahstan hingga Uzbekistan untuk mencapai Hairatan. Adapun, saat kembali ke China, kereta akan membawa barang-barang seperti buah-buahan kering, batu marmer, dan kuma-kuma atau safron yaitu rempah-rempah yang berasal dari bunga pacar. Kemudian, pada Januari 2017 China kembali membuka jalur kereta transnasional dari kota Yiwu, China ke London, Inggris. Kereta ini membawa berbagai pakaian, tas hingga barang untuk keperluan rumah tangga. Kereta yang dioperasikan oleh China Railway Corporation ini memiliki panjang perjalanan hingga 12.000 km. Kereta diklaim memiliki biaya angkut yang lebih murah dibandingkan dengan angkutan udara serta laut.
Sementara itu, Pemerintah China sendiri telah siap menggelontorkan uang hingga Rp 1.649 triliun untuk mewujudkan program itu. Harapannya, dengan adanya program tersebut China dan negara di Jalur Sutra bisa saling memperoleh keuntungan. Banyak negara berkembang menyambut proyek tersebut, termasuk Indonesia. Mereka memandang Cina sebagai model ekonomi yang sukses dan sekutu yang andal dalam memerangi kemiskinan dan dalam usaha mewujudkan kemakmuran. Meski tampaknya Cina hadir seperti “malaikat” bagi negara dengan ekonomi rendah, di balik itu tetap saja "ada udang di balik batu" bagi kepentingan China. infrastruktur di bawah kebijakan Belt and Road itu sebagai utang dalam bentuk konsesi jangka panjang, dimana satu perusahaan China mengoperasikan fasilitas itu dengan konsesi 20-30 tahun dan membagi keuntungannya dengan mitra lokal atau pemerintah negara setempat.
Proyek ini memiliki potensi implikasi ekonomi yang merugikan bagi negara-negara Asia Selatan. Hal ini tercermin dari situasi Srilanka yang mengalami jebakan hutang besar dengan menyambut proyek-proyek yang didanai oleh Cina. Sementara itu, Kolombo mengadapi kerugian finansial yang besar karena suku bunga tinggi yang dikenakan oleh Cina untuk proyek infrastruktur yang akan menjadi bagian dari OBOR. Disisi lain, hitungan investasi sebesar 50 miliar dolar AS untuk koridor ekonomi Cina-Pakistan telah membuat ekonomi Pakistan goyah. Pelaksanaan proyek OBOR sebagai cita-cita pembangunan global bagi dunia tidak dapat menyembunyikan pendekatan eksploitatif Cina terhadap bisnis internasional. Selain itu, OBOR juga dapat menjadi perangkap utang Cina. Sedangkan, sejumlah proyek yang sedang berjalan di beberapa negara kecil telah menjadi bagian dari proyek OBOR.
Negeri ini seharusnya belajar dari negara-negara yang mengalami krisis akibat investasi China. Namun faktanya pemerintah justru senang dengan kehadiran China dan investasinya. Jebakan utang Luar Negeri China membuat negara-negara berkembang semakin tidak bisa mengembangkan perekonomiannya karena utang yang terus menumpuk dari waktu ke waktu. Dilema utang Luar negeri sebenarnya adalah alat penjajahan Barat terhadap negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Proyek ini perlu kita waspadai sebelum negeri ini benar-benar menjadi budak negara penjajah melalui investasi asing. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah seharusnya bisa menjadi negara mandiri tanpa harus mengharapkan investasi asing yang justru malah membahayakan. Dengan menerapkan perekonomian islam dan meninggalkan ekonomi kapitalis, Indonesia bisa sejahtera tanpa bantuan investasi Asing. Ekonomi islam hanya bisa diterapkan dalam negara yang menerapkan islam secara keseluruhan, yaitu negara Khilafah.
Sudah saatnya kita membebaskan diri dari jeratan asing dan utang Luar negeri dan menerapkan Islam diseluruh aspek kehidupan. Dengan begitu Indonesia akan menjadi Baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghofur. Wallahu A’lam.[]