Impikan Internet Layak Anak, Mungkinkah Di Sistem Kapitalistik Ini?



Oleh: Mamik Laila
Ibu rumah tangga

Internet adalah bagian yang tak bisa dipisahkan lagi dengan dunia kita. Semua usia hampir mengenal dunia Internet, tak terkecuali anak. Namun alih-alih membatasi konten, pemerintah hanya respon terhadap iklan rokok saja. Menteri komunikasi Informatika, Rudiantara sudah menerima surat ihwal pemblokiran iklan rokok di Internet (www.bisnis.tempo.co/14/6/2019).

Internet menjadi media yang sangat mudah memberikan informasi, pasalnya hampir seluruh penduduk Indonesia memiliki dan membutuhkan media ini. Internet menjadi kebutuhan dewasa ini. Semua informasi sangat mudah diakses, baik informasi positif maupun informasi negatif.

Saat ini, pemilihan konten positif atau negatif hanya berlaku pada kesadaran diri manusia sendiri. Kenapa? Karena dalam sistem Kapitalistik, individu akan diberi kebebasan sebebas-bebasnya untuk memilih apa yang ia suka, apa yang ia inginkan, dan apa yang ia mau. Negara hanya sebagai regulator. Negara tak ubahnya sebagai kambing ompong, tak kan bergerak untuk memberikan arahan positif dan tanggung jawab positif.

Internet menjadi kebutuhan, mulai dari informasi pendidikan sampai digunakan untuk "momong" anak. Saat anak rewel, yang paling instan tawaran solusinya adalah youtube. Namun sebenarnya bagi sebagian besar emak jaman now, pilihan internet YouTube untuk anak bukanlah pilihan terbaik. Pasalnya banyak konten yang tak bersahabat dengan anak. Kalau lah ada youtube kids, namun tak lekang dengan konten-konten yang masih dirasa tak layak anak.

Impian orang tua memberikan Internet layak anak, seolah hanya isapan jempol belaka. Seandainya tak diganti sistem pengaturan kehidupannya, maka impian itu tak akan menjadi kenyataan.

Sistem yang mampu mengatur kehidupan secara totalitas adalah sistem Islam. Di dalam Islam, diatur bagaimana anak harus belajar agama sebagai pondasi Aqidah terlebih dahulu. Adab sebelum belajar knowledge. Serta life skill yang lain. Internet sebagai media belajar, akan diupayakan untuk sesuai dengan standar kompetensi dasar yang diharapkan oleh Islam. Negara sebagai penyaring arus informasi yang demikian pesat. Negara tak bisa lepas begitu saja, negara akan sangat menjaga supaya konten yang muncul di Internet adalah konten yang layak sesuai dengan capaian kompetensi dasar tersebut.

Sebagaimana hadist dari Abdullah bin Umar, rosullullah menyampaikan: Seorang imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya (HR. Bukhari). Artinya semua yang menjadi urusan rakyat termasuk pembentukan kepribadian rakyat, adalah tugas dari seorang khalifah (pemimpin). Memiliki karakter pemimpin yang demikian akan mudah terwujud apabila sistem yang melingkupi adalah sistem Islam. Karakter pemimpin begitu diera seperti ini, era sistem kapitalisme hanya seperti "nguyahi segoro". Tak kan mampu bertahan, karena akan berbenturan dengan yang lain. Internet tidak bisa berdiri sendiri. Dia ditopang oleh pembuat aplikasi, ditopang perusahaan Microsoft (untuk saat ini), ditopang dengan sistem perekonomian, juga ditopang oleh para pengusaha yang sangat dielu-elukan oleh sistem ini.

Impian adanya internet layak anak, yang tak muncul iklan sipilis, pornografi, kekerasan dll maupun konten-konten sampah tak bermanfaat tak mungkin bisa dibendung andai sistem kapitalisme masih bercokol di negara ini. Internet Layak Anak, hanya mampu di wujudkan di sistem Islam yang memiliki pemikiran bahwa hidup di dunia hanya untuk beribadah kepada Allah sehingga konten yang nantinya tersedia akan merujuk pada hukum syara' yang telah jelas batasannya. Wallahua'lam

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama