Mahalnya Pendidikan Di Negeri Ini, Potret Pendidikan Ala Kapitalis





Oleh: Mamik Laila


Bulan Mei bisa disebut juga bulan pendidikan, bukan saja karena tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan, sejak Presiden Soeharto menetapkan hari pendidikan dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 tahun 1959 (pedomanbengkulu.com/2/5/2019). Namun, banyak sekali agenda Pendidikan dilakukan dibulan Mei ini.

Sejak ditetapkan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan, maka usia nya saat ini genap 60 tahun. Dan untuk di usia 60 tahun ini berbagai kemajuan dan kemunduran telah dilalui dunia pendidikan kita sekarang. Mulai gonta-ganti kurikulum, sejak kurikulum tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan 2015. Murni ada 11 kurikulum yang dilakukan negeri ini (brilio.net/2/5/2015). Namun, tujuan pendidikan nasional ini belum sepenuhnya terwujud. Sebagaimana dicanangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tujuan_pendidikan).

Sebutlah aksi bullying masih marak dilakukan pelajar bahkan mahasiswa beberapa waktu lalu kepada temannya (koran-Jakarta.com/18/7/2017), penjiplakan karya ilmiah di universitas Haluoleo (kompas.id/10/2/2018), kasus penganiayaan murid kepada guru (koran madura.com/3/2/2018), guru melakukan perbuatan asusila kepada murid (jayantaranews.com/2/2/2019) dan tentunya perbuatan-perbuatan serupa masih banyak. Tak terbantahkan, dunia pendidikan ini belum seperti tujuan pendidikan yang didengang-dengungkan.

Lebih miris lagi semakin tahun, biaya pendidikan semakin mahal. Menurut survey yang dilakukan oleh HSBC, Indonesia berada di peringkat 13 dunia dalam biaya pendidikan (cnbnindonesia.com/16/4/2018). Dedi Mulyadi mengaku sering menerima curahan hati para orangtua tak mampu yang mempermasalahkan mahalnya biaya sekolah, Seperti diutarakan Nani (54), seorang nenek warga Desa Sangkanhurip, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung. Ia mengaku selama ini kebingungan membiayai cucunya yang belajar di salah satu SMK Negeri di Kabupaten Bandung (regionalkompas.com/13/1/2018).

Begitupun didunia perkuliahan, mahalnya biaya pendidikan di universitas baik negeri maupun swasta saat ini membuat para orang tua menjerit. Jeritan orang tua itu yang terwakili dari Paulus Nong (45), ayahanda dari  Jonathan. Paulus adalah PNS bergolongan rendah yang ingin menyekolahkan putranya di Fakultas Teknik namun tak sanggup membiayainya. Padahal, anaknya lulus SNMPTN. Untuk bidikmisipun hanya diperuntukkan untuk anak-anak yang tidak mampu, jika orang tua jelas sebagai ASN. maka secara otomatis, sistem tidak akan memperkenankan si anak menerima bidikmisi. Bidikmisi hanya diperuntukkan anak-anak yang tidak mampu saja yang sudah disaring.

Pendidikan mahal sudah menjadi hal biasa terjadi di negeri yang menerapkan sistem kapitalisme, pasalnya sistem kapitalisme memiliki konsep memberikan modal yang sedikit guna memperoleh untung yang sebanyak-banyaknya. Termasuk munculnya BHP, Badan hukum pendidikan. Institusi itu akan mencari dana sendiri untuk keberlangsungan pendidikannya, sehingga akan sangat memungkinkan biaya pendidikan mahal. Karena siapa lagi yang akan dimintai dana, kecuali yang sangat berperan adalah orang tua siswa atau mahasiswa tsb.

Dalam Islam, pendidikan sangat dianjurkan. Setiap orang harus mengenyam pendidikan. Sejak hari pertama, Islam telah mendorong literasi dan pendidikan. Dalam Kitab Suci Alquran, Allah berulang kali menekankan pentingnya pendidikan. "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang telah diberi pengetahuan" (Quran 58:11).

Islam telah mendorong pembelajaran. Ini mendorong pada penelitian ilmiah, membuka lingkaran belajar, pemanfaatan sumber daya masyarakat, pendekatan pemecahan masalah, bercerita dan pendidikan gratis.

Pentingnya pembelajaran dalam Islam ini berdasar pada fakta bahwa Nabi Muhammad menjadikan pendidikan sebagai bagian integral dari Islam. Nabi Muhammad mendirikan Sesi Pengetahuan pertama di Dar'ul Arqam.

Pada masa daulah Abbasiyah, pendidikan tak kalah pentingnya. Di masa itu, kejayaan pendidikan dan pengetahuan Islam sangat dijunjung. Mulai dari infrastruktur pendidikan, perpustakaan, taman baca, mewadahi para penulis, biaya untuk pendidikan sangat minim, bahkan gratis (islami.co/2/3/2019).

Pendidikan gratis dan kurikulum yang mampu mengantarkan anak didik pada akhlakul karimah, hanya akan terwujud dari khazanah Islam. Islam tak akan berdiri tanpa kiyan Islam atau institusi Islam. Karena Islam adalah Ideologi, dia memiliki kekhasan tersendiri dalam membangun peradabannya termasuk dalam membangun pendidikan.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama